



Orang Tua yang Kesulitan Terhubung dengan Anak-anak Dewasanya, Biasanya Memiliki 5 Perilaku Ini Tanpa Disadari Menurut Psikologi
Hubungan antara orang tua dan anak bisa mengalami perubahan yang signifikan seiring bertambahnya usia.
Saat anak-anak beranjak dewasa, dinamika keluarga bisa menjadi lebih kompleks.
Beberapa orang tua mungkin merasa sulit terhubung dengan anak-anak mereka yang sudah dewasa, tetapi sering kali mereka tidak menyadari bahwa perilaku merekalah yang menjadi penghalang.
Dilansir dari Geediting pada Minggu (16/2), ada lima perilaku umum yang sering dilakukan orang tua tanpa sadar, yang justru membuat anak-anak mereka menjauh.
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai perilaku-perilaku tersebut.
1. Terlalu Sering Mengkritik dan Memberikan Nasihat yang Tidak Diminta
Sebagai orang tua, wajar jika ingin memberikan yang terbaik untuk anak.
Namun, ketika anak sudah dewasa, mereka memiliki pandangan dan cara sendiri dalam menjalani hidup.
Orang tua yang terlalu sering mengkritik pilihan hidup anak atau terus-menerus memberi nasihat tanpa diminta justru bisa membuat anak merasa tidak dihargai dan dikontrol.
Dampaknya, anak mungkin akan mulai menjauh dan menghindari percakapan yang terlalu dalam dengan orang tua karena takut dinilai atau dikoreksi terus-menerus.
Dalam psikologi, ini sering disebut dengan "perceived parental criticism," di mana anak merasa bahwa apa pun yang mereka lakukan tidak pernah cukup baik di mata orang tua.
2. Sulit Mengakui Kesalahan dan Enggan Meminta Maaf
Banyak orang tua yang tanpa sadar berpikir bahwa mereka selalu benar karena memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
Akibatnya, mereka jarang atau bahkan tidak pernah mengakui kesalahan mereka di depan anak-anaknya.
Ketika terjadi konflik atau kesalahpahaman, beberapa orang tua cenderung menyalahkan anak atau menganggap bahwa anak harus selalu memahami dan menghormati mereka, tanpa menyadari bahwa hubungan yang sehat membutuhkan komunikasi dua arah.
Dalam jangka panjang, sikap ini bisa membuat anak merasa tidak dihargai, bahkan bisa menyebabkan jarak emosional yang semakin besar.
3. Menyepelekan Perasaan dan Pengalaman Anak
Orang tua yang sulit terhubung dengan anak dewasa sering kali tidak menyadari bahwa mereka cenderung menyepelekan perasaan atau pengalaman anak mereka.
Ketika anak berbagi cerita tentang tantangan hidup mereka, respons seperti "Ah, dulu Mama/Papa lebih sulit dari itu" atau "Itu bukan masalah besar, kamu pasti bisa mengatasinya" bisa membuat anak merasa tidak didengar.
Dalam psikologi, ini disebut sebagai "emotional invalidation"—ketika perasaan seseorang tidak diakui atau bahkan diabaikan.
Jika terjadi terus-menerus, anak akan berpikir bahwa berbicara dengan orang tua mereka tidak akan membawa manfaat, sehingga mereka memilih untuk menutup diri.
4. Memaksakan Harapan dan Standar yang Tidak Realistis
Orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, tetapi terkadang ekspektasi yang terlalu tinggi bisa menjadi beban.
Beberapa orang tua tanpa sadar masih ingin mengatur pilihan hidup anak-anak mereka—mulai dari karier, pasangan hidup, hingga cara mendidik cucu.
Ketika orang tua terus memaksakan standar yang tidak sesuai dengan kenyataan atau keinginan anak, hubungan bisa menjadi tegang.
Anak bisa merasa tidak cukup baik, tidak bebas menentukan hidupnya sendiri, atau bahkan merasa gagal hanya karena tidak memenuhi harapan orang tua.
5. Hanya Berkomunikasi Saat Ada Kebutuhan atau Masalah
Salah satu tanda bahwa hubungan antara orang tua dan anak dewasa tidak sehat adalah ketika komunikasi hanya terjadi saat ada kebutuhan atau masalah.
Misalnya, orang tua hanya menghubungi anak saat butuh bantuan keuangan atau ketika ada sesuatu yang perlu diselesaikan.
Jika hubungan hanya berbasis pada "kewajiban" dan bukan pada keinginan untuk benar-benar terhubung secara emosional, maka anak bisa merasa bahwa mereka hanya dianggap sebagai sumber bantuan, bukan individu yang dihargai.
Hal ini bisa menyebabkan anak merasa enggan untuk membangun hubungan yang lebih dalam dengan orang tua.
Bagaimana Cara Memperbaiki Hubungan dengan Anak Dewasa?
Jika orang tua merasa bahwa hubungan mereka dengan anak-anak semakin renggang, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya:
Mendengarkan tanpa menghakimi – Cobalah untuk benar-benar mendengarkan tanpa langsung memberikan kritik atau nasihat.
Mengakui kesalahan dan berani meminta maaf – Tidak ada salahnya meminta maaf jika pernah menyakiti perasaan anak, sekecil apa pun itu.
Menghargai pilihan hidup anak – Setiap individu memiliki jalannya sendiri, dan yang terbaik yang bisa dilakukan orang tua adalah memberikan dukungan tanpa syarat.
Menunjukkan kasih sayang secara konsisten – Bukan hanya melalui kata-kata, tetapi juga melalui tindakan yang menunjukkan kepedulian.
Membangun komunikasi yang lebih sehat – Jangan hanya menghubungi anak saat butuh sesuatu.
Cobalah berbicara tentang hal-hal ringan dan tunjukkan bahwa hubungan itu penting bagi Anda.
Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak dewasa membutuhkan usaha dari kedua belah pihak.
Dengan menyadari perilaku-perilaku yang bisa membuat anak menjauh, orang tua bisa mulai melakukan perubahan untuk membangun hubungan yang lebih harmonis dan bermakna.
***
Tag: #orang #yang #kesulitan #terhubung #dengan #anak #anak #dewasanya #biasanya #memiliki #perilaku #tanpa #disadari #menurut #psikologi