

Ilustrasi anak yang lahir dari ibu di atas 40 tahun dengan tiga keunggulan yang membedakan mereka (freepik)


Menjadi Ibu itu Melelahkan, Ini 7 Cara Agar Anda Tak Kehilangan Jati Diri dan Kesenangan saat Melakukannya Menurut Psikologi
- Semua orang bilang menjadi ibu itu indah, tetapi tetap saja ada momen di mana kita tidak bisa menahan rasa kesepian saat menjadi ibu yang waktunya tersita habis untuk mengurus anak.
Ya, memang ada momen-momen yang sempurna untuk difoto: saat pertama anak kita tersenyum pada kita, pelukan hangat di sore yang malas, rasa bangga yang kita rasakan saat mereka mencapai sesuatu yang baru. Namun jika kita pernah merasakan kesepian yang mendalam dan terus-menerus muncul saat kegembiraan mereda, kita tidak sendirian. Ini adalah paradoks yang kita hadapi sebagai seorang ibu. Kita belajar bahwa, bahkan di rumah yang penuh dengan kebisingan mainan dan suara-suara kecil, seseorang mungkin saja merasa sangat terisolasi. Bagi kita yang pernah mengalaminya, mungkin terasa aneh untuk mengakui: "Kita sangat mencintai anak-anak kita, jadi mengapa kita merasa begitu sendirian?" Jadi, bagaimana kita mendapatkan kembali jati diri kita dan memelihara kesejahteraan kita di tengah-tengahnya? Berikut adalah tujuh cara kita menemukan diri kita lagi, dikutip dari Blog Herald, Kamis (20/2). 1. Mengenali bahwa kesepian adalah hal yang normal Kita dulu berpikir bahwa kita satu-satunya yang merasakan kepedihan isolasi saat kita menjalani cuti hamil. Semua orang tampak begitu puas. Kita beralih dari rutinitas lama—interaksi di kantor, acara sosial, kencan minum kopi spontan—ke kehidupan sehari-hari yang dapat terasa berulang dan membuat kita terasing. Menyadari bahwa kesepian adalah bagian normal dari proses ini merupakan langkah besar untuk melepaskan diri dari rasa malu karenanya. 2. Mendapatkan kembali waktu luang untuk diri sendiri Pernahkah kita bertanya-tanya, “Apakah egois jika kita ingin menghabiskan waktu jauh dari anak-anak kita?” Ya, dan itu sudah lama sekali. Lalu kita temukan bahwa jendela kecil ruang pribadi dapat memberi kita energi yang cukup untuk menjadi ibu yang lebih hadir dan sabar. Menjadi ibu tidak berarti kita harus mengorbankan semua keinginan pribadi—entah itu membaca novel, berlatih yoga, atau sekadar menyeruput teh dalam diam. Belakangan ini, kita mulai meluangkan 15 menit untuk menulis jurnal setelah anak-anak tidur. Tanpa persiapan yang rumit—hanya kita, pena, dan pikiran yang berputar di kepala. Sungguh luar biasa betapa lebih ringannya kita merasa ketika memberi diri kita waktu untuk mengevaluasi hari yang telah berlalu. Seperti yang Oprah katakan, “Kita harus menemukan apa yang memberi kita semangat sehingga kita bisa menerangi dunia dengan cara kita sendiri.” 3. Menghubungkan diri dengan ibu lain (dan manusia lainnya!) Suatu kali, kita berbagi cerita tentang kesepian dengan seorang teman ibu yang kita temui di kelompok parenting lokal. Responsnya langsung, “Aku pikir aku satu-satunya.” Pengakuan sederhana itu—menyadari bahwa kita berdua sedang berjuang di balik topeng kebahagiaan—langsung membuat kita merasa lebih dekat. Jika kita ragu untuk bergabung dengan komunitas baru atau mengatur playdate dengan seseorang yang baru dikenal, kita tidak sendirian. Namun, mencoba masuk ke lingkaran sosial baru bisa jadi pengubah permainan. Entah itu kelas parenting, pertemuan di taman, atau forum ibu online, terhubung dengan orang lain yang memahami bisa membuat kita merasa lebih dihargai. Dan ini bukan hanya soal “teman sesama ibu.” Menghidupkan kembali pertemanan lama atau meluangkan waktu untuk menelepon teman yang tidak memiliki anak juga bisa membantu kita merasa lebih utuh sebagai individu. 4. Menemukan kembali minat sebelum menjadi ibu “Siapa kita sebelum popok, jadwal tidur, dan camilan sehat?” Itu pertanyaan yang kita tanyakan ketika anak kedua kita mulai masuk prasekolah. Mengejutkan betapa banyak hobi dan minat kita yang seolah menghilang. Jika kita juga berpikir demikian, cobalah mengingat apa yang membuat kita bersemangat saat masih muda atau ketika memiliki lebih banyak waktu luang—mungkin itu melukis, menari, mendaki, atau bermain gitar. Bagi kita, itu adalah membuat tembikar. Meski terdengar aneh, membentuk tanah liat di atas roda dan merasakannya menjadi bentuk yang nyata hampir seperti meditasi. 5. Melepaskan mitos “ibu sempurna” Kita semua pernah melihat postingan Instagram tentang ruang tamu yang rapi, mainan yang tertata warna-warni, dan anak-anak yang lahap menyantap makanan sehat buatan rumah. Dalam momen-momen itu, mudah merasa kurang. Padahal, tidak ada kehidupan yang seindah tampilan di media sosial. Dan percaya bahwa kita harus mengejar standar yang tidak realistis hanya akan membuat kita merasa semakin terisolasi. Faktanya, kita sudah melakukan cukup banyak. Kesempurnaan adalah target yang selalu bergerak dan tidak akan pernah bisa kita capai. Menerima kenyataan ini membantu kita melepaskan tekanan untuk menjadi ibu super dan menerima bantuan—dari pasangan, keluarga, bahkan anak-anak kita ketika mereka cukup besar untuk membantu tugas kecil. 6. Membangun komunikasi terbuka di rumah Kesepian seringkali muncul karena kita tidak merasa didengar oleh orang-orang terdekat—keluarga kita. Jika kita punya pasangan, apakah mereka tahu kita merasa seperti ini? Untuk waktu yang lama, kita menyimpan kesepian ini sendiri, menganggapnya sebagai kelemahan. Tapi setelah kita benar-benar terbuka, pasangan kita mulai memberikan lebih banyak dukungan. Membuka komunikasi ini menciptakan jembatan, bukan dinding, sehingga mengurangi rasa kesepian dalam rumah kita sendiri. 7. Mencari dukungan profesional dan pribadi Terakhir, berbicara dengan seorang profesional bisa sangat bermanfaat—seseorang yang bisa membantu kita memahami kompleksitas emosi dalam perjalanan menjadi ibu. Kita tidak harus menjalani ini sendirian. Dengan menyadari dan memahami perasaan kita, kita mengambil langkah pertama menuju kesejahteraan yang lebih baik.
Editor: Estu Suryowati
Tag: #menjadi #melelahkan #cara #agar #anda #kehilangan #jati #diri #kesenangan #saat #melakukannya #menurut #psikologi