Orang yang Semakin Menolak Kemajuan Teknologi Seiring Bertambahnya Usia, Biasanya Memiliki 8 Pola Pikir Aneh Ini Menurut Psikologi
Ilustrasi orang menolak tekhnologi.(Picas Joe/pexels.com)
15:10
12 Februari 2025

Orang yang Semakin Menolak Kemajuan Teknologi Seiring Bertambahnya Usia, Biasanya Memiliki 8 Pola Pikir Aneh Ini Menurut Psikologi

- Dalam hidup ini, sebagian orang tetap antusias mengikuti perkembangan teknologi, berapa pun usia mereka. Namun, ada juga yang semakin enggan mencobanya seiring bertambahnya usia.   Fenomena ini bukan sekadar soal selera. Psikologi telah meneliti pola ini selama bertahun-tahun. Ada perilaku tertentu yang sering muncul pada mereka yang menolak menerima perubahan teknologi.   Memahami pola ini bisa membantu kita memahami mengapa beberapa orang menolak teknologi baru, meskipun sebenarnya bisa mempermudah hidup mereka.    Berikut beberapa tanda utama yang sering terlihat, dikutip dari News Reports, Rabu (12/2).   1. Menganggap Teknologi Baru Tidak Perlu   Salah satu alasan paling umum seseorang menolak teknologi seiring bertambahnya usia adalah karena merasa tidak membutuhkannya.   Kita sering mendengar ungkapan seperti, “Saya sudah nyaman dengan cara lama” atau “Buat apa ribet pakai yang baru?” Sikap ini bukan sekadar kebiasaan, tapi lebih kepada rasa enggan untuk beradaptasi.   Menurut psikolog, semakin tua seseorang, semakin kuat rutinitas yang mereka jalani, sehingga perubahan terasa sebagai gangguan, bukan peningkatan.    Padahal, banyak inovasi teknologi justru dibuat untuk mempermudah kehidupan. Tantangannya adalah melewati fase awal adaptasi dan melihat manfaatnya.   2. Mudah Frustrasi dan Cepat Menyerah   Pernah mencoba mengajarkan orang tua menggunakan smartphone? Awalnya mereka tertarik, tapi saat menghadapi kesulitan kecil, semangat itu langsung hilang.   Layarnya tidak merespons seperti yang diharapkan, dan tiba-tiba mereka berkata, “Ah, ini terlalu rumit!” lalu menyerah begitu saja.   Psikolog menjelaskan bahwa semakin bertambah usia, toleransi seseorang terhadap hal baru semakin menurun. Ketika menghadapi tantangan, menyerah terasa lebih mudah dibandingkan mencoba terus.   Perbedaan antara mereka yang berhasil beradaptasi dengan teknologi dan yang tidak, sering kali hanya terletak pada kesabaran dan ketekunan.   3. Lebih Mengandalkan Orang yang Lebih Muda   Banyak orang tua lebih memilih meminta bantuan anak atau cucu mereka dibandingkan belajar sendiri.   Dalam psikologi, ini disebut learned helplessness—sikap pasif terhadap tantangan karena terbiasa mengandalkan orang lain. Akibatnya, mereka semakin merasa teknologi terlalu rumit dan sulit dipelajari.   Padahal, semakin sering seseorang menghindari belajar teknologi, semakin sulit bagi mereka untuk beradaptasi.   4. Selalu Membandingkan dengan Masa Lalu   “Dulu semuanya lebih sederhana.”   Orang yang enggan dengan teknologi baru sering membandingkannya dengan cara lama. Jika tidak bekerja persis seperti yang mereka kenal, mereka menganggapnya lebih buruk, bukan sebagai inovasi.   Psikolog menyebut ini sebagai status quo bias—kecenderungan untuk lebih nyaman dengan sesuatu yang sudah familiar, meskipun ada alternatif yang lebih baik.   Padahal, teknologi berkembang bukan untuk sekadar meniru cara lama, tetapi untuk menyelesaikan masalah baru dengan lebih efisien.   5. Malu untuk Bertanya atau Minta Bantuan   Banyak orang sebenarnya bukan takut dengan teknologi, tapi takut terlihat tidak mampu menggunakannya.   Belajar hal baru di usia dewasa bisa terasa memalukan, apalagi jika dikelilingi oleh anak muda yang tampak lebih cepat memahami teknologi.   Psikolog menjelaskan bahwa ketakutan akan rasa malu ini bisa menjadi penghambat utama. Padahal, merasa kesulitan dalam belajar sesuatu yang baru itu wajar, di usia berapa pun.   6. Berpikir Bahwa Mereka "Terlalu Tua" untuk Belajar   “Saya sudah tua, otak saya sudah tidak bisa belajar hal baru.”   Kalimat ini sering diucapkan, baik sebagai lelucon maupun sebagai alasan untuk menghindari perubahan.   Psikolog menyebut ini sebagai fixed mindset—keyakinan bahwa kemampuan seseorang sudah tetap dan tidak bisa berkembang.   Padahal, otak manusia memiliki neuroplasticity, kemampuan untuk terus belajar dan beradaptasi, bahkan di usia lanjut. Yang membedakan hanyalah seberapa besar kemauan seseorang untuk mencoba.  

  7. Terlalu Fokus pada Risiko Ketimbang Manfaat   Banyak orang yang skeptis terhadap teknologi baru lebih dulu memikirkan kemungkinan buruknya dibandingkan manfaatnya.   “Bagaimana kalau saya salah pencet dan rusak?” “Apa ini benar-benar aman?”   Psikolog menyebut ini sebagai negativity bias, kecenderungan otak untuk lebih memperhatikan risiko daripada peluang.   Padahal, pendekatan yang lebih baik adalah bertanya: “Bagaimana jika teknologi ini justru membuat hidup saya lebih mudah?”   8. Tidak Melihat Diri Mereka sebagai "Orang Teknologi"   Kebiasaan orang yang menolak kemajuan teknologi seiring bertambahnya usia yang paling terlihat adalah persepsi diri mereka sendiri.   Banyak orang percaya bahwa teknologi hanya untuk generasi muda atau mereka yang memang ahli di bidangnya. Mereka berkata, “Saya bukan orang teknologi.”    Begitulah orang tua akhirnya secara tak sadar resisten terhadap kemajuan teknologi.    Padahal, belajar teknologi bukan soal bakat, tapi soal kemauan. Teknologi dirancang untuk semua orang, asalkan mereka mau mencoba.   Kesimpulan: Penolakan Bukan Hal yang Pasti   Menolak teknologi baru bukan hanya soal kebiasaan, tetapi juga pola pikir.   Penelitian menunjukkan bahwa otak tetap bisa berkembang sepanjang hidup. Meskipun belajar mungkin terasa lebih sulit seiring bertambahnya usia, kapasitasnya tetap ada.   Pada akhirnya, hambatan terbesar dalam menerima teknologi bukanlah usia atau kemampuan, tetapi seberapa besar kemauan kita untuk keluar dari zona nyaman.   Jadi, jika Anda atau orang di sekitar Anda merasa tertinggal dalam dunia teknologi, ingatlah bahwa selalu ada kesempatan untuk belajar—selama ada kemauan untuk mencoba.

Editor: Kuswandi

Tag:  #orang #yang #semakin #menolak #kemajuan #teknologi #seiring #bertambahnya #usia #biasanya #memiliki #pola #pikir #aneh #menurut #psikologi

KOMENTAR