8 Alasan Mengapa Media Sosial Membahayakan Kesejahteraan Pengguna, Berdampak Buruk pada Kesehatan Mental dan Hubungan Sosial
Ilustrasi delapan alasan mengapa media sosial dapat membahayakan kesejahteraan pengguna. (Pexel)
22:28
9 Februari 2025

8 Alasan Mengapa Media Sosial Membahayakan Kesejahteraan Pengguna, Berdampak Buruk pada Kesehatan Mental dan Hubungan Sosial

- Media sosial telah mengubah cara kita terhubungg, berbagi, dan berkomunikasi. Namun, selain memiliki manfaat, media sosial juga berdampak serius pada kesejahteraan kita, dan banyak dari kita bahkan tidak menyadarinya.

Kita terus menerus menggulir layar, membandingkan diri dengan orang lain, dan merasa tertekan untuk selalu aktif. Lalu seiring waktu, hal ini berdampak buruk pada kesehatan mental, harga diri, dan bahkan hubungan.

Untuk itu, jika kita tidak berhati-hati, media sosial dapat menimbulkan lebih banyak kerugian daripada manfaat. Dilansir dari Geediting, inilah delapan alasan mengapa media sosial dapat membahayakan kesejahteraan pengguna.

1. Memicu perbandingan dan rendahnya harga diri


Membandingkan diri dengan orang lain tidak pernah semudah ini, dan media sosial memberi kita tempat duduk di barisan terdepan untuk menyaksikan cuplikan momen terbaik orang lain.

Kita melihat foto-foto yang dikurasi dengan sempurna, berita-berita terkini yang menarik, dan gaya hidup yang tampak sempurna. Meskipun kita tahu itu bukan gambaran lengkapnya, sulit untuk tidak merasa bahwa kita tertinggal.

Perbandingan yang terus menerus ini dapat berdampak serius pada harga diri. Kita mulai mengukur harga diri kita berdasarkan jumlah like, follow, dan bagaimana kehidupan kita dibandingkan dengan orang lain.

2. Pengguliran tanda henti dapat menguras mental

Media sosial tidak hanya menyita waktu, tetapi juga melelahkan secara mental. Terus menerus berpindah antara posting, video, dan komentar dapat membuatmu merasa tercerai-berai dan tidak fokus.

Alih-alih merasa segar setelah "istirahat," kamu akan merasa lebih terkuras daripada sebelumnya. Untuk itu, cobalah lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Jika kamu tidak berhati-hati, media sosial dapat dengan mudah menyita waktu dan energi tanpa kamu sadari.

3. Dirancang untuk membuat ketagihan


Platform media sosial bukan hanya untuk terhubung dengan teman. Media sosial dibuat untuk membuat kita tetap terhubung. Setiap like, komentar, dan notifikasi memicu pelepasan dopamin dalam jumlah kecil di otak, zat kimia yang sama yang terkait dengan kesenangan dan kecanduan.

Inilah sebabnya mengapa kita mudah lupa waktu saat menggulir. Aliran konten baru yang tak ada habisnya membuat otak menginginkan lebih, sehingga sulit untuk berhenti meskipun kita tahu kita harus berhenti.

Itu bukan hanya kebetulan. Perusahaan media sosial menggunakan algoritma untuk membuat kita tetap terlibat selama mungkin, menunjukkan kepada kita konten yang mempermainkan emosi dan membuat kita kembali lagi untuk menonton lebih banyak lagi.

4. Mengganggu tidur dan meningkatkan stres

Banyak dari kita yang mengecek media sosial sebelum tidur, tetapi kebiasaan ini dapat mengganggu tidur. Cahaya biru dari layar mengganggu produksi melatonin, sehingga kita lebih sulit tertidur dan mendapatkan istirahat yang berkualitas.

Bahkan di luar pengaruh layar terhadap tidur, konten yang kita konsumsi juga dapat membuat pikiran terus berpacu. Menggulir berita, debat, atau bahkan sekadar umpan pembaruan yang tak ada habisnya dapat meningkatkan tingkat stres, sehingga sulit untuk bersantai.

Lalu ketika kita tidak cukup tidur, semua hal lain akan terganggu, seperti suasana hati, fokus, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Media sosial mungkin terasa seperti cara yang tidak berbahaya untuk bersantai.

Tetapi pada kenyataannya, itu bisa jadi hal yang menghalangi kita untuk benar-benar beristirahat.

5. Koneksi nyata terasa kurang bermakna

Media sosial berjanji untuk mendekatkan kita, tetapi dalam banyak hal, media sosial justru melakukan hal yang sebaliknya. Alih-alih melakukan percakapan yang mendalam dan bermakna, kita lebih suka menyukai dan berkomentar cepat.

Alih-alih hadir bersama orang-orang terkasih, kita malah terganggu oleh notifikasi yang tak ada habisnya. Kita mungkin memiliki ratusan atau bahkan ribuan "teman" daring, tetapi tetap merasa kesepian.

Hal ini karena hubungan yang sesungguhnya bukan tentang angka, melainkan tentang kehadiran, pengertian, dan interaksi yang tulus. Semakin banyak waktu yang kita habiskan secara daring, semakin sedikit waktu yang kita investasikan untuk orang-orang di sekitar kita.

Lalu perlahan-lahan, tanpa kita sadari, kita mulai kehilangan kedalaman dan kehangatan yang membuat hubungan menjadi benar-benar memuaskan.

6. Tekanan untuk selalu aktif itu melelahkan



Ada ekspektasi yang tidak terucapkan di media sosial, yaitu untuk selalu memiliki sesuatu yang menarik untuk dibagikan, agar terlihat menarik, agar tampak bahwa hidup ini menyenangkan dan mudah.

Bahkan ketika tidak ada yang salah, kita bisa merasa tertinggal jika tidak terus menerus mengunggah atau berinteraksi. Hal ini tentu sungguh melelahkan. Tekanan untuk terus maju, untuk merespons dengan cepat, untuk tetap relevan, tidak pernah benar-benar berhenti.

Bagian terburuknya adalah, bahkan setelah mengerahkan semua energi itu, rasanya tidak pernah cukup. Selalu ada orang yang melakukan lebih banyak hal, mendapatkan lebih banyak perhatian, dan menjalani kehidupan yang tampaknya sedikit lebih sempurna.

7. Misinformasi menyebar dengan mudah

Media sosial telah mempermudah penyebaran informasi, tetapi tidak semuanya benar. Berita palsu, berita utama yang menyesatkan, dan setengah kebenaran menyebar dengan cepat, seringkali menjangkau ribuan atau bahkan jutaan orang sebelum faktanya dapat terungkap.

Masalahnya, kita tidak selalu menyadari saat kita disesatkan. Algoritma mendorong konten yang paling banyak mendapat perhatian, belum tentu akurat. Saat kita melihat klaim yang sama diulang terus menerus, klaim tersebut mulai terasa benar, meski sebenarnya tidak.

Hal ini tidak hanya memengaruhi apa yang kita yakini, tetapi juga membentuk cara kita memandang dunia. Ketika misinformasi memicu ketakutan, kemarahan, atau perpecahan, hal itu dapat merugikan tidak hanya individu, tetapi juga seluruh masyarakat.

8. Mengubah cara kita memandang diri sendiri



Seiring berjalannya waktu, media sosial membentuk cara kita berpikir tentang siapa diri kita. Media sosial mengajarkan kita untuk mengukur nilai kita melalui like dan follow, menyaring kehidupan hingga tampak sempurna, dan mencari persetujuan dari orang-orang yang hampir tidak kita kenal.

Kita mulai melihat diri sendiri melalui sudut pandang bagaimana kita dipersepsikan secara daring, seperti mengkurasi, mengedit, dan menyesuaikan hingga sesuai dengan citra yang tidak sepenuhnya nyata. Dalam prosesnya, kita kehilangan kontak dengan diri kita yang sebenarnya di luar layar.

Ketika rasa diri terikat pada validasi dari orang lain, mudah bagi kita untuk lupa bahwa kita sudah cukup baik sebelum ada yang memperhatikan.

Editor: Bintang Pradewo

Tag:  #alasan #mengapa #media #sosial #membahayakan #kesejahteraan #pengguna #berdampak #buruk #pada #kesehatan #mental #hubungan #sosial

KOMENTAR