



Psikologi Ungkap: 7 Hal yang Suka Dibanggakan Kaum Narsistik di Media Sosial untuk Mencari Perhatian
- Media sosial telah menjadi panggung bagi banyak orang untuk berbagi hidup mereka. Namun, bagi kaum narsistik, platform ini lebih dari sekadar tempat berbagi melainkan juga ajang pamer dan mencari validasi.
Psikologi menunjukkan bahwa hal yang dibanggakan orang narsistik di media sosial bukanlah sesuatu yang acak. Setiap unggahan yang mereka buat dirancang dengan hati-hati untuk menciptakan citra diri yang sempurna dan menarik perhatian sebanyak mungkin.
Dari hubungan asmara hingga pencapaian pribadi, menurut News Reports pada Selasa (18/2) berikut adalah tujuh hal yang paling sering mereka pamerkan di media sosial dan alasan psikologis di baliknya.
1. Hubungan Mereka yang “Sempurna”
Pernah melihat seseorang yang setiap minggu mengunggah foto mesra dengan pasangan, lengkap dengan caption penuh cinta? Tentu, berbagi kebahagiaan itu wajar. Tapi kalau setiap postingan terasa seperti skrip drama romantis yang terlalu dibuat-buat, bisa jadi ada alasan lain di baliknya.
Orang narsistik suka membanggakan hubungan mereka bukan karena benar-benar menghargai pasangan, tetapi karena hubungan tersebut menjadi simbol status. Mereka ingin dilihat sebagai sosok yang diidamkan, sukses, dan layak dikagumi. Setiap unggahan adalah cara mereka untuk mengatakan, "Lihat betapa menakjubkannya aku, bahkan pasangan romantisku pun sempurna."
2. Pembelian Mahal
Dari jam tangan mewah hingga mobil sport, orang narsistik suka memamerkan barang-barang mahal mereka. Psikologi menunjukkan bahwa kepemilikan materi bagi mereka bukan hanya soal menikmati barang tersebut, tetapi lebih kepada bagaimana orang lain melihatnya.
Jika seseorang lebih sering mengunggah foto tas bermerek atau tagihan makan malam di restoran bintang lima dibandingkan momen pribadi lainnya, bisa jadi itu adalah bagian dari strategi untuk menciptakan kesan bahwa mereka kaya, sukses, dan superior.
3. Seberapa Banyak Mereka Bekerja
Unggahan foto laptop di tengah malam dengan caption "Sukses butuh pengorbanan" atau selfie di pesawat kelas bisnis dengan kalimat "Kerja keras membuahkan hasil"—kedengarannya familiar?
Bagi sebagian orang, kerja keras adalah dedikasi. Tapi bagi kaum narsistik, ini adalah kesempatan emas untuk membuktikan bahwa mereka lebih ambisius, lebih produktif, dan lebih unggul daripada yang lain.
Dalam psikologi, narsisme sering dikaitkan dengan kebutuhan untuk dikagumi, dan cara mereka mencari perhatian adalah dengan menunjukkan betapa tak terhentikannya mereka dalam mengejar kesuksesan.
4. Kebugaran dan Fisik Mereka
Gym selfie, video latihan, sebelum-dan-sesudah transformasi tubuh. Bagi orang narsistik, kebugaran bukan hanya tentang kesehatan, tetapi tentang citra. Mereka mengaitkan harga diri mereka dengan bagaimana tubuh mereka terlihat dan ingin memastikan dunia mengetahuinya.
Tentu, tidak ada yang salah dengan bangga terhadap pencapaian kebugaran. Namun, jika seseorang secara konsisten membombardir media sosial dengan unggahan yang menonjolkan fisiknya, bisa jadi itu bukan sekadar kebiasaan sehat, tetapi lebih kepada upaya untuk mendapatkan validasi eksternal.
5. Kecerdasan yang Dilebih-lebihkan
Orang narsistik gemar memamerkan kecerdasan mereka di media sosial, baik dalam bentuk kata-kata bijak, opini “intelektual”, atau unggahan yang sengaja dibuat kompleks. Menariknya, psikologi menunjukkan bahwa orang yang terus-menerus membanggakan betapa pintarnya mereka sering kali justru melebih-lebihkan kemampuannya.
Mereka ingin diakui sebagai individu yang superior, pemikir hebat, dan lebih pintar dari orang lain. Dalam dunia narsistik, yang penting bukan hanya memiliki pengetahuan, tetapi memastikan semua orang tahu mereka memilikinya.
6. Kedermawanan Mereka
Berbuat baik itu luar biasa. Tapi ketika seseorang merasa perlu menyiarkan setiap tindakan amalnya, muncul pertanyaan: Apakah mereka benar-benar peduli, atau hanya ingin dilihat sebagai orang baik?
Orang narsistik sering kali menggunakan kedermawanan sebagai alat untuk membangun citra diri mereka. Baik itu menyumbang uang, membantu orang lain, atau sekadar membayar makanan teman, mereka ingin dunia mengetahuinya. Bagi mereka, kemurahan hati bukan hanya soal membantu, tetapi soal bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sosok yang luar biasa.
7. Seberapa Besar Mereka Dikagumi
Jika ada satu hal yang benar-benar dibutuhkan kaum narsistik, itu adalah perhatian. Dan mereka tidak akan ragu untuk menunjukkan kepada dunia betapa mereka dihormati, dikagumi, dan diidolakan.
Mereka sering membagikan tangkapan layar pujian dari orang lain, memamerkan jumlah followers mereka, atau memposting setiap momen di mana mereka menjadi pusat perhatian. Setiap like, komentar, dan share menjadi bukti bahwa mereka adalah seseorang yang istimewa.
Dalam dunia narsistik, hal yang dibanggakan orang narsistik di media sosial bukanlah kebetulan. Setiap unggahan dirancang untuk menciptakan citra diri yang ideal dan menarik perhatian sebanyak mungkin.
Tag: #psikologi #ungkap #yang #suka #dibanggakan #kaum #narsistik #media #sosial #untuk #mencari #perhatian