



Warga Israel Takut: Hizbullah Kembali, Kibarkan Bendera Berjarak 300 Meter dari Rumah Kami
Seorang warga Israel bernama Eitan Davidi yang menjabat sebagai Ketua Komite Desa Margaliot menyebut Hizbullah mengibarkan bendera yang berjarak hanya 300 meter dari rumah penduduk desa itu.
“Kami kembali ke situasi pada tanggal 6 Oktober,” kata Davidi dikutip dari Maariv.
Tanggal 6 Oktober yang dimaksud Davidi merujuk kepada hari sebelum Hamas melancarkan serangan ke Gaza, yakni 7 Oktober 2023.
Dia mengungkapkan kekhawatirannya perihal penarikan mundur Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dari Lebanon.
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah, IDF diwajibkan menarik diri dari Lebanon selatan. Sementara itu, Hizbullah diwajibkan menjauh dari perbatasan.
Menurut Davidi, penarikan mundur ini memunculkan kekhawatiran bagi warga Israel yang tinggal di dekat perbatasan.
“Kami kira kami akan punya kabar baik untuk para penduduk di utara dan pemukiman di sepanjang perbatasan, tetapi sekarang kami tidak punya kabar baik apa pun,” katanya saat berbicara dengan Radio Zafon 104.5 FM.
Menurut dia, Hizbullah mulai kembali ke desa-desa di dekat perbatasan. Dia bahkan menyebut anggota Hizbullah mengibarkan bendera di Desa Qila.
Davidi mengklaim juru bicara Hizbullah, Ali Shuaib, datang dan menggelar perayaan di tempat berjarak hanya 200 hingga 300 meter dari Margaliot.
“Kami berkata kepada pemerintah bahwa ini bukan caranya, bahwa perjanjian itu seharusnya berbeda, dan mengizinkan para penduduk di desa-desa terdekat dan anggota Hizbullah untuk kembali bukanlah hal yang tepat.”
Dia juga mengkritik pedas Jenderal Komando Utara yang menurutnya telah menjadi juru bicara Menteri Pertahanan Israel Katz.
“Dia menjadi jubir Katz ketika dia berkata kami bisa kembali ke daerah utara. Anda mambawa kami ke tempat yang sama ketika kami berada di sana tanggal 6 Oktober,” ucap Davidi.
Lalu, dia berkata tak seorang pun seharusnya berpikir bahwa Hizbullah telah dihancurkan.
“Sayangnya, Hizbullah akan memulihkan diri dengan cepat sekali,” katanya.
“Negara Israel sudah menyatakan perang Lebanon keempat akan terjadi kelak.”
Mengenai penduduk Israel yang kembali ke daerah perbatasan, Davidi mengklaim mereka tidak kembali ke rumah, tetapi “dilempar” ke rumah.
“Mereka dilempar ke rumah karena mereka akan berhenti menerima dana dan akomodasi hotel.”
Selama mengungsi dari daerah utara, warga Israel memang mendapat bantuan tempat tinggal di hotel.
Menurut dia, para penduduk kembali karena pemerintah memberlakukan sanksi ekonomi kepada mereka.
Pakar: Perang Israel-Hizbullah berikutnya akan lebih dahsyat
Hizbullah dan Israel diprediksi akan kembali berperang meski saat ini kedua belah memberlakukan gencatan senjata.
Robert Inlakesh, seorang pakar politik dan jurnalis di Inggris, meyakini perang Hizbullah-Israel jilid berikutnya tak akan bisa dihindari.
Dalam opininya di Russia Today hari Senin, (10/2/2025), Inlakesh mengatakan Israel memang mendapatkan sejumlah kemenangan taktis dalam pertang terbaru di Lebanon. Namun, Israel tak punya kemampuan untuk menghancurkan Hizbullah secara total.
Dia menyebut Israel telah memberikan ancaman kepada Hizbullah. Ancaman itu ialah perang yang lebih mengerikan daripada sebelumnya,
“Pertanyaannya bukan apakah akan ada pertempuran lain di antara Lebanon dan Israel, melainkan kapan itu terjadi,” kata Inlakesh.
Inlakesh mengatakan Hizbullah tetap melancarkan pertempuran secara terbatas setelah peristiwa serangan pager oleh Israel yang melukai ribuan orang di Lebanon.
“Namun, Israel tidak berhenti di sini dan memutuskan untuk membunuh para pemimpin senior Hizbullah, termasuk Nasrallah, sehingga membuat perang tak bisa dihindari,” kata dia.
Inlakesh menyebut pada permulaan perang di Gaza, Netanyahu sudah mengancam bakal membuat Hizbullah menghadapi penghancuran seperti yang terjadi di Gaza.
Serangan yang dilancarkan Israel ke Lebanon membunuh hampir 2.000 orang. Namun, Inlakesh mengklaim Israel tidak memutuskan untuk melancarkan serangan yang mirip dengan serangan di Gaza.
“Sementara itu, Hizbullah mulai menggunakan rudal lebih besar dari gudang senjatanya, tetapi jinak dalam pendekatannya dan berhati-hati agar membuat sebagian besar serangannya bersifat simbolis atau menargetkan fasilitas militer.”
Inlakesh menyebut Israel pada bulan November gagal mendapatkan kemajuan yang berarti dalam invasi daratnya di Lebanon selatan dan gagal mencapai tujuannya di area Sungai Litani.
Adapun Hizbullah tak bisa melancarkan serangan yang sama besarnya dengan serangan Israel terhadap kota-kota Lebanon.
“Kedua belah pihak sadar bahwa kebuntuan adalah hasil yang tidak bisa dihindari. Karena itu, untuk menghentikan kehancuran yang lebih luas, gencatan senjata disepakati.”
Inlakesh menyebut Hizbullah terluka parah, tetapi tidak hancur. Israel berupaya melakukan propaganda untuk membuat Hizbullah tak berdaya, tetapi jauh dari kata hancur.
“Kenyataannya Hizbullah masih memiliki angkatan darat kuat dengan sekitar 100.000 pejuang, kemampuan memproduksi senjata di alam negeri, dan amunisi berlimpah, yang diketahui dengan baik oleh Israel.”
Sementara itu, tewasnya Nasrallah karena serangan Israel masih membuat banyak orang di Lebanon menginginkan balas dendam terhadap Israel.
Menurut Inlakesh, Israel gagal menghancurkan Hamas dalam waktu 15 bulan meski sudah melakukan salah satu kejahatan terburuk sejak Perang Dunia Kedua.
“Hizbullah masih menjadi kekuatan tempur yang jauh lebih kuat daripada Hamas, tetapi ada sejumlah penghalang karena situasi politik/ekonomi/sosial di Lebanon.”
Jika Israel memilih untuk tetap menduduki wilayah Lebanon dengan dalih apa pun, aksi militer pasti akan terjadi.
“Sangat mungkin juga bahwa perang selanjutnya akan jauh lebih berdarah, dan jumlah kematian akan membuat konflik tahun lalu itu tampak kecil jika diperbandingkan,” katanya.
“Ini mungkin tidak akan terjadi dalam waktu dekat dan mungkin bisa memakan waktu lebih dari setahun, tetapi konflik ini jauh dari kata selesai dan karena saat ini tidak ada gencatan senjata yang benar-benar berlaku.”
Inlakesh kemudian menyinggung berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh Israel selama gencatan senjata.
Israel pada tanggal 27 November melakukan pelanggaran lalu bergerak lebih jauh ke daerah Lebanon selatan.
“Israel melakukan ratusan pelanggaran gencatan senjata,” kata dia.
“Israel telah memperjelas bahwa realitas terbarunya adalah bahwa Israel punya kebebasan penuh dalam beraksi dan bisa tetap di wilayah kantong-kantong di Lebanon selatan sepanjang mereka memutuskannya.”
“Maka, harus ada perang guna memastikan bahwa gencatan senjata yang sebenarnya bisa tercapai dan wilayah Lebanon tidak akan menjadi tempat menyerang bagi militer Israel untuk mengebom, menembak, dan menculik warga sipil.”
Lalu, Netanyahu sudah membual tentang wacana mengubah peta Timur Tengah. Adapun Kepala Staf Angkatan Darat Israel Eyal Zamir sudah menyatakan 2025 akan terus menjadi tahun perang.
“Israel bertindak agresif, memperluas perbatasannya, tampaknya tidak berhenti menghasut perang melawan Iran, yang akan menimbulkan kekacauan lebih besar.”
Inlakesh mengatakan hal itu memberikan sinyal akan adanya eskalasi berbahaya.
(*)
Tag: #warga #israel #takut #hizbullah #kembali #kibarkan #bendera #berjarak #meter #dari #rumah #kami