



Apa Itu Sleep Terror dan Mengapa Sering Terjadi pada Anak?
- Sleep terror ternyata sering terjadi pada anak-anak saat tidur.
Adapun sleep terror, atau sering juga disebut night terror, adalah gangguan tidur yang lebih sering terjadi pada anak-anak ketimbang pada kelompok umur lainnya.
“Ini sering terjadi pada anak usia 3-7 tahun dan biasanya berkurang pada anak usia 10 tahun,” kata anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang Pediatri Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Eva Devita Harmoniati, SpA, dalam webinar bertajuk “Gangguan Tidur dan Night Terror pada Anak”, Selasa (18/2/2025).
Sleep terror ditandai dengan kondisi, seperti:
- Anak ketakutan selama tidur, disertai dengan teriak
- Panik
- Gerakan menendang-nendang
- Gerakan tangan menggapai-nggapai
Ditilik dari frekuensinya, kejadiannya sama pada anak perempuan maupun laki-laki, dengan prevalensi sekitar 30 persen pada seorang anak.
Artinya, ada kemungkinan terjadi pada 30 dari 100 anak.
“Walaupun tampak menakutkan, tetapi prognosisnya baik. Dia (sleep terror) bisa hilang sendiri di usia 10 tahun atau bisa dikatakan self-limiting,” terangnya.
Penyebab sleep terror
Penyebabnya tidak diketahui secara pasti, tetapi para ahli menyatakan bahwa sleep terror terjadi karena incomplete arousal dari fase tidur dalam.
Diketahui pula, lanjut Eva, bahwa sleep terror ini berhubungan kuat dengan:
- Demam atau sakit
- Aktivitas fisik berlebih di siang hari
- Konsumsi kafein berlebih
- Kurang tidur atau kelelahan
- Adanya stres emosional (misalnya kecemasan)
- Faktor genetik
Episode sleep terror ini berlangsung selama 10-40 menit, dan biasanya terjadi di sepertiga awal tidur atau pada saat anak melewati tidur fase NREM 3-4.
Gangguan tidur ini diklasifikan sebagai parasomnia. Dalam kategori ini, sering muncul perilaku abnormal selama tidur.
Ia menyebut, sleep terror ini merupakan episode yang berulang dalam fase tidur, anak tiba-tiba terbangun, tidak responsif, dan tidak bisa mengingat kejadian yang ia alami selama kondisi tersebut berlangsung.
Mengatasi sleep terror pada anak
Tidak ada terapi khusus untuk menangani sleep terror selain menenangkan anak.
Jika anak mengalami sleep terror, orangtua bisa melakukan hal-hal berikut:
- Menenangkan anak
- Memastikan keamanan anak selama kejadian night terror (misalnya agar tidak terjatuh dari ranjang, maupun tidak menyakiti diri)
“Apabila ada stres atau konflik berlebih yang dialami anak, dan diketahui oleh orangtua, maka dapat dikonsltasikan pada dokter,” kata Eva.
Tujuannya, agar keluarga diajarkan mengenai coping techniques sehingga mengurangi frekuensi kejadian sleep terror.
Selain itu, farmakoterapi (obat-obatan) juga tidak dianjurkan untuk anak yang mengalami sleep terror.
Orangtua lebih dianjurkan untuk menerapkan scheduled awakening. Teknik ini dilakukan dengan membangunkan anak secara rutin di waktu ia biasa bangun, kemudian menenangkan anak hingga kembali tertidur.
Upaya pencegahan anak mengalami gangguan tidur bisa dilakukan dengan membangun rutinitas tidur yang baik, dan kondisi tidur yang nyaman.