

Ilustrasi- Zodiak yang tangguh dan cepat bangkit dari kegagalan.(Freepik)


Orang Tua yang Berhasil Mendidik Anaknya Menjadi Tangguh Biasanya Menerapkan 5 Pola Parenting Ini, Menurut Psikologi
- Banyak orang tua yang sudah berhasil mendidik anaknya menjadi orang yang tangguh di kemudian hari. Namun, membantu anak menjadi tangguh bukan tentang membebani mereka dengan tantangan berat, tetapi tentang membangun kebiasaan sehari-hari yang menguatkan mental dan emosional mereka. Ketahanan adalah keterampilan yang bisa dipelajari. Dengan mencontohkan cara mengelola emosi, berbicara kepada diri sendiri dengan baik, memberikan ruang untuk kemandirian, menetapkan batasan yang sehat, dan meluangkan waktu berkualitas bersama, orang tua bisa membantu anak-anak mereka tumbuh menjadi individu yang kuat, percaya diri, dan siap menghadapi dunia. Ketangguhan juga adalah kemampuan untuk bangkit dari kesulitan, dan ini bukan sesuatu yang muncul begitu saja. Anak-anak belajar menjadi tangguh dari lingkungan dan pola asuh yang mereka terima. Banyak orang tua berpikir mereka harus memberikan pelajaran hidup yang berat agar anak-anak mereka bisa kuat menghadapi tantangan. Padahal, membesarkan anak yang tangguh sering kali berasal dari kebiasaan kecil yang dilakukan secara konsisten. Berikut lima kebiasaan sederhana yang dilakukan orang tua untuk membantu anak-anak mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan tidak mudah menyerah, dikutip Selasa (25/2). 1. Mereka Mengajarkan Anak untuk Mengenali dan Mengelola Emosi Anak-anak perlu tahu bahwa perasaan, baik yang menyenangkan maupun tidak, adalah hal yang wajar. Jika orang tua cenderung menekan atau meluapkan emosi secara berlebihan, anak akan meniru pola tersebut. Sebaliknya, jika mereka melihat orang tua bisa mengelola emosi dengan sehat, mereka akan belajar melakukan hal yang sama. Misalnya, ketika merasa lelah atau stres, alih-alih diam atau marah-marah, orang tua bisa berkata, "Aku sedang merasa lelah, jadi aku butuh istirahat sebentar." Ini mengajarkan anak bahwa emosi bukan sesuatu yang perlu ditakuti, melainkan bisa diatasi dengan cara yang baik. Dengan membiasakan anak menamai perasaan mereka—seperti, "Aku frustrasi karena mainanku rusak," atau "Aku cemas karena ada ujian besok,"—mereka belajar mengenali emosi dan mencari solusinya, bukan justru larut dalam stres. 2. Mereka Menggunakan Self-Talk Positif dan Mengajarkannya pada Anak Pernah mendengar seseorang berkata, "Duh, aku ceroboh banget!" setelah melakukan kesalahan? Anak-anak menangkap kata-kata seperti ini dan menggunakannya untuk menilai diri mereka sendiri. Jika orang tua ingin anak-anak mereka lebih percaya diri dan tidak mudah menyerah, mereka perlu mencontohkan cara berbicara kepada diri sendiri dengan baik. Daripada mengatakan, "Aku payah dalam hal ini," lebih baik mengatakan, "Aku masih belajar, dan aku bisa lebih baik lagi." Ketika anak terbiasa mendengar hal positif, mereka akan mengembangkan cara berpikir yang lebih sehat. Mereka tidak akan langsung menyerah ketika gagal, melainkan melihat kesalahan sebagai bagian dari proses belajar. 3. Mereka Memberikan Ruang untuk Kemandirian dan Pemecahan Masalah Anak-anak yang tangguh adalah mereka yang percaya diri dalam menghadapi tantangan. Untuk itu, mereka butuh kesempatan untuk menyelesaikan masalah sendiri. Misalnya, jika anak kesulitan mengikat tali sepatu atau mengerjakan tugas sekolah, beri mereka waktu untuk mencoba sebelum langsung membantu. Jika mereka gagal, dorong mereka untuk mencoba lagi atau mencari solusi lain. Membiarkan anak mengalami sedikit kesulitan akan membangun ketahanan mereka. Jika mereka terbiasa selalu dibantu, mereka akan merasa tidak mampu dan mudah menyerah ketika menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan. 4. Mereka Menetapkan Batasan yang Konsisten tetapi Fleksibel Aturan dan batasan dalam keluarga memberikan rasa aman bagi anak-anak. Misalnya, jam tidur yang teratur atau aturan tentang penggunaan gadget akan membantu mereka memahami struktur dan tanggung jawab. Namun, aturan juga perlu memiliki fleksibilitas. Misalnya, jika sedang ada acara keluarga yang menyenangkan, mungkin boleh tidur sedikit lebih larut dari biasanya. Anak-anak perlu memahami bahwa aturan ada untuk kebaikan mereka, tetapi ada kalanya situasi memerlukan penyesuaian. Dengan pendekatan ini, anak akan belajar bahwa disiplin itu penting, tetapi mereka juga perlu bisa menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan. 5. Mereka Meluangkan Waktu Berkualitas Tanpa Gangguan Di era digital seperti sekarang, banyak orang tua dan anak yang berada di ruangan yang sama tetapi sibuk dengan gadget masing-masing. Padahal, anak-anak butuh koneksi nyata dengan orang tua mereka agar merasa didukung dan dicintai. Menghabiskan waktu bersama tidak harus selalu lama atau mewah. Cukup luangkan lima menit penuh perhatian, tanpa gangguan ponsel atau pekerjaan, untuk benar-benar mendengarkan anak atau melakukan sesuatu bersama. Bisa dengan bermain game sederhana, menggambar bersama, atau sekadar mengobrol tentang hari mereka. Momen-momen kecil ini membuat anak merasa dihargai dan memiliki tempat yang aman untuk berbagi perasaan.
Editor: Kuswandi
Tag: #orang #yang #berhasil #mendidik #anaknya #menjadi #tangguh #biasanya #menerapkan #pola #parenting #menurut #psikologi