Orang Tua yang Jarang Memberi Semangat Anaknya, Biasanya Menerapkan 8 Pola Parenting yang Buruk Ini Menurut Psikologi
Ilustrasi orang tua dan anaknya. (freepik).
22:02
23 Februari 2025

Orang Tua yang Jarang Memberi Semangat Anaknya, Biasanya Menerapkan 8 Pola Parenting yang Buruk Ini Menurut Psikologi

- Ada banyak orang tua yang masih sungkan memberikan semangat pada anaknya dalam hal apapun. Padahal, kurangnya dorongan bukan sekadar membuat seseorang merasa kurang dihargai saat itu, tetapi juga membentuk cara pikir mereka dalam jangka panjang.

Penelitian menunjukkan bahwa penguatan positif sejak kecil berperan dalam membentuk kepercayaan diri dan ketahanan mental.    Tumbuh tanpa banyak dorongan bisa membentuk seseorang dengan cara yang tak selalu disadari. Ketika jarang mendapat kata-kata penyemangat, seseorang bisa mulai meragukan dirinya sendiri, merasa tidak cukup baik, atau bahkan berpikir bahwa apa pun yang dilakukan selalu kurang.    Seiring waktu, ini memengaruhi cara seseorang melihat dunia, menghadapi tantangan, dan menjalin hubungan dengan orang lain.   Pengalaman masa kecil ini sering kali meninggalkan jejak yang muncul dalam sifat tertentu di kemudian hari. Ada yang menjadi tantangan, tetapi ada juga yang bisa menjadi kekuatan.    Berikut beberapa sifat yang cenderung berkembang pada orang yang tumbuh tanpa banyak dorongan, dikutip dari Geediting, Minggu (23/2).   1. Sering Meragukan Kemampuan Diri Sendiri    Tanpa dorongan yang cukup, seseorang bisa tumbuh dengan kebiasaan meragukan diri sendiri. Jika tidak pernah ada yang mengatakan bahwa mereka berbakat atau mampu, mereka mungkin mulai percaya bahwa mereka tidak cukup baik.    Akibatnya, muncul rasa takut mengambil risiko, perasaan seperti penipu meskipun sudah berprestasi, atau terus-menerus mencari validasi dari orang lain.    Namun, menyadari pola ini adalah langkah awal untuk berubah. Belajar memberi semangat pada diri sendiri bisa membuat perbedaan besar.   2. Sulit Menerima Pujian    Bagi sebagian orang, menerima pujian terasa tidak nyaman. Mereka cenderung meremehkan pencapaian mereka sendiri, berpikir bahwa mereka hanya beruntung atau tidak pantas mendapat pengakuan.    Saat pujian datang, bukannya merasa bangga, mereka justru bertanya-tanya apakah itu hanya basa-basi.    Namun, belajar untuk sekadar mengucapkan "terima kasih" tanpa merasa perlu merendahkan diri adalah langkah kecil yang berdampak besar.   3. Terlalu Kritis terhadap Diri Sendiri    Orang yang tumbuh tanpa dorongan sering kali menjadi pengkritik paling keras bagi dirinya sendiri. Mereka lebih fokus pada kesalahan daripada keberhasilan, memutar ulang kegagalan dalam pikiran mereka berulang kali.    Kritik berlebihan ini bisa membentuk pola pikir negatif yang sulit dipatahkan. Padahal, belajar memberikan penghargaan pada diri sendiri atas usaha yang telah dilakukan adalah cara efektif untuk membangun kepercayaan diri.   4. Kesulitan Meminta Bantuan    Saat terbiasa berjuang sendiri sejak kecil, meminta bantuan bisa terasa sulit. Ada perasaan takut dianggap lemah atau merepotkan orang lain.    Akibatnya, mereka lebih memilih menyelesaikan segalanya sendiri, meskipun itu berarti menghadapi beban yang terlalu berat. Namun, kenyataannya, tidak ada yang bisa bertahan sendirian.    Meminta bantuan bukanlah tanda kelemahan, tetapi tanda bahwa seseorang cukup kuat untuk mengakui bahwa mereka butuh dukungan.   5. Selalu Merasa Tidak Cukup    Ketika dorongan minim di masa kecil, seseorang bisa tumbuh dengan perasaan bahwa dirinya tidak pernah cukup baik. Tak peduli seberapa banyak yang telah dicapai, selalu ada perasaan bahwa masih ada yang kurang.    Mereka berusaha keras, mengejar kesempurnaan, dan terus-menerus mencari validasi. Namun, pada akhirnya, yang benar-benar dibutuhkan bukan lebih banyak pencapaian, melainkan keyakinan bahwa mereka memang berharga apa adanya.   6. Merasa Bersalah saat Memprioritaskan Diri Sendiri    Banyak orang yang tumbuh tanpa dorongan mengaitkan nilai diri mereka dengan produktivitas. Mereka merasa hanya berharga jika terus bekerja keras dan memberikan yang terbaik untuk orang lain.    Akibatnya, saat mencoba beristirahat atau memanjakan diri sendiri, muncul rasa bersalah. Padahal, merawat diri sendiri bukanlah egois, melainkan hal yang penting agar bisa terus maju dengan lebih sehat dan bahagia.   7. Kesulitan Memercayai Pujian    Meskipun ingin diakui, orang yang jarang disemangati orang tuanya sering kali sulit mempercayai pujian. Ada kecenderungan untuk mempertanyakannya—apakah orang lain benar-benar bersungguh-sungguh atau hanya sekadar sopan?    Ketika tidak terbiasa mendapat pengakuan, pujian bisa terasa asing dan sulit diterima. Namun, belajar menerima kata-kata baik tanpa curiga adalah langkah penting menuju kepercayaan diri yang lebih kuat.   8. Butuh Dorongan tetapi Tidak Tahu Cara Memintanya    Dalam hati, mereka ingin mendengar bahwa mereka cukup baik dan bahwa usaha mereka dihargai. Namun, karena terbiasa hidup tanpa itu, mereka tidak selalu tahu bagaimana cara mengungkapkan kebutuhan tersebut.    Kadang mereka meremehkan pujian yang diberikan, atau bahkan menghindari validasi karena merasa tidak nyaman.    Namun, kebutuhan akan dorongan tetap ada, dan belajar untuk menerima serta mengungkapkan kebutuhan tersebut bisa menjadi langkah besar dalam perjalanan pertumbuhan diri.

Editor: Sabik Aji Taufan

Tag:  #orang #yang #jarang #memberi #semangat #anaknya #biasanya #menerapkan #pola #parenting #yang #buruk #menurut #psikologi

KOMENTAR