Kata Psikologi: 5 Perilaku Orang yang Berjuang Melawan FOMO, Salah Satunya Melakukan Perbandingan Sosial Terus Menerus
- FOMO atau Fear of Missing Out adalah fenomena psikologi yang semakin banyak dialami orang di era digital. Media sosial membuat segalanya terasa lebih cepat dan serba ada, sehingga mudah bagi seseorang merasa tertinggal jika tidak ikut serta dalam suatu tren atau aktivitas.
Orang yang berjuang melawan FOMO sering kali menunjukkan beberapa perilaku tertentu, mulai dari menjadwalkan hidup mereka dengan sangat padat hingga terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain.
Dilansir dari laman Geediting.com pada Minggu (9/2) berikut adalah lima perilaku yang paling sering terlihat pada mereka yang kesulitan mengatasi FOMO:
1. Mengisi Hidup dengan Jadwal yang Super Padat
Orang dengan FOMO cenderung tidak bisa diam. Kalender mereka penuh dengan berbagai aktivitas, mulai dari bekerja, nongkrong dengan teman, mengikuti kelas tambahan, hingga sekadar hadir di acara-acara yang sebenarnya tidak terlalu mereka minati. Bagi mereka, memiliki waktu luang terasa seperti kehilangan kesempatan besar.
Padahal, penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki tingkat FOMO tinggi sering mengalami stres berlebihan. Mereka jarang memberi diri sendiri waktu untuk istirahat atau sekadar menikmati momen santai. Dalam psikologi, ini terkait dengan fear of exclusion, ketakutan bahwa jika mereka tidak aktif, mereka akan kehilangan sesuatu yang penting atau menarik.
2. Scrolling Tanpa Akhir dan Selalu Menunggu Notifikasi
Salah satu pemicu utama FOMO adalah media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter penuh dengan highlight kehidupan orang lain. mulai dari liburan mewah, acara keren, makanan enak, dan momen bahagia. Sementara itu, seseorang yang sedang duduk di rumah dengan piyama bisa merasa seakan-akan hidup mereka jauh lebih membosankan dibandingkan orang lain.
Tak heran, orang yang berjuang melawan FOMO sering terjebak dalam kebiasaan scrolling tanpa akhir. Mereka juga menjadi sangat tergantung pada notifikasi, berharap ada pesan atau ajakan dari teman yang membuat mereka merasa tetap terhubung. Sayangnya, semakin sering mereka menghabiskan waktu di media sosial, semakin tinggi tingkat kecemasan dan ketidakpuasan terhadap hidup mereka sendiri.
3. Mencari Kepastian dari Orang Lain
“Gimana acaranya kemarin? Seru nggak?” Ini adalah pertanyaan klasik dari seseorang yang mengalami FOMO. Mereka ingin memastikan bahwa mereka tidak benar-benar melewatkan sesuatu yang luar biasa.
Sayangnya, perilaku ini justru bisa memperparah perasaan mereka. Jika teman menjawab, “Seru banget! Kamu harusnya ikut,” maka penyesalan pun muncul. Di sisi lain, jika teman berkata, “Biasa aja sih,” mereka mungkin masih merasa tidak puas dan tetap penasaran.
Dalam psikologi, ini disebut confirmation-seeking behavior, yaitu upaya mencari kepastian untuk mengurangi kecemasan, meskipun sering kali hasilnya justru sebaliknya.
4. Perbandingan Sosial yang Kompulsif
FOMO dan perbandingan sosial seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Orang yang berjuang melawan FOMO cenderung terus-menerus membandingkan hidup mereka dengan orang lain. Contohnya, mereka melihat teman mendapat promosi di pekerjaan dan langsung merasa karier mereka stagnan.
Atau, mereka melihat perempuan lain bepergian ke berbagai tempat dan menyimpulkan bahwa hidup mereka kurang menarik. Padahal, seperti yang dikatakan James Clear dalam bukunya tentang kebiasaan, “Semua hal besar berasal dari awal yang kecil.”
Sayangnya, ketika seseorang terjebak dalam FOMO, mereka cenderung lupa menghargai pencapaian mereka sendiri dan malah sibuk mengukur diri berdasarkan standar orang lain.
5. Khawatir dengan Rencana Akhir Pekan
Pernah merasa cemas karena akhir pekan sudah dekat tapi belum ada rencana seru? Ini adalah salah satu ciri khas orang yang mengalami FOMO. Mereka ingin memastikan bahwa mereka tidak melewatkan kesempatan untuk bersenang-senang.
Namun, yang sering terjadi adalah perasaan tidak pernah puas. Jika mereka memilih untuk berkumpul dengan teman dekat, mereka mungkin bertanya-tanya apakah acara lain yang lebih besar lebih menyenangkan.
Apabila mereka pergi ke pesta besar, mereka mungkin tetap merasa kurang terhubung secara emosional. Ini mencerminkan pola pikir bahwa selalu ada pilihan yang lebih baik, meskipun kenyataannya setiap pengalaman memiliki nilai tersendiri.
Meskipun FOMO adalah fenomena yang wajar, penting untuk menyadari dampaknya terhadap kesejahteraan mental. Kadang, daripada terus mengejar pengalaman baru, lebih baik fokus pada apa yang benar-benar membuat kita bahagia dan merasa cukup dengan apa yang sudah kita miliki.
Tag: #kata #psikologi #perilaku #orang #yang #berjuang #melawan #fomo #salah #satunya #melakukan #perbandingan #sosial #terus #menerus