![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/view.png)
![Jika Anda Ingin Mengomentari Perilaku Anak-anak, Hindari 7 Kalimat Ini karena Bisa Menyakiti Anak Lebih dari yang Anda Sadari Menurut Psikologi](https://jakarta365.net/uploads/2025/02/15/jawapos/jika-anda-ingin-mengomentari-perilaku-anak-anak-hindari-7-kalimat-ini-karena-bisa-menyakiti-anak-lebih-dari-yang-anda-sadari-menurut-psikologi-1280471.jpg)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/clock-d.png)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/calendar-d.png)
Jika Anda Ingin Mengomentari Perilaku Anak-anak, Hindari 7 Kalimat Ini karena Bisa Menyakiti Anak Lebih dari yang Anda Sadari Menurut Psikologi
Perkataan orang tua memiliki dampak besar pada kehidupan anak-anak.
Kata-kata yang diucapkan, baik sengaja maupun tidak, dapat membentuk pola pikir, kepercayaan diri, serta kesehatan mental mereka.
Mungkin Anda berpikir komentar tertentu hanya lelucon atau teguran ringan, namun bagi anak, ucapan tersebut bisa meninggalkan luka emosional yang mendalam.
Dilansir dari Geediting pada Sabtu (15/2), terdapat 7 kalimat yang sebaiknya dihindari karena dapat menyakiti anak lebih dari yang Anda sadari menurut psikologi.
1. “Kamu Tidak Bisa Melakukan Apa-apa dengan Benar”
Kalimat seperti ini dapat menghancurkan kepercayaan diri anak.
Psikologi perkembangan menunjukkan bahwa anak-anak yang sering menerima kritik negatif seperti ini cenderung tumbuh dengan perasaan rendah diri dan merasa tidak mampu.
Dampaknya: Mereka mungkin menjadi takut mengambil risiko atau mencoba hal baru karena merasa bahwa usaha mereka akan selalu gagal.
Sebaliknya, cobalah memberikan dorongan positif, seperti, “Ayo kita coba lagi bersama-sama.”
2. “Kamu Lebih Buruk dari Kakak/Adik/Temanmu”
Membandingkan anak dengan orang lain adalah salah satu bentuk komentar yang paling merusak.
Anak-anak membutuhkan penerimaan tanpa syarat dari orang tua, bukan perbandingan yang membuat mereka merasa tidak cukup baik.
Dampaknya: Anak bisa merasa cemburu, minder, atau bahkan membenci saudara atau temannya.
Ini juga dapat memicu persaingan tidak sehat.
Gantilah dengan komentar yang menghargai usaha mereka, seperti, “Kamu punya cara unik yang juga hebat.”
3. “Berhenti Menangis, Itu Tidak Penting”
Mengabaikan emosi anak dengan mengatakan bahwa perasaannya tidak penting bisa membuat mereka merasa tidak dihargai.
Menurut psikologi, anak yang emosinya sering diabaikan cenderung tumbuh menjadi pribadi yang kesulitan mengekspresikan perasaan.
Dampaknya: Mereka bisa menjadi lebih tertutup dan belajar menyembunyikan emosi mereka, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental di masa depan.
Lebih baik katakan, “Aku tahu kamu sedih, ceritakan apa yang kamu rasakan.”
4. “Kamu Malas Sekali!”
Memberi label negatif seperti “malas” hanya akan memperkuat perilaku tersebut.
Anak-anak sering kali berperilaku seperti apa yang dilabelkan pada mereka.
Psikologi menyebut ini sebagai self-fulfilling prophecy, di mana anak akan bertindak sesuai dengan ekspektasi negatif tersebut.
Dampaknya: Mereka bisa tumbuh dengan mentalitas pasrah dan tidak termotivasi.
Sebaliknya, fokuslah pada solusi, seperti, “Bagaimana kalau kita buat jadwal agar kamu bisa lebih mudah menyelesaikan tugasmu?”
5. “Aku Menyesal Punya Anak Seperti Kamu”
Ini adalah salah satu komentar paling berbahaya.
Meskipun diucapkan dalam keadaan marah, kalimat ini bisa meninggalkan bekas luka emosional seumur hidup.
Anak bisa merasa tidak diinginkan dan tidak dicintai.
Dampaknya: Mereka mungkin mengalami masalah kepercayaan dalam hubungan di masa depan dan merasa tidak pantas untuk dicintai.
Jika Anda merasa frustrasi, tarik napas sejenak sebelum berbicara.
6. “Kamu Terlalu Sensitif”
Komentar ini sering kali diucapkan ketika anak bereaksi emosional terhadap situasi tertentu.
Namun, menghakimi reaksi emosional mereka bisa membuat anak merasa bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya.
Dampaknya: Anak bisa menjadi bingung dengan emosinya sendiri dan merasa tidak punya hak untuk merasa sedih, marah, atau kecewa.
Sebaiknya katakan, “Tidak apa-apa merasa seperti itu, kita bisa membicarakannya.”
7. “Kenapa Kamu Tidak Bisa Seperti Dia?”
Ini adalah bentuk lain dari perbandingan yang sangat merusak.
Anak-anak tidak perlu menjadi seperti orang lain untuk dihargai.
Psikologi menunjukkan bahwa setiap anak memiliki potensi unik yang perlu didukung dan dikembangkan, bukan dibandingkan.
Dampaknya: Anak bisa kehilangan jati dirinya dan selalu merasa tidak cukup baik.
Lebih baik hargai upaya mereka, sekecil apa pun itu, dengan mengatakan, “Aku bangga dengan apa yang sudah kamu lakukan.”
Kesimpulan
Komentar yang tampaknya sepele bagi orang dewasa bisa sangat membekas di hati anak.
Kata-kata yang kasar atau merendahkan dapat memengaruhi perkembangan emosional mereka dan menciptakan luka yang sulit disembuhkan.
Sebagai orang tua, penting untuk selalu berhati-hati dengan ucapan kita dan memilih kata-kata yang membangun serta mendukung perkembangan positif anak.
Ingat, setiap kata yang kita ucapkan dapat menjadi pondasi bagi masa depan mereka—pastikan pondasi itu kuat dan penuh cinta.
***
Tag: #jika #anda #ingin #mengomentari #perilaku #anak #anak #hindari #kalimat #karenabisa #menyakiti #anak #lebih #dari #yang #anda #sadari #menurut #psikologi