Kerja Sama Militer Rusia dan Korut: Ancaman untuk Barat?
Kunjungan ini dilakukan di tengah kecaman dari negara-negara Barat dan menjadi perhatian dunia.
Belousov tiba di ibu kota Pyongyang untuk mengadakan pertemuan dengan Presiden Kim Jong Un.
Menurut laporan dari media pemerintah Korut, KCN, tujuan utama dari kunjungan ini adalah untuk membahas kerja sama militer yang erat dan penerapan perjanjian strategis yang telah ditandatangani oleh Moskow dan Pyongyang.
Ini dilakukan dengan harapan untuk mempromosikan kerja sama yang saling menguntungkan meskipun kedua negara tengah menghadapi tekanan dari Barat.
Dalam pernyataannya, Kim Jong Un mengungkapkan rasa percaya diri dalam pertemuan ini, menyatakan, "Saya menghargai pertemuan yang bersahabat dan dapat dipercaya dengan Menteri Pertahanan Rusia."
Hal ini mencerminkan komitmen kedua negara untuk memperkuat hubungan di tengah situasi geopolitik yang semakin kompleks.
Bagaimana Respon Barat terhadap Kerja Sama Militer Rusia dan Korut?
Kunjungan ini juga terjadi setelah adanya kecaman dari Amerika Serikat dan sekutunya yang menyoroti pengiriman sekitar 12.000 tentara Korut ke Rusia untuk pelatihan.
Belousov, dalam sebuah pernyataan, mengungkapkan rasa terima kasih atas ikatan yang semakin erat antara Rusia dan Korut, memuji kebijakan luar negeri Korea Utara yang dianggap independen.
Menteri Pertahanan Rusia tersebut menyatakan, "Kami berkomitmen untuk saling mendukung, dan hubungan kami telah berkembang menjadi kemitraan strategis." Ini menunjukkan adanya keinginan dari kedua pihak untuk saling mendukung dalam menghadapi tantangan yang dihadapi.
Apa yang Terjadi Setelah Perjanjian Kemitraan Strategis?
Sejak penandatanganan Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif, hubungan Rusia dan Korut semakin intensif.
Kim Jong Un bahkan menggambarkan pakta militer ini sebagai suatu aliansi, yang menunjukkan komitmen kedua negara untuk memberikan bantuan militer tanpa penundaan jika salah satu negara diserang oleh pihak ketiga.
Sebagai bentuk dukungan terhadap Rusia, Korut telah mengirimkan 12.000 pasukan bantuan ke medan perang.
Pengiriman ini bukan hanya melibatkan tentara biasa, tetapi juga sejumlah jenderal untuk mendukung Rusia dalam melawan Ukraina.
Namun, tindakan ini mendapat kritik tajam dari publik, yang menyebutnya sebagai pengiriman pasukan untuk perang agresi yang ilegal.
Meskipun terdapat stigma negatif terkait pengiriman pasukan ini, prajurit Korea Utara justru merasa bangga.
Mereka menganggap misi ini sebagai kesempatan langka untuk melihat dan mencoba alat tempur canggih milik militer Rusia.
Lantaran kunjungan Menhan Rusia ke Korut dan penguatan kerja sama militer menunjukkan perubahan signifikan dalam dinamika geopolitik di kawasan.
Kerja sama yang mesra ini tampaknya akan terus berkembang, terutama mengingat ketegangan antara Barat dan kedua negara tersebut.
Masyarakat internasional perlu terus mengawasi perkembangan ini, karena dapat berdampak luas terhadap stabilitas regional dan global.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
Tag: #kerja #sama #militer #rusia #korut #ancaman #untuk #barat