6 Dampak Ghosting bagi Kesehatan Mental, dari Stres hingga Trauma
Ghosting adalah istilah kencan sehari-hari yang mengacu pada pemutusan kontak secara tiba-tiba dengan seseorang tanpa memberi penjelasan apapun pada orang yang bersangkutan.(FREEPIK)
16:10
16 Juni 2025

6 Dampak Ghosting bagi Kesehatan Mental, dari Stres hingga Trauma

Ghosting merupakan tindakan ketika seseorang menghindar tanpa kabar.

Meski terlihat sepele, ghosting ternyata dapat berdampak serius pada kesehatan mental korbannya.

Mengenali dampak ghosting dapat membantu kita membangun relasi yang lebih sehat, baik secara emosional maupun komunikasi. Berikut ini beberapa dampak ghosting terhadap kesehatan mental.

6 Dampak Ghosting bagi Kesehatan Mental

1. Menurunkan harga diri dan meninggalkan luka emosional

Konselor hubungan Tamara Hoyton menjelaskan, ghosting bisa membuat korban merasa tidak berharga dan mempertanyakan diri sendiri.

“Ghosting bisa membuat seseorang merasa ditolak dan mempertanyakan harga dirinya. Perasaan ‘apakah saya tidak layak dicintai?’ atau ‘apa yang salah dengan saya?’ bisa memenuhi pikiran,” jelas Hoyton, dikutip dari Cosmopolitan UK, Senin (16/6/2025?).

Ketidakpastian akibat kurangnya penjelasan juga dapat meninggalkan luka emosional mendalam, karena korban kerap menggantungkan harapan akan kembalinya pelaku ghosting.

2. Memicu stres, depresi, hingga trauma

Menurut Rufus Tony Spann, Ph.D., terapis seks bersertifikat sekaligus anggota Forbes Health Advisory Board, ghosting bisa memicu gangguan kesehatan mental jangka panjang.

Salah satu dampak ghosting pada korbannya yaitu bisa memicu depresi hingga trauma.

“Tanpa adanya percakapan, seseorang bisa mempertanyakan harga dirinya, apa yang salah dari dirinya, hingga apakah hubungan itu pernah berarti. Hal ini bisa menyebabkan trauma dan emosi berat seperti depresi atau kecemasan,” ujar Spann, disadur dari Forbes.

Spann juga menambahkan, ghosting merampas kesempatan untuk bicara dan memproses perpisahan secara sehat. Padahal, hal tersebut penting bagi proses penyembuhan emosional.

3. Meningkatkan rasa kesepian dan ketidakberdayaan

Sebuah studi yang dipublikasikan di International Journal of Environmental Research and Public Health pada 2020 mengungkap, korban ghosting dan breadcrumbing (diberi harapan palsu) mengalami tingkat kesepian yang lebih tinggi.

Perilaku ghosting membuat mereka merasa tak berdaya, serta memiliki kepuasan hidup yang rendah.

4. Memicu pikiran negatif dan menyalahkan diri sendiri

Konselor klinis profesional dan seksolog Stacey Diane Arañez Litam, Ph.D. mengatakan, ghosting mendorong korban untuk menyalahkan diri sendiri.

Korbannya akan merasa bingung dan merasa ini semua salahnya sampai seseorang meninggalkannya secara tiba-tiba.

“Orang yang di-ghosting cenderung menciptakan narasi bahwa jika saja mereka lebih pintar, lebih menarik, atau lebih baik, maka ghosting tidak akan terjadi. Padahal, biasanya masalahnya justru ada pada pelaku ghosting,” tutur Litam. 

5. Menghambat kemampuan membentuk relasi sehat

Ketika ghosting terjadi berulang kali, korban bisa menjadi mati rasa terhadap penolakan dan kehilangan kepercayaan untuk menjalin hubungan baru. 

Tak jarang, mereka mengembangkan pola pikir negatif terhadap hubungan secara umum.

“Ghosting bisa menjadi pola perilaku yang diteruskan pada orang lain, menjadikan pelaku baru bagi korban yang pernah mengalaminya. Ini menciptakan siklus yang tidak sehat,” tambah Spann.

6. Membentuk kebiasaan komunikasi buruk

Ghosting bukan hanya berdampak pada korban. Seseorang yang pernah ghosting orang lain juga bisa memendam rasa bersalah. 

Hoyton menegaskan, banyak pelaku ghosting sesungguhnya kesulitan mengungkapkan perasaan mereka, sehingga memilih “menghilang” begitu saja.

Jika seseorang terus melakukan ghosting, itu artinya mereka masih belum cukup dewasa untuk mengomunikasikan masalah dalam hubungan personalnya. 

Tag:  #dampak #ghosting #bagi #kesehatan #mental #dari #stres #hingga #trauma

KOMENTAR