![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/view.png)
![8 Kata yang Digunakan untuk Play Victim, Berpura Menjadi Korban sebagai Bentuk Manipulasi Psikologi](https://jakarta365.net/uploads/2025/02/07/jawapos/8-kata-yang-digunakan-untuk-play-victim-berpura-menjadi-korban-sebagai-bentuk-manipulasi-psikologi-1157001.jpg)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/clock-d.png)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/calendar-d.png)
8 Kata yang Digunakan untuk Play Victim, Berpura Menjadi Korban sebagai Bentuk Manipulasi Psikologi
Seseorang yang belum dewasa secara emosional memiliki kebiasaan berkomunikasi yang cukup membuat frustasi.
Mereka cenderung berpura-pura menjadi korban atau play victim, sering menggunakan kata tertentu yang bisa membuat Anda mempertanyakan tindakan Anda sendiri,
Seseorang dengan emosi yang belum dewasa, pada dasarnya memiliki kondisi psikologis. Hal ini akan menimbulkan masalah dalam interaksi dan hubungan karena berkaitan dengan manipulasi.
Untuk itu, melansir dari Geediting, mari membahas delapan kata yang sering digunakan untuk play victim kepada lawan bicara.
-
Kamu selalu
Kata ini adalah alat umum yang digunakan oleh orang belum dewasa secara emosional. Ketika mereka merasa diserang, mereka akan mengalihkan kesalahan dengan mengucapkan ‘kamu selalu’ diikuti dengan ungkapan tambahan untuk menyerang lawan bicaranya.
Misalnya, mungkin mereka akan berkata ‘kamu selalu menyela saya’ atau ‘kamu selalu bilang begitu’ meski Anda hanya memberikan nasihat atau masukan kepada dirinya.
Ini adalah bentuk manipulasi yang menggambarkan mereka sebagai korban dan Anda sebagai pelaku.
Pada kenyataannya, kata ini digunakan untuk menghindari tanggung jawab atas perasaan atau tindakan yang dilakukan.
Dengan membalikkan keadaan, mereka berhasil menghindari kritik atau akuntabilitas sambil membuat orang lain merasa bersalah.
-
Saya baik-baik saja
Kata ini mungkin tampak tak berbahaya. Namun, ketika digunakan dalam konteks play victim, ini bisa menjadi cara pasif-agresif untuk berpura-pura menjadi korban.
Dalam banyak kasus, penggunaan kata ‘saya baik-baik saja’ tidak benar-benar berarti mereka sedang baik.
Sebaliknya, ini adalah isyarat bahwa mereka merasa kesal atau dirugikan tetapi tidak ingin terbuka mengekspresikan perasaan mereka atau membahas masalahnya.
Mereka mungkin mengharapkan Anda atau orang lain menafsirkan kata tersebut sebagai kondisi yang tidak baik, lalu menghibur mereka.
Proses interaksi seperti ini bisa melelahkan dan membuat Anda terus membaca antara kebenaran dan sesuatu yang disembunyikan. Akhirnya, banyak yang terjebak dalam komunikasi yang tidak disampaikan secara langsung.
-
Semua orang melawan saya
Kata ini berasal dari pandangan bahwa seseorang menjadi pusat dari semua tindakan atau pikiran negatif orang lain.
Ketika mereka mengeluarkan kata ‘semua orang melawan saya’, mereka sedang berpura-pura menjadi korban dengan menggambarkan diri mereka sebagai target. Tujuan mereka adalah untuk mendapatkan simpati dan perhatian.
Menggunakan kata ini berarti menunjukkan ketidakdewasaan emosional dan tidak melihat realitas yang benar-benar terjadi.
-
Saya tidak bermaksud
Ketika orang yang belum dewasa secara emosional menggunakan kata ini, mereka sering mencoba untuk kabur dari konsekuensi tindakan mereka.
Seringnya, mereka menggunakan kata ini untuk mengalihkan kesalahan dengan cara halus. Mereka akan menambahkan penjelasan bahwa kerugian yang terjadi itu tidak disengaja dan tak merasa bersalah.
Penggunaan kata ini akan menjadi pola untuk menghindari tanggung jawab. Tentunya, menjadi cara untuk berpura-pura menjadi korban agar tidak mendapatkan hukuman atau konsekuensi.
-
Saya tidak bisa menahannya
Manusiawi sekali ketika seseorang merasa kewalahan atau kehilangan kendali. Pun, menggunakan kata ini ketika sedang kesulitan pun juga tidak masalah.
Namun, kata ‘saya tidak bisa menahannya’ bisa menjadi cara untuk berpura menjadi korban.
Dengan menyatakan mereka tidak memiliki kendali atas diri mereka karena emosi atau nafsu, mereka membebaskan diri dari tanggung jawab dan membebani orang lain untuk menyesuaikan diri dengan perilaku mereka.
-
Ini tidak adil
Setiap semua hal yang terjadi tidak berjalan sesuai dengan keinginan, kata ini sering diucapkan.
Seseorang dengan emosi yang belum dewasa menggunakan kata ini untuk berpura menjadi korban dan meminta belas kasihan orang lain karena tidak mendapatkan apa yang tidak diinginkan.
-
Anda tidak mengerti
Ketika mendengar kata ini, seseorang menggunakannya sebagai tameng untuk tak mendengar pendapat atau saran yang berlawanan dengan pandangan pribadi mereka.
Ketika Anda membutuhkan dialog yang terbuka tetapi harus berhadapan dengan kata ini berulang kali, maka peluang untuk menyelesaikan masalah pun terbuang.
Keengganan untuk terbuka dilakukan untuk memaksa diri mereka menjadi korban dan mengiyakan pandangan mereka.
-
Mengapa ini selalu terjadi pada saya
Kata ini membuat seseorang terjebak dalam siklus mengasihani diri dan memaksa diri menjadi korban.
Ketika seseorang sering menggunakan kata tersebut, mereka menginterpretasikan pengalaman yang terjadi, bukan apa yang sebenarnya terjadi.
Poin pentingnya adalah bahwa kedewasaan emosional melibatkan kesadaran diri dan kemampuan untuk menavigasi tantangan hidup tanpa terjebak dalam peran korban.
Dengan mengenali frasa-frasa ini, Anda dapat lebih memahami dinamika yang terjadi dan bekerja menuju interaksi yang lebih sehat.
Tag: #kata #yang #digunakan #untuk #play #victim #berpura #menjadi #korban #sebagai #bentuk #manipulasi #psikologi