Jika Ingin Anak-anak Terbuka kepada Anda, Ucapkan Selamat Tinggal pada 5 Kebiasaan Ini Menurut Psikologi
Ilustrasi seseorang yang lebih cocok menjadi pemimpin (foto: Freepik/teksomolika)
09:48
2 Februari 2025

Jika Ingin Anak-anak Terbuka kepada Anda, Ucapkan Selamat Tinggal pada 5 Kebiasaan Ini Menurut Psikologi

- Banyak orang tua mengeluhkan bahwa anak-anak mereka yang telah beranjak dewasa semakin menjauh, enggan berbagi cerita, atau bahkan menutup diri sepenuhnya.

Padahal, bagi sebagian besar orang tua, bisa tetap menjadi bagian dari kehidupan anak-anak mereka adalah sesuatu yang sangat berharga.

Namun, tanpa disadari, ada kebiasaan-kebiasaan yang membuat anak-anak dewasa justru merasa tidak nyaman untuk terbuka.

Psikologi keluarga menunjukkan bahwa hubungan antara orang tua dan anak dewasa sangat dipengaruhi oleh pola interaksi yang telah terbangun sejak kecil.

Dilansir dari Geediting pada MInggu (2/2), jika Anda ingin anak-anak dewasa Anda lebih terbuka kepada Anda, inilah lima kebiasaan yang sebaiknya ditinggalkan:

1. Terlalu Banyak Mengkritik

Sering kali, niat baik orang tua untuk membantu anak agar tidak salah langkah justru diterjemahkan sebagai kritik yang menyakitkan.

Misalnya, saat anak bercerita tentang pekerjaannya dan orang tua langsung mengomentari keputusan yang diambil dengan nada mengecilkan, anak akan merasa dihakimi.

Menurut psikologi perkembangan, kritik yang terus-menerus bisa menurunkan kepercayaan diri seseorang dan membuatnya ragu untuk berbagi.

Anak-anak dewasa yang sering dikritik akan lebih memilih untuk diam daripada merasa tidak dihargai.

Solusi:
Daripada langsung mengkritik, cobalah mendengarkan dengan empati.

Ajukan pertanyaan seperti, "Apa yang membuatmu mengambil keputusan itu?" atau "Bagaimana perasaanmu tentang hal itu?" untuk menunjukkan bahwa Anda menghargai perspektif mereka.

2. Selalu Ingin Mengontrol dan Ikut Campur

Beberapa orang tua merasa sulit untuk melepaskan kendali atas kehidupan anak-anak mereka, bahkan setelah mereka dewasa.

Misalnya, terus-menerus menanyakan kapan anak akan menikah, menekan mereka untuk mengambil pekerjaan tertentu, atau memberikan nasihat tanpa diminta.

Menurut teori keterikatan dalam psikologi, anak-anak dewasa membutuhkan otonomi untuk tumbuh dan berkembang.

Jika mereka merasa bahwa setiap keputusan mereka akan dipertanyakan atau dikendalikan, mereka mungkin memilih untuk menjaga jarak.

Solusi:
Beri anak Anda ruang untuk mengambil keputusan sendiri.

Jika mereka meminta pendapat Anda, berikan dengan penuh hormat, tanpa paksaan.

Katakan sesuatu seperti, "Aku percaya kamu bisa membuat keputusan terbaik untuk dirimu sendiri."

3. Meremehkan Perasaan Anak

Kalimat seperti "Ah, itu bukan masalah besar!" atau "Kamu terlalu sensitif!" bisa membuat anak merasa diabaikan dan tidak dihargai.

Ini dikenal sebagai gaslighting emosional, yang bisa membuat seseorang meragukan perasaannya sendiri dan enggan berbagi di masa depan.

Menurut penelitian psikologi emosional, manusia memiliki kebutuhan mendasar untuk didengarkan dan divalidasi.

Jika seseorang merasa bahwa perasaannya diremehkan, mereka cenderung menarik diri dan menutup diri dari orang yang membuat mereka merasa demikian.

Solusi:
Alih-alih meremehkan, coba validasi perasaan anak dengan mengatakan, "Aku bisa mengerti kenapa kamu merasa seperti itu," atau "Pasti sulit menghadapi situasi seperti itu. Aku ada di sini kalau kamu butuh bicara."

4. Membandingkan dengan Orang Lain

Banyak orang tua, tanpa sadar, membandingkan anak-anak mereka dengan saudara kandung, sepupu, atau teman-teman mereka.

Misalnya, "Coba lihat si A, dia sudah sukses di usia muda. Kamu kapan?"

Psikologi sosial menunjukkan bahwa dibanding-bandingkan bisa menurunkan harga diri dan membuat seseorang merasa tidak cukup baik.

Anak yang sering dibandingkan akan merasa bahwa mereka hanya dihargai berdasarkan pencapaian mereka, bukan sebagai individu yang unik.

Solusi:
Hargai anak Anda sebagai dirinya sendiri. Fokuslah pada usaha mereka, bukan hanya hasilnya.

Katakan sesuatu seperti, "Aku bangga melihat kerja kerasmu, tidak peduli hasil akhirnya."

5. Tidak Mau Mengakui Kesalahan

Orang tua juga manusia, dan mereka bisa membuat kesalahan dalam membesarkan anak-anak mereka.

Namun, ada sebagian orang tua yang enggan mengakui kesalahan karena merasa itu akan merusak wibawa mereka.

Menurut psikologi hubungan, sikap defensif dan enggan meminta maaf bisa menciptakan jarak emosional.

Anak-anak dewasa akan merasa sulit untuk terbuka jika mereka merasa bahwa orang tua tidak bisa berkomunikasi secara jujur dan terbuka.

Solusi:
Jangan ragu untuk meminta maaf jika memang Anda melakukan kesalahan.

Mengatakan, "Aku sadar dulu aku terlalu keras padamu, dan aku minta maaf," bisa menjadi langkah besar untuk membangun kembali kepercayaan dan kedekatan.

Kesimpulan

Jika Anda ingin anak-anak dewasa Anda lebih terbuka kepada Anda, cobalah untuk mengubah pola komunikasi dan interaksi dengan mereka.

Dengarkan tanpa menghakimi, berikan ruang bagi mereka untuk mengambil keputusan sendiri, dan validasi perasaan mereka.

Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak dewasa bukan tentang kontrol, tetapi tentang kepercayaan dan saling menghargai.

Mulailah dengan menghilangkan lima kebiasaan di atas, dan Anda akan melihat perubahan positif dalam hubungan Anda dengan anak-anak dewasa Anda.

Mereka akan lebih nyaman berbagi cerita, meminta saran, dan menjadikan Anda sebagai tempat yang aman untuk kembali.

Editor: Setyo Adi Nugroho

Tag:  #jika #ingin #anak #anak #terbuka #kepada #anda #ucapkan #selamat #tinggal #pada #kebiasaan #menurut #psikologi

KOMENTAR