10 Alasan Mengapa Gen Z Mengalami Kesulitan dalam Dunia Kerja dan Cara Mengatasinya
Ilustrasi Gen Z sedang diskusi (Freepik)
14:08
9 November 2024

10 Alasan Mengapa Gen Z Mengalami Kesulitan dalam Dunia Kerja dan Cara Mengatasinya

– Generasi Z sering dianggap kurang semangat dalam bekerja dan sulit diajak bekerja sama. Ternyata, faktor pola asuh dan pengaruh teknologi turut berperan dalam membentuk sikap mereka di tempat kerja.

Generasi Z merujuk pada kelompok yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Mereka tumbuh di era digital dan memiliki pandangan hidup serta nilai-nilai yang berbeda dari generasi sebelumnya.

Memahami tantangan yang dihadapi Generasi Z dapat membantu meningkatkan efektivitas kerja sama lintas generasi. Selain itu, pendekatan yang tepat mampu mendukung potensi mereka agar dapat berkontribusi maksimal di tempat kerja.

Berikut 10 alasan mengapa gen z mengalami kesulitan dalam dunia kerja dan cara mengatasinya dilansir dari kanal YouTube HelmyYahyaBicara oleh JawaPos.com, Sabtu (9/11):

1. Kurangnya Empati

Generasi Z sering dianggap kurang memiliki empati, karena terbiasa menerima narasi bertahan hidup yang menekankan mementingkan diri sendiri. Hal ini dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak melibatkan mereka dalam menghadapi masalah.

Pola asuh ini membuat mereka kurang terbiasa dengan empati terhadap orang lain. Dalam lingkungan kerja, sikap ini dapat menciptakan jarak antara mereka dan rekan kerja dari generasi berbeda.

Menumbuhkan rasa empati melalui keterlibatan dalam aktivitas sosial dapat menjadi solusi.

2. Pengaruh Teknologi

Teknologi memberikan Generasi Z akses luas pada informasi, termasuk soal kesehatan mental. Keterbukaan ini membuat mereka lebih sadar dan terbuka membahas isu kesehatan mental.

Sayangnya, terkadang mereka cenderung melakukan self-diagnose atau penilaian mandiri tanpa bantuan profesional. Di dunia kerja, hal ini dapat berpengaruh pada kinerja dan hubungan antar rekan kerja.

Mendapatkan bantuan dari tenaga profesional dan pelatihan kesehatan mental di tempat kerja dapat membantu mengelola kondisi ini.

3. Peran Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh yang cenderung permisif atau otoriter turut membentuk sikap Generasi Z. Orang tua yang terlalu memanjakan anak atau menyelesaikan semua masalahnya, menyebabkan generasi ini kurang mandiri.

Akibatnya, di lingkungan kerja, mereka bisa mengalami kesulitan menghadapi masalah tanpa bantuan pihak lain. Menerapkan pola asuh yang melatih kemandirian sejak dini akan membantu mereka berkembang lebih baik di masa dewasa.

4. Kurangnya Tanggung Jawab

Generasi Z seringkali kurang mandiri dan cenderung bergantung pada orang tua, terutama dari keluarga yang berkecukupan. Minimnya tantangan di usia dini membuat mereka kurang siap menghadapi kesulitan di dunia kerja.

Di tempat kerja, hal ini dapat menghambat kemampuan mereka menyelesaikan tugas secara mandiri. Melatih kemampuan menyelesaikan masalah dan meningkatkan rasa tanggung jawab sejak awal bisa menjadi solusi efektif.

5. Komunikasi Kurang Efektif

Generasi Z seringkali mengalami kesulitan dalam komunikasi dengan orang tua yang hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan materi. Akibatnya, kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi menciptakan jarak dalam hubungan.

Komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak diperlukan agar anak merasa didengarkan. Di tempat kerja, komunikasi yang lebih terbuka akan memudahkan interaksi antar generasi dan menciptakan lingkungan kerja yang harmonis.

6. Waktu Berkualitas Bersama Orang Tua

Kebanyakan orang tua merasa cukup memberikan materi bagi anak, namun tidak menyediakan waktu berkualitas. Padahal, interaksi yang penuh empati sangat penting bagi perkembangan anak.

Tanpa waktu berkualitas, anak akan merasa tidak diperhatikan dan kurang terhubung secara emosional. Waktu berkualitas membangun ikatan yang dapat memperkuat mental anak dalam menghadapi tekanan kerja saat dewasa.

7. Hubungan Antar Generasi

Kesenjangan komunikasi dan pemahaman antara Generasi Z dan generasi yang lebih senior sering menimbulkan masalah di tempat kerja. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pandangan dan nilai yang dibawa sejak kecil.

Mengatasi tantangan ini membutuhkan fleksibilitas dari kedua belah pihak untuk saling memahami dan bekerja sama. Program mentoring dan diskusi lintas generasi bisa membantu membangun hubungan yang lebih baik.

8. Sikap Generasi Z

Generasi Z membutuhkan ruang untuk mengekspresikan dirinya tanpa merasa dihakimi. Sikap terbuka dari pihak orang tua dan atasan di tempat kerja akan meningkatkan rasa percaya diri dan empati mereka.

Memahami perspektif mereka dapat memperkuat hubungan kerja antar generasi. Menyediakan waktu mendengarkan mereka dengan tulus menjadi langkah awal yang penting.

9. Pengaruh Kemandirian

Kemampuan untuk mandiri adalah faktor penting bagi Generasi Z agar sukses di tempat kerja. Kemandirian membantu mereka mengambil tanggung jawab atas tugasnya sendiri.

Di lingkungan kerja, generasi ini dapat lebih mudah beradaptasi jika sejak dini sudah dilatih untuk menghadapi tantangan. Kemandirian yang kuat membentuk individu yang siap menghadapi berbagai situasi di tempat kerja.

10. Peran Orang Tua

Orang tua perlu menyadari perannya dalam membentuk generasi yang empatik. Pemberian contoh dalam interaksi sosial dapat menumbuhkan rasa peduli pada anak.

Sikap empati sangat diperlukan di tempat kerja yang mengandalkan kerja sama tim. Membangun generasi yang penuh empati akan membantu terciptanya lingkungan kerja yang harmonis dan produktif.

Pemahaman mendalam tentang pola asuh dan tantangan teknologi bagi Generasi Z dapat membantu memecahkan hambatan di dunia kerja. Dukungan dari keluarga serta lingkungan kerja yang ramah mampu membentuk mereka menjadi individu yang lebih produktif dan empatik.

Editor: Setyo Adi Nugroho

Tag:  #alasan #mengapa #mengalami #kesulitan #dalam #dunia #kerja #cara #mengatasinya

KOMENTAR