Uang Bisa Mengubah Kepribadian Seseorang? Kemungkinan Ia Menunjukkan 9 Perilaku Ini Menurut Psikologi
Kita hidup di saat semua hal dinilai dengan uang, bahkan untuk masuk ke WC umum pun harus bayar. Terlebih ketika harga kebutuhan meningkat, harus semakin giat mencari uang.
Kebutuhan akan uang juga terkadang membuat kita semakin konsumtif. Bahkan secara tidak sadar, sebagian orang berpikir bahwa uang juga bisa mengubah kepribadian seseorang.
Mengutip dari laman The Blog Herald, jika uang bisa mengubah kepribadian seseorang, kemungkinan ia menunjukkan 9 perilaku ini menurut psikologi :
1. Pemborosan
Mereka yang membiarkan uang mengubah kepribadiannya cenderung mulai kehilangan kesadaran akan nilai uang tersebut. Ini bukan hanya sensasi membeli barang-barang mahal tapi menunjukkan kekayaan, kekuasaan, dan status.
2. Terlalu percaya diri
Dengan rekening bank yang tiba-tiba meluap, beberapa orang mulai merasa tak terkalahkan, yakin bahwa mereka lebih unggul dari orang lain. Ia mengabaikan nasihat dari orang-orang terdekatnya dan bahkan mulai memandang rendah orang-orang yang berkekurangan.
3. Kurangnya empati
Ketika saldo bank meningkat, beberapa orang mulai melupakan hal yang sebenarnya penting, mereka menjadi kurang berempati dan berbelas kasih.
Mereka mungkin lupa bahwa kekayaan bukan hanya sekedar mengisi rekening bank, tetapi juga tentang kekayaan karakter dan kebaikan.
Penelitian bahkan menunjukkan bahwa individu yang lebih kaya cenderung melakukan perilaku tidak etis, mulai dari berbohong dalam negosiasi hingga mendukung praktik tidak adil di tempat kerja.
Uang bisa mengaburkan perspektif, membuat orang melupakan perjuangan yang pernah mereka hadapi. Meskipun kekayaan bisa memberikan kekuatan, empati adalah hal yang membuat kita tetap berpijak pada kemanusiaan.
4. Isolasi
Dalam mengejar kekayaan, banyak yang akhirnya mengasingkan diri. Mereka dikelilingi oleh orang-orang yang lebih tertarik pada saldo bank daripada jati diri sebenarnya, dan persahabatan sejati semakin langka seiring dengan rasa kesepian yang mulai merasuk.
Dengan isolasi ini muncullah kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya. Benjamin Franklin menyatakannya dengan baik: “Uang tidak pernah membuat manusia bahagia, dan juga tidak akan bahagia, tidak ada sesuatu pun di alam yang menghasilkan kebahagiaan.”
Kekayaan sebesar apa pun tidak dapat menggantikan nilai koneksi yang sebenarnya. Pada akhirnya, hubungan mendalam inilah yang menjadi kekayaan diri, bukan materi atau harta berlimpah.
5. Hak
Uang punya cara licik untuk membuat orang merasa berhak, meningkatnya kekayaan dapat menyebabkan beberapa seseorang percaya bahwa mereka berhak mendapatkan lebih dari yang lain hanya karena status keuangan.
Rasa berhak ini membuat mereka menjadi orang yang banyak menuntut, tidak pengertian, tidak peduli terhadap kebutuhan dan perasaan orang-orang di sekitar. Ini adalah jalan yang berisiko, merusak hubungan, dan mengikis rasa hormat.
Ralph Waldo Emerson mengingatkan kita, “Uang sering kali membutuhkan biaya yang terlalu besar” dan biaya tersebut dapat mencakup nilai-nilai pribadi serta hubungan yang bermakna.
6. Kehilangan diri sendiri
Hal ini sangat memilukan, ketika uang menjadi fokus, orang-orang kehilangan pandangan tentang jati diri mereka sebenarnya. Nilai-nilai, hasrat, dan impian mereka berada di urutan belakang dalam mengejar kekayaan.
Mereka berubah menjadi versi diri sendiri yang lebih ditentukan oleh status finansial daripada karakter atau tindaka. Dalam perlombaan untuk mengumpulkan kekayaan juga melupakan hal yang sebenarnya penting seperti kebahagiaan, cinta, dan kepuasan lain.
7. Takut kehilangan semuanya
Uang bisa datang dengan cepat, dan mereka yang membiarkannya mengubah kepribadiannya karena uang, sering kali menghadapi ketakutan terus-menerus akan kehilangan segalanya.
Hidup dalam ketakutan terus-menerus akan kehilangan kekayaan adalah pengalaman mengerikan, yang dapat menimbulkan stres, kecemasan, dan berbagai masalah kesehatan.
Penting untuk diingat bahwa uang seharusnya bermanfaat bagi kita, bukan mengendalikan kita. Hidup ini terlalu singkat untuk diatur oleh rasa takut.
8. Mengabaikan konsekuensi
Pergeseran perilaku yang besar terjadi ketika uang menjadi fokus utama, yakni masyarakat mulai mengabaikan konsekuensi dari tindakan mereka.
Dengan saldo bank yang besar, beberapa orang mulai merasa tak terkalahkan, percaya bahwa mereka bisa lolos dari apapun.
Mereka mengabaikan potensi hasil dan berasumsi bahwa kekayaan dapat meredam masalah apapun. Tapi uang tidak bisa memperbaiki segalanya, juga tidak bisa memperbaiki hubungan yang rusak, mengembalikan kepercayaan yang hilang, atau menghapus rasa bersalah.
Mempertahankan kesadaran akan tindakan yang terlepas dari status keuangan, sangatlah penting karena setiap tindakan membawa reaksi tidak dapat diubah oleh uang.
9. Hilangnya penghargaan atas kerja keras
Masuknya kekayaan terkadang membuat orang kehilangan penghargaan atas upaya yang dilakukan untuk mendapatkan uang, mereka mungkin mulai mengambil jalan pintas, mengabaikan tanggung jawab, atau meremehkan pekerjaan orang lain.
Pergeseran perspektif ini mengurangi kepuasan sejati. Ada kebanggaan dan kegembiraan yang unik saat mengetahui kesuksesan dicapai melalui kerja keras dan dedikasi.
Kekayaan bukan sekadar hasil akhir melainkan perjalanan, ketahanan yang dibangun, dan pembelajaran sepanjang perjalanan. Kepuasan sejati tidak terletak pada akumulasi jumlah uang, melainkan pada upaya dan integritas yang ditanamkan untuk mencapainya.
Mengutip dari laman Bank Saqu, bahwa 9 perilaku di atas menunjukkan seseorang memiliki pola kelekatan tidak aman dengan uang. Oleh karena itu mereka cenderung melakukan pengeluaran lebih ceroboh.
Sedangkan mereka yang memiliki pola kelekatan aman dengan uang, lebih mampu meregulasi emosi dan memberikan keputusan yang lebih bijak terkait keuangannya. Jadi jangan sampai uang bisa mengubah kepribadian serta nilai-nilai baik dalam hidup.
Tag: #uang #bisa #mengubah #kepribadian #seseorang #kemungkinan #menunjukkan #perilaku #menurut #psikologi