Tinggalkan 8 Pola Parenting yang Merugikan Ini Jika Ingin Anak Tumbuh Menjadi Orang Dewasa yang Cerdas Secara Emosional
Ilustrasi parenting yang buruk (freepik/peoplecreations)
19:22
9 Februari 2025

Tinggalkan 8 Pola Parenting yang Merugikan Ini Jika Ingin Anak Tumbuh Menjadi Orang Dewasa yang Cerdas Secara Emosional

 

anak-anak Anda. Anda ingin mereka tumbuh bahagia, percaya diri, dan mampu menghadapi tantangan hidup.

Namun, perlu diingat bahwa peran orang tua sangat penting dalam membentuk pribadi mereka, terutama dalam hal kecerdasan emosional. Ini bukan hanya tentang mengajarkan mereka sopan santun atau membantu mengerjakan pekerjaan rumah.

Ini tentang menciptakan lingkungan tempat mereka merasa aman untuk mengekspresikan diri, memahami emosi mereka, dan terhubung dengan orang lain. Kita harus mencermati kebiasaan parenting tertentu yang mungkin tidak kita sadari lebih banyak mendatangkan bahaya daripada manfaatnya.

Dalam artikel ini, dewasa yang cerdas secara emosional.

1. Mengabaikan emosi mereka

Kecerdasan emosional dimulai dengan memahami dan menerima emosi, bukan mengesampingkannya. Ketika anak-anak merasa didengarkan dan diakui, mereka belajar bahwa tidak apa-apa untuk merasakan apa yang mereka rasakan dan bahwa emosi adalah bagian alami dari kehidupan.

Alih-alih mengabaikan perasaan mereka, cobalah untuk mengakuinya. Kalimat sederhana seperti "Ibu tahu kamu sedang kesal" atau "Pasti itu membuat frustrasi" dapat sangat membantu anak Anda mengatasi apa yang sedang mereka alami.

Ini bukan tentang menyelesaikan masalah mereka, ini tentang menunjukkan kepada mereka bahwa emosi mereka valid. Jika kita ingin anak-anak tumbuh cerdas secara emosional, kita harus mulai dengan membiarkan mereka merasakan apa yang mereka rasakan tanpa menghakimi atau mempermalukan.

2. Mencoba memperbaiki segalanya untuk mereka

Mungkin Anda akan berfikir bahwa dengan turun tangan menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi anak, itu adalah hal yang baik. Jika mereka bertengkar dengan teman, Anda akan menelepon orang tua lainnya untuk menenangkan mereka.

Jika mereka kesulitan dengan pekerjaan sekolah, Anda akan begadang untuk menyelesaikan proyek mereka. Niat Anda mungkin baik, Anda hanya ingin membuat hidup mereka lebih mudah. Namun, hal itu ternyata dapat membuat anak tidak tahu bagaimana menghadapi teman sekelas yang bersikap jahat kepadanya.

Dalam upaya Anda untuk melindunginya dari rasa tidak nyaman, Anda tidak mengajarinya cara menangani tantangan sendiri. Kecerdasan emosional bukanlah tentang menghindari masalah, melainkan tentang mengatasinya.

Dengan melakukan ini, Anda membantu mereka membangun kepercayaan diri dan kesadaran emosional yang mereka perlukan sebagai orang dewasa, dan memberi tahu mereka bahwa Anda memercayai mereka untuk menemukan solusi.

3. Menghindari konflik di sekitar mereka

Banyak orang tua berusaha keras menghindari segala bentuk konflik di depan anak-anak mereka, dengan berpikir hal itu akan melindungi mereka dari stres atau hal-hal negatif. Namun, anak-anak belajar cara mengelola perselisihan dengan memperhatikan cara kita menanganinya.

Jika mereka tidak pernah melihat penyelesaian konflik yang sehat, mereka mungkin tumbuh dengan berpikir bahwa perselisihan adalah sesuatu yang harus ditakuti atau dihindari sepenuhnya.

Atau lebih buruk lagi, mereka mungkin berasumsi bahwa pertengkaran selalu berakhir dengan teriakan atau kebencian karena mereka tidak pernah memiliki kesempatan untuk menyaksikan percakapan yang konstruktif.

Yang terpenting bukanlah menghindari konflik, tetapi menunjukkan kepada anak-anak bahwa konflik dapat ditangani dengan rasa hormat dan pengertian. Saat terjadi perselisihan, contohkan mendengarkan secara aktif, berkomunikasi dengan tenang, dan berkompromi.

Bahkan jika emosi memuncak, biarkan mereka melihat bagaimana Anda memperbaiki dan berdamai setelahnya. Hal ini mengajarkan mereka bahwa konflik bukanlah sesuatu yang buruk, itu hanyalah bagian dari kehidupan.

4. Terlalu memuji mereka untuk segala hal

Wajar jika Anda ingin meningkatkan rasa percaya diri anak dengan memujinya, tetapi jika setiap hal kecil yang mereka lakukan disambut dengan tepuk tangan, hal itu dapat menjadi bumerang. Memberikan pujian yang berlebihan justru dapat membuat anak-anak terlalu bergantung pada validasi eksternal.

Sehingga mereka tidak yakin akan harga diri mereka saat tidak ada yang mendukung mereka. Anak-anak perlu merasa dihargai, tetapi mereka juga perlu mengembangkan motivasi intrinsik, kemampuan untuk menemukan kepuasan dalam usaha dan pencapaian mereka sendiri.

5. Melindungi mereka dari kegagalan

Kegagalan bukanlah musuh, melainkan guru. Ketika anak-anak dibiarkan gagal, mereka belajar ketahanan, pemecahan masalah, dan cara bangkit dan mencoba lagi. Namun, ketika kita terus-menerus melindungi mereka dari kegagalan, mereka mungkin tumbuh dengan rasa takut akan kesalahan atau merasa tidak mampu menghadapi kemunduran.

6. Selalu membuat mereka bahagia

Sebagai orang tua, kita ingin melihat anak-anak kita tersenyum dan merasa senang, tetapi hidup tidak selalu cerah dan menyenangkan, dan melindungi mereka dari ketidaknyamanan tidak mempersiapkan mereka untuk dunia nyata.

Bila kita terburu-buru menghibur mereka saat mereka sedih atau mengalihkan perhatian mereka saat mereka kesal, kita mengabaikan kesempatan mereka untuk memahami emosi mereka. Kecerdasan emosional bukanlah tentang menghindari perasaan negatif, melainkan tentang mengenali, mengolah, dan belajar dari perasaan tersebut.

Alih-alih langsung mencoba memperbaiki suasana hati mereka, cobalah untuk duduk bersama mereka. Katakan sesuatu seperti, "Tidak apa-apa untuk merasa sedih saat ini" atau "Aku di sini jika kamu ingin membicarakannya."

Membiarkan anak Anda mengalami berbagai macam emosi, baik dan buruk, mengajarkan mereka bahwa perasaan bukanlah sesuatu yang harus dihindari. Perasaan adalah sesuatu yang harus dihadapi dan dijalani.

7. Membandingkannya dengan orang lain

Ketika anak-anak dibandingkan dengan orang lain, mereka mungkin mulai merasa bahwa harga diri mereka tergantung pada bagaimana mereka dinilai, dan itu merupakan beban yang berat untuk dipikul. Alih-alih membangun rasa percaya diri, hal itu dapat menciptakan rasa tidak aman, kebencian, atau bahkan rasa takut gagal.

Rayakan kemajuan mereka secara individual, tidak peduli seberapa kecilnya hal itu. Daripada membandingkan mereka dengan orang lain, bandingkan mereka dengan diri mereka kemarin, "Kamu benar-benar telah berkembang dalam hal ini" atau "Aku sangat bangga dengan kerja kerasmu."

Setiap anak memiliki jalannya sendiri, dan ketika kita menghargai hal itu, kita membantu mereka mengembangkan rasa percaya diri dan kekuatan emosional, kualitas yang jauh lebih berharga daripada menjadi lebih baik dari orang lain.

8. Tidak memberi contoh kecerdasan emosional

Jika Anda ingin anak-anak Anda tumbuh dengan kecerdasan emosional, hal terpenting yang dapat Anda lakukan adalah mencontohkannya sendiri. Bagaimana Anda menangani rasa frustrasi? Apakah Anda meluangkan waktu untuk memproses perasaan Anda, atau apakah Anda mengesampingkannya?

Apakah Anda meminta maaf saat Anda kehilangan kesabaran, atau apakah Anda membiarkannya berlalu? Anak-anak Anda memperhatikan dan menyerap semuanya, bahkan saat Anda tidak menyadarinya.

Bila Anda menunjukkan kepada mereka cara mengenali emosi, bertanggung jawab atas tindakan, dan menghadapi tantangan dengan tenang dan empati, mereka akan secara alami mengikutinya. Mengasuh anak bukanlah tentang menjadi sempurna, tetapi tentang memperhatikan contoh yang Anda berikan setiap hari.

  ***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #tinggalkan #pola #parenting #yang #merugikan #jika #ingin #anak #tumbuh #menjadi #orang #dewasa #yang #cerdas #secara #emosional

KOMENTAR