Sabarnya Warga Gaza Sambut Ramadan di Tengah Agresi Israel: Kami Sudah 5 Bulan Puasa
Warga Palestina menunggu di trotoar saat mereka melarikan diri dari Khan Yunis ke daerah yang lebih aman lebih jauh ke selatan di Jalur Gaza selatan melalui pintu keluar barat kota di pinggiran kamp pengungsi pada 26 Januari 2024. Begini ketabahan dan kesabaran warga Palestina menyambut Ramadan di tengah bencana kelaparan akibat agresi Israel. 
11:50
11 Maret 2024

Sabarnya Warga Gaza Sambut Ramadan di Tengah Agresi Israel: Kami Sudah 5 Bulan Puasa

Bulan suci Ramadan yang harusnya disambut suka cita tetapi justru dirayakan di tengah kesuraman.

Hal tersebut lah yang kini dialami warga Palestina yang menjadi korban agresi Israel.

Kini, agresi Israel itu pun turut mengakibatkan adanya potensi bencana kelaparan di Palestina.

Kesuraman Palestina pun ditambah dengan berhentinya sementara perundingan terkait gencatan senjata antara Hamas dan Israel.

Alhasil, warga Palestina dimungkinkan akan menjalani Ramadan tanpa kedamaian lantaran mandegnya perundingan gencatan senjata yang sempat terlaksana di Kairo, Mesir.

Dikutip dari Aljazeera, sebanyak 2,3 juta warga Gaza pun kini mengungsi di Rafah dengan hanya bermodalkan tenda plastik dan kekurangan makanan.

Salah satu warga Gaza, Maha yang juga merupakan ibu dari lima anak itu mengatakan bulan suci Ramadan yang seharusnya menjadi ibadah dengan menahan lapar dan haus, telah dilakukannya sejak Oktober 2023 lalu.

Pernyataanya ini merupakan kalimat penguatan terhadap dirinya atas agresi yang dilakukan Israel di Palestina.

"Kami tidak melakukan persiapan apapun untuk menyambut Ramadan karena kami telah berpuasa selama lima bulan," kata Maha.

Maha bercerita, sebelum perang berkecamuk di Palestina, dirinya biasanya mendekorasi rumahnya dan mengisi kulkasnya dengan makanan untuk kebutuhan berbuka puasa keluarganya.

Namun kini, kondisi berbeda dialaminya dan berbanding terbalik lantaran untuk mendapatkan makanan saja, dirinya mengaku kesulitan.

"Tidak ada makanan, kami punya makanan kaleng dan nasi, sebagian besar makanan dijual dengan harga mahal," kata Maha.

Dikutip dari Reuters, Kepala Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pengungsi Palestina atau UNRWA, Philippe Lazzarini mengungkapkan bahwa bulan suci Ramadan sudah seharusnya terealisasi gencatan senjata.

Namun, sambungnya, fakta berbeda justru terjadi di mana Ramadan di Gaza justru menjadi kelaparan ekstrem yang meluas hingga kecemasan atas operasi militer di Rafah.

Meski begitu, warga Gaza tetap tabah dan hanya bisa berharap agar perdamaian segera terwujud.

Salah satu pengungsi di Rafah, Nehad El-Jed mengatakan kepada Reuters, bahwa dirinya bersama dengan warga Gaza lainnya hanya bisa berdoa agar kondisi di Palestina segera membaik dan seperti semula kembali.

"Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, walaupun faktanya tahun ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, namun kita tetap tabah dan sabar, dan kita akan menyambut bulan Ramadan seperti biasa, dengan dekorasi, lagu-lagu, dengan doa, puasa," ucap Nehad El-Jed yang mengungsi bersama keluarganya di Gaza.

"Ramadan mendatang, kami mendoakan Gaza akan kembali, semoga segala kehancuran dan pengepungan di Gaza akan berubah, dan semua kembali dalam kondisi yang lebih baik," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Artikel lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Editor: Facundo Chrysnha Pradipha

Tag:  #sabarnya #warga #gaza #sambut #ramadan #tengah #agresi #israel #kami #sudah #bulan #puasa

KOMENTAR