7 Fakta Tentang Sejarah Imlek di Indonesia, dari Dilarang Jadi Libur Nasional 
Ilustrasi Imlek (freepik).
22:24
15 Januari 2025

7 Fakta Tentang Sejarah Imlek di Indonesia, dari Dilarang Jadi Libur Nasional 

 

 - Setiap tahunnya Imlek selalu dinantikan, terutama oleh etinis Tionghoa. Pada tahun 2025 ini, Imlek akan jatuh pada Rabu, 29 Januari 2025. Di Indonesia sendiri peryaan tahun baru Cina di berbagai daerah selalu menarik perhatian, bahkan untuk orang-orang yang tidak merayakannya. 

Tetapi tahukah Anda, dibalik perayaan Imlek yang bisa kita lihat dan pelajari saat ini dengan mudah, ada cerita panjang yang penuh perjuangan loh. Website resmi Indonesia.go.id merilis sejarah lengkap dibalik perayan Imlek di tanah air. Berikut 7 fakta menarik tentang sejarah imlek di Indonesia:

  1. Diaspora Etinis Tionghoa, Membuat Budaya Tiongkok Hadir di Indonesia: Etnis Tionghoa telah memainkan peran penting dalam sejarah dan kebudayaan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, seiring dengan diaspora mereka selama berabad-abad ke berbagai penjuru negara di dunia.  

Dan karena etnis Tionghoa memiliki karakter yang setia dan yang kukuh pada tradisi dan budaya nenek moyangnya di mana pun berada,  maka tersebarlah budaya etnis ini ke tempat dimana mereka tinggal. 

Sedikit mengenai masuknya Etnis Tiongkok di Indonesia, menurut jurnal yang diterbitkan oleh Berkala Arkeologi, Kemendikbud, para imigran Tiongkok sendiri mulai tersebar di Indonesia pada abad ke-16 dan pertengahan abad ke-19. Mereka kebanyakan datang dari suku Hokkien dan suku Teo-Chiu.  

Bila kita telusuri sejarah perkembangan Tiongkok di bidang perekonomian, bangsa mereka telah menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa di Asia Tenggara, termasuk Indonesia sejak jaman Dinasti Han berkuasa di Cina (206 SM - 22 I M).

  1. Asal Usul dan Nama Imlek: 

Jika Anda berpikir bahwa istilah Imlek juga digunakan di negara asalnya, maka Anda perlu mengetahui ini. Di daerah asalnya, Imlek dikenal sebagai ‘Nongli Xinnian’ yang berarti tahun baru, sementara kata Imlek sendiri biasanya digunakan oleh etnis Tionghoa yang berada di luar daratan Cina. Imlek juga disebut ‘chunjie’, yang artinya ‘Festival Musim Semi’, istilah ini berasal dari dialek Hokkian, yang berarti 'kalender bulan', 

Istilah Imlek berasal dari dialek Hokkian, Im = bulan, Lek = penanggalan, yang artinya ‘kalender bulan’. Momen saat malam menjelang tahun baru dikenal dengan nama ‘Chuxi’, yang berarti ‘malam pergantian tahun’. 

  1. Sejarah Awal Peraayaan Imlek di Indonesia : 

Sebenarnya, secara historis sulit dipastikan sejak kapan perayaan Imlek telah dilakukan di Indonesia, namun melihat migrasi orang-orang Tionghoa ke Nusantara sejak permulaan Masehi, bisa diblang sejak itulah perayaan Imlek telah dilakukan. Mengingat karakter  etnis Tionghoa yang getol menjaga tradisi nenek moyang mereka.

  1. Perayaan Imlek Dilarang, saat masa Penjajahan Belanda:

Dalam perkembangannya di Indonesia, kehadiran perayaan Imlek di tengah-tenagh masyarakat, melalui pasang surut. Ketika Indonesia masih dijajah kolonialisme Belanda, Imlek pernah dilarang, karena pemerintah Belanda khawatir jika perayaan Imlek yang meriah dapat menyebabkan kerusuhan antaretnis. Di zaman penjajahan Jepang, Imlek boleh dirayakan dan bahkan dinyatakan sebagai hari libur nasional.

Pada era merdeka, dibawah pemerintahan Presiden Soekarno, orang-orang Tionghoa diberi ruang ekspresi keagamaan dan kebudayaan secara bebas, maka dari itu Imlek bebas dirayakan pada era itu. 

  1. Larangan di Masa Orde Baru: 

Pada masa Orde Baru, perayaan Imlek dilarang dirayakan secara terbuka. Melalui  Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.477/74054/BA.01.2/4683/95 di tanggal 18 November 1978, pemerintah waktu itu hanya mengakui lima agama, yakni  Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha. Khonghucu tidak diakui sebagai agama di Indonesia. 

Zaman itu Indonesia bahkan memutus hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Cina, namun di saat pertumbuhan ekonomi Cina mulai memukau perhatian dunia, maka kebijakan politik normalisasi hubungan diplomatik antara Indonesia dan China akhirnya diberlakukan.

Kebijakan berubah pasca-reformasi 1998, yang mengembalikan kebebasan budaya etnis Tionghoa.

  1. Peran Gus Dur Dalam Bebasnya Perayaan Imlek:

Presiden Gus Dur mencabut larangan terhadap perayaan Imlek dan memulihkan hak sipil penganut agama Khonghucu. Presiden Gus Dur bahkan mengeluarkan Keputusan Presiden 19 Tahun 2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur, meskipun waktu itu libur hanya berlaku untuk para penganut Tionghoa.

  1. Imlek sebagai Hari Libur Nasional: 

Pada era Presiden Megawati pada 2002, Imlek resmi menjadi hari libur nasional di Indonesia, ini menandakan pengakuan dan penghormatan terhadap budaya Tionghoa. Pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dikeluarkan pula putusan Presiden 12 Tahun 2014 yang mengganti istilah "Cina" dengan "Tionghoa".

Di Indonesia Imlek sendiri telah menjadi perayaan yang selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat umum. Ini menjadi pertanda baik bahwa makin kesini toleransi kita kepada sesama semakin kuat dan semoga tidak mudah luntur oleh isu-isu miring yang semata-mata dibuat hanya untuk meruntuhkan kebhinekaan kita. 

 

Editor: Sabik Aji Taufan

Tag:  #fakta #tentang #sejarah #imlek #indonesia #dari #dilarang #jadi #libur #nasional

KOMENTAR