![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/view.png)
![Beda Sikap AS Terhadap Gaza dan Lebanon: Keras ke Warga Palestina, Bak Malaikat di Lebanon](https://jakarta365.net/uploads/2025/02/11/tribunnews/beda-sikap-as-terhadap-gaza-dan-lebanon-keras-ke-warga-palestina-bak-malaikat-di-lebanon-1209680.jpg)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/clock-d.png)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/calendar-d.png)
Beda Sikap AS Terhadap Gaza dan Lebanon: Keras ke Warga Palestina, Bak Malaikat di Lebanon
AS terlihat sangat begitu keras terhadap warga Palestina yang ada di Gaza.
Baru-baru ini, Presiden AS Donald Trump menyampaikan keinginannya untuk mengusir warga Palestina dari Gaza.
Bahkan, Trump berniat untuk membeli Gaza dan menjadikannya real estat masa depan, dan menamainya Riviera Timur Tengah.
Trump menyatakan, setelah dirinya mengambil alih Gaza, warga Palestina tidak akan memiliki hak kembali ke wilayah kantong tersebut.
Pernyataan tersebut merupakan dukungan efektif terkini terhadap pembersihan etnis oleh Trump, yang mengumumkan rencananya minggu lalu selama pertemuan puncak dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Rencana Trump ini telah membuat dunia Arab marah, bahkan membuat para pembantunya terkejut.
Ia terus mendukung rencana pemukiman kembali warga Palestina di Mesir dan Yordania, sebuah rencana yang ditolak oleh kedua negara.
Dikutip dari The Guardian, Trump mengatakan dia akan membangun hingga enam lokasi baru bagi warga Palestina untuk tinggal di luar Gaza.
"Dengan kata lain, saya berbicara tentang membangun tempat tinggal permanen bagi mereka karena jika mereka harus kembali sekarang, akan butuh waktu bertahun-tahun sebelum Anda bisa – tempat itu tidak layak huni," ucap Trump.
Sejauh ini belum ada diskusi serius yang dilakukan di Pentagon atau departemen luar negeri mengenai bagaimana AS dapat secara hukum atau logistik menangani tugas yang diusulkan oleh Trump.
Namun pengumuman itu disambut baik oleh gerakan pemukim sayap kanan Israel, serta sekutu evangelis mereka di AS yang telah mendukung aneksasi Jalur Gaza dan wilayah Palestina lainnya yang diduduki, termasuk Tepi Barat.
"Sementara ini, saya akan memilikinya," kata Trump tentang Gaza.
"Anggap saja ini sebagai pengembangan real estat untuk masa depan. Ini akan menjadi sebidang tanah yang indah. Tidak perlu banyak uang," ungkapnya.
Sementara itu di Lebanon, AS tampak seperti malaikat dengan mengancam Israel untuk segera meninggalkan negara tersebut.
Wakil utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Morgan Ortagus saat bertemu dengan Perdana Menteri terpilih Lebanon, Nawaf Salam menegaskan kembali dukungan Washington untuk presiden dan pemerintahan mendatang.
Dikutip dari Kantor Berita Lebanon, National News Agency, dalam kesempatan itu, Nawaf Salam menekankan perlunya menekan Israel untuk memastikan penarikan penuhnya dari wilayah Lebanon yang diduduki pada tanggal yang ditetapkan, yakni 18 Februari 2025.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya kerja sama dengan Amerika Serikat dan komunitas internasional untuk membantu Lebanon pulih, membangun kembali, dan mencapai stabilitas.
Menanggapi pernyataan Nawaf, Ortagus berjanji akan menekan Israel untuk segera meninggalkan Lebanon.
"Tanggal 18 Februari akan menjadi tanggal penempatan kembali, ketika pasukan IDF akan menyelesaikan penempatan kembali mereka, dan tentu saja pasukan (Lebanon) akan datang di belakang mereka, jadi kami sangat berkomitmen pada tanggal pasti itu," kata Ortagus, dikutip dari France24.
Ortagus juga mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joseph Aoun dan Nawaf Salam dengan komitmen mereka untuk memastikan bahwa Hizbullah tidak menjadi bagian dari pemerintahan ini.
Negara-negara Arab Tolak Rencana Trump
Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty mengatakan kepada Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio bahwa negara-negara Arab mendukung Palestina dalam menolak rencana Trump untuk menggusur warga Palestina di Gaza.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan Abdelatty, dalam sebuah pertemuan di Washington, menekankan pentingnya mempercepat rekonstruksi Gaza sementara warga Palestina tetap di sana.
Dikutip dari Arab News, Abdelatty, yang tiba di Washington pada hari Minggu, mengatakan dia berharap dapat bekerja sama dengan pemerintahan AS yang baru untuk mencapai "perdamaian dan stabilitas yang komprehensif dan adil" di kawasan itu.
Setiap saran agar warga Palestina meninggalkan Gaza, yang mereka inginkan sebagai bagian dari negara merdeka, telah menjadi kutukan bagi kepemimpinan Palestina selama beberapa generasi.
Kemenlu Mesir mengatakan bahwa masyarakat internasional harus bersatu di belakang warga Palestina.
Usulan ini untuk memperbaiki "ketidakadilan historis" dan memulihkan "hak-hak mereka yang sah dan tidak dapat dicabut".
Rencana Trump telah menerima kecaman global, dengan para pemimpin regional dan global mengatakan langkah tersebut akan mengancam stabilitas regional. (*)
Tag: #beda #sikap #terhadap #gaza #lebanon #keras #warga #palestina #malaikat #lebanon