Psikologi Ungkap: Orang yang Mengandalkan Facebook sebagai Sumber Berita Utama Memiliki 8 Ciri Kepribadian Ini
Ilustrasi. (pexels.com)
17:44
17 Februari 2025

Psikologi Ungkap: Orang yang Mengandalkan Facebook sebagai Sumber Berita Utama Memiliki 8 Ciri Kepribadian Ini

 

Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari.

Banyak orang mendapatkan berita dari berbagai platform, tetapi ada sebagian yang menjadikan Facebook sebagai sumber berita utama mereka. 

Psikologi digital mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengandalkan Facebook untuk berita memiliki beberapa karakteristik kepribadian yang menarik. Penasaran? 

Dilansir dari laman News Reports pada Senin (17/2) berikut delapan ciri yang mungkin menggambarkan mereka.

1. Mereka Lebih Percaya pada Sumber yang Sudah Dikenal daripada Sumber yang Terverifikasi

Ketika berbicara tentang berita, kepercayaan memainkan peran besar dalam menentukan apa yang dianggap benar atau tidak. Orang yang mengandalkan Facebook sebagai sumber berita utama lebih cenderung mempercayai informasi dari teman dan keluarga. 

Bisa juga dari halaman yang sering mereka ikuti dibandingkan dengan berita dari media yang sudah terverifikasi. Keakraban terasa lebih meyakinkan daripada akurasi, dan ini bisa membuat mereka lebih rentan terhadap misinformasi.

2. Mereka Tertarik pada Konten yang Bermuatan Emosional

Berita yang menyentuh emosi lebih mudah menyebar di media sosial. Menurut psikolog Paul Ekman, emosi mempengaruhi cara kita memperhatikan dan mengingat informasi. 

Tidak heran jika orang yang mengandalkan Facebook untuk berita sering terpapar informasi yang bersifat provokatif, menggemparkan, atau emosional. Sensasi lebih menarik perhatian dibandingkan fakta yang kompleks dan membosankan.

3. Mereka Berjuang dengan Kelebihan Informasi

Setiap hari, ribuan artikel dan unggahan berlalu di beranda Facebook, menciptakan lautan informasi yang sulit dicerna. Psikolog Herbert Simon menyebut fenomena ini sebagai "kemiskinan perhatian"atau suatu kondisi ketika terlalu banyak informasi justru membuat seseorang kesulitan menyaring yang benar-benar penting. 

Akibatnya, banyak orang hanya membaca sekilas judul berita atau mengandalkan ringkasan dari komentar orang lain tanpa benar-benar mengecek sumbernya.

4. Mereka Lebih Menyukai Kesederhanaan daripada Kerumitan

Dunia nyata penuh dengan isu-isu kompleks yang membutuhkan pemahaman mendalam. Namun, Facebook sering kali menyajikan informasi dalam format yang singkat, hitam-putih, atau bahkan bias. 

Psikolog Daniel Kahneman dalam bukunya Thinking, Fast and Slow menjelaskan bahwa otak kita menyukai informasi yang sederhana dan mudah dicerna. Sayangnya, kesederhanaan ini bisa menyebabkan penyebaran narasi yang tidak akurat atau menyesatkan.

5. Mereka Yakin Bahwa Mereka Berpikir Kritis

Ironisnya, banyak orang yang mengandalkan Facebook sebagai sumber berita utama merasa bahwa mereka adalah pemikir independen. Mereka menganggap diri mereka skeptis terhadap media arus utama dan percaya telah menemukan "kebenaran tersembunyi." 

Namun, seperti yang dikatakan Carl Sagan, berpikir kritis bukan hanya soal meragukan satu pihak, tetapi juga menguji kembali keyakinan kita sendiri.

6. Mereka Lebih Dipengaruhi oleh Pengulangan daripada Akurasi

Psikolog Robert Zajonc memperkenalkan konsep mere exposure effect yang artinya semakin sering kita melihat sesuatu, semakin besar kemungkinan kita mempercayainya. 

Facebook bekerja dengan algoritma yang menampilkan konten yang sering kita lihat atau sukai, sehingga berita yang muncul di feed seseorang sering kali berulang dari sumber yang sama.

Akibatnya, orang lebih mungkin mempercayai sesuatu bukan karena akurasinya, tetapi karena mereka terus-menerus melihatnya.

7. Mereka Mencampuradukkan yang Relate dengan Kebenaran

Di media sosial, berita yang paling viral sering kali bukan yang paling akurat, tetapi yang paling menarik perhatian. Orang yang mengandalkan Facebook untuk berita cenderung menganggap sebuah informasi benar jika terasa dekat dengan pengalaman atau keyakinan mereka. 

Psikolog Daniel Kahneman menekankan bahwa keakraban dengan suatu informasi sering kali disalahartikan sebagai kebenaran, padahal hal itu belum tentu benar.

8. Mereka Meremehkan Bias Mereka Sendiri

Psikolog Jonathan Haidt menjelaskan konsep bias konfirmasi, di mana seseorang lebih cenderung menerima informasi yang mendukung pandangan mereka dan mengabaikan yang bertentangan. Algoritma Facebook memperkuat bias ini dengan menyajikan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna. 

Akibatnya, orang yang mengandalkan Facebook untuk berita sering merasa mereka mendapatkan informasi yang seimbang, padahal sebenarnya mereka hanya terpapar sudut pandang yang memperkuat keyakinan mereka sendiri.

Kesimpulannya, orang yang mengandalkan Facebook sebagai sumber berita utama menunjukkan pola pikir dan kebiasaan tertentu dalam mengonsumsi informasi. Dengan memahami karakteristik ini, kita bisa lebih waspada terhadap bagaimana media sosial membentuk cara pandang kita terhadap dunia.

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #psikologi #ungkap #orang #yang #mengandalkan #facebook #sebagai #sumber #berita #utama #memiliki #ciri #kepribadian

KOMENTAR