



Ekonomi Global sedang Sulit, Penjualan Hermes Justru Meroket!
Di tengah kondisi ekonomi yang sulit, di mana banyak orang mengurangi pengeluaran akibat inflasi dan ketidakpastian global, brand mewah asal Prancis, Hermes, justru mencatat lonjakan penjualan yang luar biasa.
Dikutip dari Reuters, dalam laporan terbaru mereka, penjualan kuartal keempat naik 18%, jauh melebihi ekspektasi analis. Ini membuktikan bahwa barang mewah tetap diminati, terutama oleh kalangan kaya yang masih rela mengeluarkan uang untuk produk eksklusif seperti tas Birkin yang harganya mulai mencapai lebih dari $10.000 (sekitar Rp150 juta) hingga miliaran rupiah.
"Kita merayakan tahun yang luar biasa, di lingkungan yang lebih sulit," kata CEO Hermes, Axel Dumas, kepada wartawan melalui panggilan telepon.
Sementara industri barang mewah global mengalami perlambatan—dengan penurunan penjualan sekitar 2% tahun lalu akibat krisis properti di Tiongkok dan kekhawatiran inflasi—Hermes justru tetap melesat, mengalahkan pesaingnya seperti LVMH (Louis Vuitton) dan Gucci (Kering).
Tak hanya itu, harga saham Hermes juga melonjak 4,5% setelah laporan ini dirilis, menunjukkan kepercayaan investor yang tinggi terhadap brand ini. Selama 12 bulan terakhir, saham Hermes bahkan naik sekitar 25%, mendekati kapitalisasi pasar LVMH, yang merupakan perusahaan barang mewah terbesar di Eropa.
Rahasia Sukses Hermes: Eksklusivitas dan Kualitas
Hermes telah lama dikenal karena strateginya yang unik: menciptakan produk yang eksklusif dan mempertahankan kelangkaannya secara sengaja. Strategi ini berhasil menjaga nilai produk mereka tetap tinggi dan meningkatkan permintaan di kalangan orang kaya.
Pada kuartal keempat 2024, Hermes mencatat pertumbuhan penjualan terbesar di Amerika dan Jepang, dengan kenaikan 22,3% di kedua wilayah tersebut. Sementara di Asia (tidak termasuk Jepang), penjualan naik 9%, meskipun terjadi penurunan trafik pembeli di Tiongkok.
Divisi barang kulit dan aksesoris Hermes—yang mencakup produk andalan seperti tas Birkin dan Kelly—menjadi penyumbang pendapatan terbesar, dengan pertumbuhan mencapai 21,5%. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan analis yang hanya memprediksi kenaikan 13%.
Hermes mengatakan penjualannya pada kuartal keempat mencapai 3,96 miliar euro, naik 18% pada nilai tukar konstan, meningkat pada periode akhir tahun yang penting, dengan pertumbuhan tercepat di Amerika dan Jepang.
Menariknya, meskipun Hermes yang dikenal dengan pengendalian ketatnya terhadap produksi, menaikkan harga produknya sekitar 6-7% tahun ini untuk menyesuaikan biaya produksi dan nilai tukar mata uang.
Bahkan, hal itersebut tidak mengurangi minat pembeli. Ini menunjukkan bahwa bagi pelanggan setia Hermes, harga bukanlah masalah utama, melainkan eksklusivitas dan nilai prestisius yang mereka dapatkan.
Ketika ditanya soal potensi tarif impor dari AS terhadap barang-barang Eropa, Dumas, menegaskan bahwa perusahaan tidak akan mengubah strategi produksinya. Jika tarif naik, Hermes hanya akan menyesuaikan harga agar tetap menjaga kualitas dan eksklusivitas produk mereka.
"Kami bertekad menjaga produksi kami tetap seperti sekarang," katanya, seraya menyebut Prancis untuk barang-barang kulit, Swiss untuk jam tangan, dan Italia untuk sepatu.
"Kami akan beradaptasi dengan tarif, dan menaikkan harga sesuai dengan itu," tutup dia.
Tag: #ekonomi #global #sedang #sulit #penjualan #hermes #justru #meroket