Israel Cabut Izin Pers Jurnalis Al Jazeera, Sebut sebagai Ancaman bagi IDF
Kantor pusat stasiun televisi berita Al Jazeera di Doha, ibu kota Qatar. srael mengumumkan telah mencabut izin pers empat jurnalis Al Jazeera yang bekerja di negara itu, Kamis (12/9/2024). 
13:20
15 September 2024

Israel Cabut Izin Pers Jurnalis Al Jazeera, Sebut sebagai Ancaman bagi IDF

Israel mengumumkan telah mencabut izin pers empat jurnalis Al Jazeera yang bekerja di negara itu, Kamis (12/9/2024).

Dalam sebuah pernyataan Direktur Kantor Pers Pemerintah Nitzan Chen menyebut, Al Jazeera adalah media yang menyebarkan konten palsu, yang menghasut warga Israel dan Yahudi.

"(Al Jazeera) merupakan ancaman bagi tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF)," katanya, dikutip dari Sea Today News.

Wartawan di Israel tidak diwajibkan memiliki kartu pers yang dikeluarkan Kantor Pers Pemerintah.

Namun, tanpa kartu tersebut akan sulit mengakses parlemen atau kantor kementerian pemerintah.

Pernyataan tersebut mengatakan penggunaan kartu pers oleh para jurnalis Al Jazeera dapat "membahayakan keamanan negara pada saat darurat militer ini."

Keempat jurnalis Al Jazeera yang bekerja penuh waktu itu adalah warga negara Israel atau penduduk Palestina di Yerusalem timur yang dianeksasi, menurut kantor berita AFP.

Staf Al Jazeera yang tersisa, termasuk produser video dan fotografer, diizinkan bekerja di sana karena pemerintah menganggap mereka tidak secara aktif memproduksi konten.

Al Jazeera belum membalas e-mail VOA News yang meminta komentar.

Namun Walid Omary, Kepala Biro Al Jazeera untuk wilayah Palestina mengatakan kepada AFP, pemerintah Israel belum memberi tahu kantor beritanya terkait keputusan tersebut.

Israel menuduh Al Jazeera bias dalam liputannya tentang perang Israel-Hamas.

Dituduh Agen Hamas

Militer menuduh jurnalis media milik Qatar itu sebagai "agen teroris" yang berafiliasi dengan Hamas di Gaza.

Al Jazeera membantah tuduhan tersebut dan mengatakan pemerintah dan militer Israel secara tidak proporsional telah menarget reporternya.

Akses media dibatasi di Gaza. Israel mengatakan pada awal perang bahwa mereka tidak dapat menjamin keselamatan jurnalis.

Pengawas media mengatakan bahwa jurnalis berperan penting dalam meliput konflik tersebut, dan bahwa sebagai warga sipil tidak seharusnya mereka menjadi sasaran.

Di antara korban sipil yang berjatuhan dalam perang Israel-Hamas di Jalur Gaza, 116 adalah jurnalis dan pekerja media, menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ).

Empat di antaranya merupakan jurnalis yang bekerja untuk Al Jazeera.

CPJ mengatakan perang Israel-Hamas merupakan periode paling mematikan bagi jurnalis sejak lembaga itu mulai mencatat jumlah jurnalis yang tewas sejak 1992.

Genosida Gaza

Sejak 7 Oktober 2023, terhitung perang di Gaza antara Israel-Hamas telah memasuki hari ke-344 per Minggu (15/9/2024).

Dikutip dari Middle East Monitor, sampai detik ini perang telah merenggut 41.182 nyawa, dan 95.280 lainnya terluka, serta ada 11.000 orang yang dilaporkan hilang.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Editor: Sri Juliati

Tag:  #israel #cabut #izin #pers #jurnalis #jazeera #sebut #sebagai #ancaman #bagi

KOMENTAR