![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/view.png)
![Psikologi Pola Asuh: Anak yang Tumbuh Tanpa Support System Memadai, Cenderung Mengadopsi 7 Perilaku Ini Ketika Dewasa](https://jakarta365.net/uploads/2025/02/10/jawapos/psikologi-pola-asuh-anak-yang-tumbuh-tanpa-support-system-memadai-cenderung-mengadopsi-7-perilaku-ini-ketika-dewasa-1199352.jpg)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/clock-d.png)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/calendar-d.png)
Psikologi Pola Asuh: Anak yang Tumbuh Tanpa Support System Memadai, Cenderung Mengadopsi 7 Perilaku Ini Ketika Dewasa
Tumbuh tanpa support system emosional yang kuat tidak hanya sulit, tetapi juga bisa membentuk kepribadian seseorang dengan cara yang mungkin tidak mereka sadari.
Dalam psikologi pola asuh, orang tua atau lingkungan sekitar seharusnya menjadi tempat anak merasa aman secara emosional.
Namun, ketika kebutuhan emosional ini tidak terpenuhi, anak bisa mengembangkan pola pikir dan kebiasaan tertentu yang terbawa hingga dewasa.
Tanpa disadari, anak yang tumbuh tanpa support system yang memadai cenderung mengadopsi beberapa perilaku tertentu ketika mereka sudah dewasa.
Dilansir dari laman Geediting.com pada Senin (10/2) berikut ini daftarnya!
1. Terlalu Mandiri Sampai Dikira Sombong
Menjadi mandiri memang terdengar seperti hal yang baik, tetapi kemandirian yang berlebihan bisa menjadi pedang bermata dua.
Anak yang terbiasa mengandalkan diri sendiri sejak kecil cenderung sulit meminta bantuan, bahkan ketika mereka benar-benar membutuhkannya.
Bukan karena sombong atau merasa lebih hebat dari orang lain, tapi lebih kepada naluri bertahan hidup.
Saat tidak ada tempat untuk bersandar sejak kecil, satu-satunya pilihan adalah mengandalkan diri sendiri.
Akibatnya, saat dewasa, mereka cenderung menghindari bergantung pada orang lain, yang bisa membuat mereka tampak dingin atau sulit didekati.
2. Kesulitan Mengekspresikan Emosi
Dalam psikologi pola asuh, anak yang tumbuh tanpa support system sering kali mengalami kesulitan dalam mengekspresikan perasaan mereka.
Mereka mungkin tidak terbiasa mengungkapkan perasaan karena sejak kecil tidak mendapatkan ruang aman untuk melakukannya.
Bukannya mereka tidak punya emosi, justru sebaliknya. Mereka merasakan semuanya dengan intens, tetapi bingung bagaimana cara menyalurkannya.
Akibatnya, mereka bisa terlihat datar atau justru meledak-ledak ketika akhirnya tak bisa lagi menahan emosi yang terpendam.
3. Rasa Percaya Diri Rendah dan Sering Mengejar Validasi
Tanpa dukungan emosional di masa kecil, anak cenderung tumbuh dengan rasa percaya diri yang rapuh. Mereka sering kali merasa harus mencari validasi dari orang lain sebelum mengambil keputusan.
Pernah merasa ragu apakah pilihan yang diambil sudah benar? Atau selalu bertanya-tanya apakah diri ini cukup baik?
Perasaan ini sering muncul pada mereka yang sejak kecil tidak mendapatkan cukup dukungan. Mereka belajar bahwa penerimaan dan persetujuan dari orang lain adalah satu-satunya cara untuk merasa berharga.
4. Gangguan Emosi
Tidak mendapatkan kebutuhan emosional yang cukup saat kecil bisa berujung pada ketidakstabilan emosi saat dewasa.
Terkadang mereka merasa baik-baik saja, tetapi di lain waktu, perasaan cemas, marah, atau sedih bisa muncul begitu saja tanpa pemicu yang jelas.
Gangguan emosi ini sering kali muncul dalam bentuk perasaan kosong yang sulit dijelaskan.
Mereka mungkin memiliki kesulitan mengendalikan suasana hati, mudah tersinggung, atau bahkan mengalami kecenderungan depresi dan kecemasan.
5. Kemampuan Sosial yang Rendah
Saat anak tumbuh tanpa support system, mereka mungkin tidak memiliki kesempatan untuk belajar keterampilan sosial yang sehat.
Akibatnya, saat dewasa, mereka bisa merasa canggung dalam interaksi sosial, sulit membaca ekspresi atau niat orang lain. Bahkan mereka mungkin kesulitan membangun hubungan yang mendalam.
Mereka sering kali menarik diri dari lingkungan sosial karena merasa tidak cukup percaya diri atau takut tidak diterima.
Hal ini bisa membuat mereka sulit menjalin hubungan yang bermakna, baik dalam pertemanan, pekerjaan, maupun percintaan.
6. Mudah Curiga Terhadap Orang Lain
Dalam psikologi pola asuh, anak yang tidak mendapatkan rasa aman emosional sejak kecil cenderung tumbuh dengan sikap waspada terhadap lingkungan sekitarnya.
Mereka belajar sejak dini bahwa tidak semua orang bisa dipercaya, sehingga saat dewasa, mereka mungkin selalu merasa perlu mempertanyakan niat orang lain.
Mereka mungkin mengalami kesulitan mempercayai pasangan, teman, atau bahkan rekan kerja. Ini bukan karena mereka ingin berpikir negatif, tetapi lebih kepada pengalaman masa kecil yang mengajarkan bahwa kepercayaan bisa berisiko.
7. Mengembangkan Perilaku Impulsif
Saat seseorang tumbuh tanpa support system, mereka mungkin kesulitan mengatur emosi dan tindakan mereka. Akibatnya, mereka bisa menjadi impulsif dalam mengambil keputusan, baik dalam hal keuangan, hubungan, maupun kebiasaan sehari-hari.
Terkadang, perilaku impulsif ini muncul sebagai cara untuk mencari kesenangan instan, karena sejak kecil mereka tidak terbiasa mendapatkan kenyamanan emosional yang stabil.
Hal ini bisa terlihat dalam bentuk belanja berlebihan, kecenderungan untuk terlibat dalam hubungan yang tidak sehat, atau bahkan mengambil risiko besar tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.
Kepribadian saat dewasa sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan emosional.
Anak yang tumbuh tanpa support system memadai mungkin terlihat kuat dan mandiri di luar, tetapi di dalam, mereka sering kali bergumul dengan emosi yang kompleks.
Jika salah satu dari perilaku di atas terasa familiar, itu bukan berarti ada yang salah dengan diri Anda. Ini hanyalah refleksi dari pengalaman masa lalu yang membentuk cara Anda merespons dunia.
Tag: #psikologi #pola #asuh #anak #yang #tumbuh #tanpa #support #system #memadai #cenderung #mengadopsi #perilaku #ketika #dewasa