''Self Affirmation'' agar Mental Sehat
Kenapa kesehatan mental itu penting? Kesehatan mental penting diperhatikan dan dikelola dengan baik karena beberapa alasan, seperti pengaruhnya terhadap kesehatan fisik Anda.(iStockPhoto/miniseries)
20:35
24 Februari 2025

''Self Affirmation'' agar Mental Sehat

Oleh: Anggita Wijayanti dan Linda Wati*

Aku galau…
Aku takut…
Aku enggak bisa deh…

PERNYATAAN seperti ini seringkali tanpa sadar kita ucapkan dalam sehari-harinya ketika sedang belajar, bekerja, atau bahkan berinteraksi dengan orang lain.

Di tengah kesibukan hidup modern yang serba cepat dan penuh tekanan, menjaga kesehatan mental adalah sesuatu yang penting.

Tuntutan kerja, masalah hubungan, atau ketidakpastian masa depan sering membuat kita merasa tidak nyaman.

Terkadang, kita merasa tidak cukup baik, takut ditolak, atau malah kurang percaya diri. Akibatnya, kita jadi ragu untuk menyampaikan pendapat atau keinginan.

Nah, untuk itu, yuk mulai belajar menghargai diri sendiri! Salah satu cara yang sederhana tapi efektif adalah dengan melakukan self-affirmation. Coba deh, pasti terasa bedanya!

Apa sih self-affirmation itu? Yuk, kita bahas lebih lanjut!

Self-affirmation atau afirmasi diri adalah cara efektif untuk jaga kesehatan mental, seperti membantu meredakan kecemasan dan meningkatkan harga diri seseorang (Moore, 2019).

Menurut Steele (1988), afirmasi diri adalah tindakan untuk menguatkan diri melalui kata-kata positif yang kita ucapkan berulang-ulang, dengan tujuan membantu kita mempertahankan pandangan positif tentang diri sendiri.

Praktik ini juga didukung oleh teori psikologi positif yang menyatakan bahwa membangun pola pikir positif dapat meningkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan seseorang (Seligman, 2002).

Dengan afirmasi diri, kita diajarkan untuk melihat diri kita melalui berbagai peran, memahami bahwa kesuksesan bukan tentang kesempurnaan, melainkan kompetensi di bidang yang kita hargai, serta bertindak secara etis untuk mempertahankan integritas diri (Cohen & Sherman, 2014; Steele, 1988).

Jadi, intinya kita belajar untuk melihat diri sendiri dengan cara lebih positif dan menghargai apa yang berharga untuk kita.

Misalnya, ketika kita merasa terpuruk atau ketika kita merasa takut untuk mencoba hal baru, maka kita bisa mengingat kembali nilai-nilai yang kita pegang atau ucapkan hal-hal positif, seperti, “Aku bisa kok,” atau “Aku layak buat bahagia.”

Hal ini dapat dilakukan secara terus menerus, maka pola pikir kita akan semakin lebih positif, dan kita pun lebih siap untuk menghadapi tantangan lainnya.

Apa hubungannya dengan kesehatan mental?

Menurut WHO (2022), kesehatan mental itu tentang kesejahteraan psikologis, kemampuan mengatasi tekanan hidup, mengenali potensi diri, dan berkontribusi positif ke masyarakat.

Penelitian menunjukkan bahwa self-affirmation dapat mengurangi tingkat stres dengan membantu individu melihat tantangan sebagai sesuatu yang dapat diatasi, bukan sebagai ancaman (Cohen & Sherman, 2014; Creswell et al., 2025).

Ketika seseorang menghadapi tekanan, dan memiliki self-affirmation, ia akan mengingat nilai-nilai yang bermakna bagi dirinya, sehingga bisa membuatnya merasa lebih rileks dan mengurangi munculnya stres.

Selain itu, self-affirmation juga membantu seseorang lebih baik dalam mengelola emosi mereka (Sherman et al., 2009).

Dengan mengingatkan diri sendiri tentang nilai-nilai positif, individu cenderung lebih mampu menghadapi emosi negatif, seperti kecemasan, ketakutan, dan lebih cepat kembali ke keadaan emosional yang stabil.

Dengan self-affirmation dapat membantu meningkatkan kesejahteraan emosional dengan membuat individu lebih sadar akan sisi positif dalam dirinya (Creswell et al., 2005).

Dengan begitu, seseorang bisa lebih menerima diri sendiri dan merasa lebih bahagia karena ia lebih menghargai apa yang miliki.

Self-affirmation juga bermanfaat untuk siswa sekolah. Penelitian Cohen (2016) menunjukkan bahwa self-affirmation bisa membantu siswa menghadapi stres akademik, misalnya dengan meningkatkan rasa percaya diri saat menghadapi tugas atau ujian yang sulit.

Selain itu dengan menegaskan nilai-nilai yang penting bagi mereka, siswa tidak hanya mengalami peningkatan prestasi akademik, tetapi juga mendapatkan manfaat lain, seperti berkurangnya kesenjangan prestasi, perbedaan nilai ujian, akses ke pendidikan berkualitas, dan peluang melanjutkan ke perguruan tinggi antara kelompok minoritas (yang memiliki keterbelakangan) dan kelompok mayoritas (yang lebih dominan).

Biasanya, kelompok minoritas kesulitan dalam mengakses sumber daya dan kesempatan, terutama dalam lingkup pendidikan.

Dengan adanya self-affirmation, siswa minoritas dapat memiliki kepercayaan diri dan motivasi yang lebih kuat untuk bersaing secara lebih setara dengan kelompok mayoritas.

Nah, self-affirmation memiliki segudang manfaat untuk kesehatan mental seseorang. Berikut ini tiga bukti studi empiris mengenai manfaat Self-Affirmation:

Pertama, self-affirmation membantu mengurangi sikap menolak terhadap kritik. Misalnya, jika seseorang dikritik mengenai berat badannya, seseorang yang tidak memiliki self-affirmation, ia mungkin merasa tersinggung, menyangkal, atau mengabaikan saran yang diberikan.

Namun, dengan self-affirmation, individu lebih mampu menerima kritik dengan pikiran terbuka, melihatnya sebagai dorongan, dan lebih termotivasi untuk melakukan perubahan positif tanpa merasa terancam secara pribadi (Harris & Epton 2009).

Kedua, self-affirmation membantu siswa dari kelompok minoritas menghadapi stres akademik.

Dengan melakukan afirmasi pada nilai-nilai pribadi, siswa menunjukkan peningkatan performa akademik yang signifikan dan pengurangan kesenjangan prestasi antara kelompok mayoritas dan minoritas (Cohen et al. 2006).

Ketiga, self-affirmation membantu individu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional dengan memfokuskan pada aspek positif dari identitas diri mereka (Creswell et al. 2005).

Agar kita bisa memiliki afirmasi diri yang efektif dan membantu diri menjadi lebih sehat mental, maka berikut beberapa saran yang dapat dilakukan:

  1. Identifikasi pikiran negatif: sadari pikiran negatif atau tantangan yang sedang hadapi.
  2. Buat afirmasi positif: rancang pernyataan yang spesifik, relevan, dan penuh keyakinan. Contoh: "Saya mampu mengatasi tantangan dengan tenang dan percaya diri."
  3. Ulangi secara konsisten: ucapkan afirmasi setiap hari, terutama di pagi hari atau saat menghadapi tekanan.
  4. Tetap realistis dan sabar: fokus pada kemajuan, bukan kesempurnaan, dan berikan waktu untuk hasilnya baik.
  5. Libatkan orang lain: Libatkan teman atau keluarga yang bisa kasih dukungan emosional dan perspektif baru buat bantu kamu tetap semangat.

Jadi, self-affirmation adalah cara sederhana, tapi efektif untuk mendukung kesehatan mental, terutama di tengah tekanan hidup modern.

Dengan mengulang kata-kata positif setiap hari, kita dapat memperkuat rasa percaya diri, menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kesejahteraan emosional di berbagai kalangan usia.

Penelitian menunjukkan bahwa self-affirmation tidak hanya membantu individu dalam mengelola emosi, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan prestasi akademik dan kesejahteraan psikologis.

Self-affirmation bukanlah solusi instan. Namun, dengan latihan yang tepat, cara ini dapat membantu seseorang menjalani hidup dengan lebih optimistis, percaya diri, dan mengurangi stres di saat diri merasa tertekan.

Meski terlihat sederhana dan minim usaha, praktik ini memiliki potensi manfaat yang besar untuk kesehatan mental dalam jangka panjang.

Yuk, mulai biasakan self-affirmation setiap hari! Dengan mengucapkan hal-hal positif tentang diri sendiri, kita bisa lebih percaya diri, bahagia, dan siap menghadapi tantangan.

Mulai sekarang, katakan pada dirimu: Aku yakin bisa! Aku berharga! Aku pantas bahagia! Self-affirmation adalah langkah kecil menuju kebahagiaan besar!

*Anggita Wijayanti, Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Linda Wati, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

 

Tag:  #self #affirmation #agar #mental #sehat

KOMENTAR