AS Cabut Larangan Penjualan Senjata Ofensif ke Arab Saudi
WASHINGTON, DC - 26 JUNI: Presiden AS Joe Biden berbicara saat dia mengumumkan investasi $42 miliar dalam infrastruktur internet berkecepatan tinggi selama acara di Ruang Timur Gedung Putih pada 26 Juni 2023 di Washington, DC. Investasi tersebut merupakan bagian dari paket infrastruktur bipartisan 2021 dan bagian dari tujuan administrasi untuk menghubungkan semua orang Amerika ke broadband berkecepatan tinggi pada tahun 2030. 
19:50
12 Agustus 2024

AS Cabut Larangan Penjualan Senjata Ofensif ke Arab Saudi

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) pada Jumat (9/8/2024) mengatakan Pemerintahan Joe Biden memutuskan segera mencabut larangan penjualan senjata ofensif AS ke Arab Saudi.

Reuters adalah media pertama yang melaporkan keputusan itu sebelumnya, dengan mengutip lima sumber.

Gedung Putih menerapkan pelarangan tersebut tiga tahun yang lalu sebagai upaya untuk menekan Arab Saudi agar mengakhiri perang Yaman.

Seorang pejabat senior departemen tersebut juga mengonfirmasi, Departemen Luar Negeri mencabut penangguhan terkait transfer amunisi udara-ke-darat tertentu ke Arab Saudi.

"Kami akan menilai tranfer baru berdasarkan setiap kasus, sesuai dengan Kebijakan Tranfer Senjata Konvensional," kata pejabat itu, dikutip cari VOA.

Secara terpisah, seorang ajudan kongres menyebutkan jika pemerintah memberikan pengarahan kepada Kongres pekan ini terkait keputusan untuk mencabut larangan tersebut.

Seorang sumber menyatakan bahwa penjualan dapat kembali dilakukan, setidaknya pada minggu depan.

Pemerintah AS kemudian mengeluarkan pemberitahuan terkait penjualan itu pada Jumat (9/8/2024) sore, menurut seseorang yang diberi pengarahan mengenai masalah ini.

"Saudi memenuhi janji mereka dalam kesepakatan itu, dan kami siap memenuhi janji kami," kata seorang pejabat senior pemerintahan Biden.

Menurut hukum AS, setiap kesepakatan senjata internasional yang dianggap penting harus ditinjau oleh anggota Kongres sebelum disetujui bersama, dikutip dari Middle East Monitor.

Dalam beberapa tahun terakhir, anggota parlemen dari Partai Demokrat dan Republik mempertanyakan pasokan senjata ofensif ke Arab Saudi, dengan alasan berbagai isu, termasuk korban sipil dalam kampanye di Yaman dan berbagai masalah terkait hak asasi manusia.

Namun, penentangan terhadap penjualan senjata itu saat ini melunak di tengah kekacauan di Timur Tengah, menyusul perang Israel-Hamas sejak 7 Oktober 2023 dan karena perubahan pendekatan Saudi dalam perang di Yaman, Times of Israel melaporkan.

Seorang pejabat pemerintah menyatakan bahwa sejak Maret 2022, saat Saudi dan Houthi menyepakati gencatan senjata yang diprakarsai oleh PBB, serangan udara Saudi ke Yaman berhenti, dan sebagian besar tembakan lintas batas dari Yaman ke wilayah kerajaan juga berkurang.

"Kami juga mencatat langkah positif yang telah diambil Kementerian Pertahanan Saudi selama tiga tahun terakhir untuk secara substansial meningkatkan proses mitigasi bahaya sipil mereka, sebagian berkat kerja keras para pelatih dan penasihat AS," kata pejabat Departemen Luar Negeri tersebut.

Hubungan AS-Arab mulai menghangat

Perang di Yaman sering dianggap sebagai salah satu konflik proksi antara Iran dan Arab Saudi.

Setelah Houthi menggulingkan pemerintah yang didukung Saudi dari Sanaa pada akhir 2014, mereka terlibat dalam pertempuran dengan koalisi militer yang dipimpin oleh Saudi sejak 2015.

Konflik ini merenggut ratusan ribu nyawa, dan membuat 80 persen populasi Yaman bergantung pada bantuan kemanusiaan.

Pada 2021, Biden memperketat kebijakan penjualan senjata ke Arab Saudi, dengan alasan kampanye militer kerajaan tersebut melawan Houthi yang didukung Iran di Yaman, yang menewaskan banyak korban sipil.

Hubungan antara kerajaan itu dan Amerika Serikat menghangat sejak saat itu.

Washington menjalin hubungan lebih erat dengan Riyadh untuk menyusun rencana bagi Gaza pascaperang setelah serangan Hamas pada 7 Oktober.

Pemerintahan Biden menyepakati perjanjian pertahanan dan kerja sama nuklir sipil dengan Riyadh sebagai bagian dari kesepakatan yang lebih besar.

Ini mencakup normalisasi hubungan Arab Saudi dengan Israel, meskipun tujuan tersebut masih dianggap sulit dicapai.

Keputusan itu diambil karena ancaman di kawasan meningkat sejak akhir bulan lalu.

Iran dan kelompok Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon telah bersumpah untuk membalas terhadap Israel setelah kepala politik Hamas, Ismail Haniyeh, terbunuh di Teheran.

Kelompok Houthi muncul sebagai pendukung kuat Hamas dalam perangnya melawan Israel.

Awal tahun ini, mereka menyerang kapal-kapal komersial yang mereka klaim kapal-kapal tersebut memiliki hubungan dengan Israel atau menuju pelabuhan Israel. 

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Editor: Sri Juliati

Tag:  #cabut #larangan #penjualan #senjata #ofensif #arab #saudi

KOMENTAR