



7 Perilaku Orang Berkepribadian Self-Centered dan Terlalu Mementingkan Diri Sendiri, Kata Psikologi
- Orang yang terlalu mementingkan diri sendiri sering kali tidak sadar bahwa perilaku mereka bisa membuat orang lain merasa tidak dihargai. Ini bukan selalu soal keegoisan, tapi lebih ke kebiasaan atau pola pikir yang terbentuk dari waktu ke waktu.
Menurut psikologi, beberapa dari mereka melakukan ini sebagai mekanisme pertahanan, sementara yang lain sekadar tidak peka terhadap orang lain. Masalahnya, perilaku ini bisa membuat hubungan terasa berat sebelah.
Jika kamu sering merasa seseorang di sekitarmu lebih banyak menerima daripada memberi, mungkin mereka termasuk orang dengan kepribadian self-centered. Dilansir dari laman Geediting.com pada Kamis (20/2) berikut adalah beberapa tanda khasnya.
1. Mereka Selalu Membawa Pembicaraan Kembali ke Diri Mereka Sendiri
Pernahkah kamu berbagi cerita dengan seseorang, lalu mereka langsung menimpali dengan pengalaman mereka sendiri, seolah-olah mereka hanya menunggu giliran bicara? Misalnya, kamu bercerita tentang perjalananmu ke luar negeri, tapi mereka malah menyela dengan, “Oh iya, aku juga pernah ke sana, tapi tempat yang aku kunjungi lebih bagus!”
Orang yang terlalu mementingkan diri sendiri mungkin mengira ini adalah cara menunjukkan empati, padahal justru membuat lawan bicara merasa tidak didengarkan. Alih-alih berfokus pada cerita orang lain, mereka lebih sibuk memastikan bahwa pengalaman mereka tetap menjadi pusat perhatian.
2. Mereka Jarang Mengajukan Pertanyaan Lanjutan
Salah satu tanda klasik dari orang dengan kepribadian self-centered adalah minimnya rasa ingin tahu terhadap orang lain. Mereka mungkin mendengarkan cerita atau curhatanmu, tapi hanya sebatas itu, tanpa ada pertanyaan lanjutan atau upaya untuk memahami lebih dalam.
Dalam psikologi, mendengarkan secara aktif adalah bagian penting dari komunikasi yang sehat. Tapi bagi mereka yang egois, percakapan sering kali hanya menjadi ajang pamer atau membahas diri sendiri. Hasilnya, lawan bicara mereka bisa merasa tidak terlihat atau diabaikan.
3. Mereka Mendominasi Percakapan Tanpa Menyadarinya
Beberapa orang begitu asyik bicara hingga lupa memberikan ruang bagi orang lain untuk berbicara. Mereka mungkin menyela, berbicara panjang lebar, atau bahkan tidak sadar bahwa orang lain sudah kehilangan minat.
Penelitian dalam psikologi menunjukkan bahwa manusia cenderung melebih-lebihkan ketertarikan orang lain terhadap cerita mereka. Ini berarti seseorang yang terlalu banyak bicara bisa saja mengira dirinya menarik, padahal sebenarnya mereka sedang mendominasi percakapan secara tidak sadar.
4. Mereka Kesulitan Merayakan Keberhasilan Orang Lain
Orang yang terlalu mementingkan diri sendiri sering kali sulit merasa senang atas keberhasilan orang lain. Ketika seseorang berbagi kabar baik, alih-alih memberikan dukungan, mereka malah meremehkan pencapaian tersebut atau membandingkannya dengan situasi mereka sendiri.
Misalnya, jika kamu menceritakan tentang kenaikan gaji, mereka mungkin menimpali dengan, “Wah, pasti enak ya. Aku sih udah kerja mati-matian, tapi masih belum naik gaji.” Bukannya ikut merayakan, mereka malah menarik perhatian kembali ke diri sendiri.
5. Mereka Jarang Mengakui Perasaan Orang Lain
Empati bukanlah keahlian utama orang dengan kepribadian self-centered. Ketika seseorang bercerita tentang perasaannya, mereka mungkin langsung membandingkan atau bahkan mengabaikannya.
Misalnya, jika kamu berkata, “Aku lagi stres banget akhir-akhir ini,” mereka bisa saja menjawab, “Aku juga! Malah lebih parah dari kamu.” Bukannya memberi dukungan atau mendengarkan, mereka malah menjadikan situasi itu sebagai kesempatan untuk berbicara tentang diri sendiri.
Padahal, dalam psikologi, validasi emosional sangat penting dalam sebuah hubungan. Terkadang, seseorang hanya ingin didengarkan tanpa perlu dibandingkan atau diberi solusi.
6. Mereka Sering Menyela Tanpa Menyadarinya
Pernah merasa kesulitan menyelesaikan satu kalimat karena terus disela? Ini salah satu ciri khas orang yang terlalu mementingkan diri sendiri. Mereka tidak bermaksud kasar, tapi sering kali mereka merasa pendapat mereka lebih penting dan harus segera disampaikan.
Menyela dalam percakapan bukan sekadar gangguan kecil, tapi juga menunjukkan kurangnya penghormatan terhadap orang lain. Lama-kelamaan, orang-orang di sekitar mereka bisa merasa frustrasi dan enggan berbicara dengan mereka.
7. Mereka Hanya Menghubungi Saat Membutuhkan Sesuatu
Salah satu tanda paling jelas dari seseorang yang egois adalah pola hubungan yang sepihak. Mereka jarang menghubungi atau peduli dengan orang lain kecuali mereka membutuhkan sesuatu.
Mereka mungkin tidak pernah bertanya kabar atau menawarkan bantuan, tapi ketika mereka butuh nasihat, pinjaman, atau sekadar ingin curhat, mereka tiba-tiba muncul. Hubungan seperti ini terasa transaksional dan bisa membuat orang lain merasa dimanfaatkan.
Orang yang terlalu mementingkan diri sendiri sering kali tidak menyadari bahwa perilaku mereka membuat hubungan terasa berat sebelah. Mereka mungkin tidak bermaksud egois, tapi kebiasaan mereka yang selalu memusatkan perhatian pada diri sendiri bisa membuat orang lain merasa tidak dihargai.
Jika kamu sering menghadapi orang-orang seperti ini, penting untuk mengenali tanda-tandanya agar kamu tidak terjebak dalam hubungan yang melelahkan secara emosional. Sebab, setiap hubungan yang sehat membutuhkan keseimbangan antara memberi dan menerima.
Tag: #perilaku #orang #berkepribadian #self #centered #terlalu #mementingkan #diri #sendiri #kata #psikologi