Orang yang Sangat Bergantung pada Validasi Eksternal Sering Kali Menunjukkan 8 Kebiasaan Ini Tanpa Mereka Sadari
Ilustrasi seseorang yang sangat bergantung pada validasi eksternal. (Freepik)
12:58
10 Februari 2025

Orang yang Sangat Bergantung pada Validasi Eksternal Sering Kali Menunjukkan 8 Kebiasaan Ini Tanpa Mereka Sadari

- Mendapatkan pujian dari orang lain memang menyenangkan, sementara kritik bisa terasa menyakitkan. Itu adalah hal yang wajar. Namun, bagi sebagian orang, validasi dari orang lain bukan sekadar bonus—melainkan kebutuhan utama.

Tanpa persetujuan dari orang lain, mereka bisa merasa cemas, ragu, bahkan kehilangan arah. Yang lebih sulit adalah, mereka sering kali tidak menyadari seberapa besar ketergantungan mereka terhadap validasi eksternal.

Kebutuhan akan pengakuan ini bisa muncul dalam berbagai bentuk—kebiasaan kecil, pola interaksi, hingga perilaku yang tampak biasa, tetapi sebenarnya mencerminkan keinginan besar untuk diterima.

Dilansir dari News Reports pada Senin (10/2), berikut delapan kebiasaan yang sering dilakukan orang yang sangat bergantung pada validasi eksternal tanpa mereka sadari. Apakah kamu pernah melakukannya?

1. Selalu Mencari Kepastian

Tidak ada yang suka merasa ragu. Namun, bagi mereka yang sangat bergantung pada validasi eksternal, ketidakpastian adalah sesuatu yang sulit ditoleransi. Mereka terus-menerus mencari kepastian, apakah tentang keputusan yang diambil, nilai diri, atau bagaimana orang lain memandang mereka.

Pertanyaan seperti, "Apakah ini terlihat bagus?" atau "Menurutmu aku sudah melakukan yang terbaik?" sering kali mereka lontarkan tanpa sadar.Jika tidak mendapatkan validasi yang diharapkan, mereka akan mudah diliputi keraguan.

2. Sering Meminta Maaf, Meski Tidak Bersalah

Banyak orang yang memiliki kebiasaan meminta maaf berlebihan, bahkan ketika mereka tidak melakukan kesalahan. Jika ada yang menabrak mereka, mereka yang bergantung pada validasi eksternal mungkin akan refleks meminta maaf terlebih dahulu.

Bahkan, ketika ingin menanyakan sesuatu, mereka mungkin berkata, "Maaf mengganggu, tetapi ..." Bukan sekadar kesopanan, kebiasaan ini sering kali merupakan cara mereka untuk memastikan bahwa tidak ada yang kesal atau terganggu dengan kehadiran mereka.

3. Mengubah Pendapat Demi Menyesuaikan Diri

Setiap orang ingin diterima dalam lingkungannya. Namun, beberapa orang cenderung mengorbankan opini dan preferensi pribadi demi menyamakan pandangan dengan orang lain.

Mereka mengangguk setuju bahkan ketika tidak sepenuhnya sepakat, tertawa pada lelucon yang sebenarnya tidak lucu, dan enggan mengungkapkan pendapat berbeda karena takut dijauhi. Faktanya, rasa takut akan penolakan sosial ini begitu kuat sehingga bisa terasa seperti ancaman nyata.

4. Tidak Nyaman Jika Pesan Tidak Dibalas

Bagi sebagian orang, pesan yang tidak segera dibalas hanyalah bagian dari kehidupan. Namun, bagi mereka yang sangat bergantung pada validasi eksternal, keheningan bisa terasa sangat pribadi.

Mereka mulai menganalisis berlebihan: "Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah? Apakah mereka marah padaku?" Suasana hati mereka bisa berubah drastis hanya karena tidak mendapatkan balasan, dan semakin lama jeda komunikasi, semakin besar rasa cemas mereka.

5. Selalu Berusaha Menyenangkan Semua Orang

Ada orang-orang yang sulit mengatakan "tidak." Mereka rela mengorbankan waktu, tenaga, bahkan kebahagiaan mereka sendiri demi memenuhi harapan orang lain.

Mereka menerima semua permintaan, bahkan ketika merasa lelah atau tidak tertarik, hanya karena tidak ingin mengecewakan orang lain. Masalahnya, ketika terlalu sibuk menyenangkan semua orang, mereka sering kehilangan arah tentang apa yang benar-benar mereka inginkan.

6. Sulit Menerima Pujian

Meskipun mereka sangat mendambakan pengakuan, menerima pujian justru bisa terasa canggung bagi mereka yang terbiasa mencari validasi.

Alih-alih mengucapkan "terima kasih," mereka malah meremehkan pencapaian mereka sendiri dengan komentar seperti, "Ah, itu bukan apa-apa," atau "Aku masih harus banyak belajar."

Dalam banyak kasus, mereka merasa tidak pantas menerima pujian karena tidak sepenuhnya percaya pada kemampuan diri sendiri.

7. Secara Tidak Sadar Meniru Orang Lain

Pernahkah kamu menyadari bahwa kamu mulai meniru cara bicara, gerakan, atau bahkan kebiasaan orang-orang di sekitarmu? Bagi mereka yang mendambakan validasi eksternal, ini terjadi hampir secara otomatis.

Mereka menyesuaikan gaya bicara, bahasa tubuh, hingga selera mereka agar lebih diterima di lingkungan sosial. Hal ini mungkin membuat mereka lebih mudah berbaur, tetapi juga bisa menimbulkan pertanyaan: "Siapa aku sebenarnya tanpa orang lain di sekitarku?"

8). Menilai Diri Sendiri Berdasarkan Opini Orang Lain

Pada akhirnya, ketergantungan pada validasi eksternal bukan hanya soal ingin disukai—tetapi juga soal identitas diri. Orang-orang yang bergantung pada pengakuan dari luar sering kali kesulitan memisahkan nilai diri mereka dari pendapat orang lain.

Jika mereka dipuji, mereka merasa berharga; tetapi jika dikritik atau diabaikan, harga diri mereka bisa langsung runtuh. Kepercayaan diri mereka tidak berasal dari dalam, melainkan bergantung pada seberapa banyak validasi yang mereka terima dari luar.

Keinginan untuk diterima adalah hal yang manusiawi. Namun, jika nilai dirimu hanya bergantung pada persetujuan orang lain, kamu akan merasa seperti terus mengejar sesuatu yang tak pernah cukup.

Kepercayaan diri sejati bukan berasal dari pujian tanpa henti, melainkan dari keyakinan pada diri sendiri, terlepas dari ada atau tidaknya validasi eksternal. Yang lebih penting, harga dirimu tidak ditentukan oleh berapa banyak orang yang menyukaimu, tetapi oleh siapa dirimu sebenarnya.

Pada akhirnya, validasi dari luar bersifat sementara. Namun, penerimaan diri? Itu adalah sesuatu yang tidak bisa diambil oleh siapa pun darimu!

Editor: Setyo Adi Nugroho

Tag:  #orang #yang #sangat #bergantung #pada #validasi #eksternal #sering #kali #menunjukkan #kebiasaan #tanpa #mereka #sadari

KOMENTAR