AS Akan Tutup USAID, 130 Negara Bisa Terdampak
- Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana untuk menutup Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan menyatukannya dengan Departemen Luar Negeri.
Rencana ini menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan bantuan puluhan miliar dollar AS yang diberikan kepada negara-negara termiskin di dunia.
Menurut Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), AS merupakan donatur pembangunan resmi terbesar di dunia, dan sebagian besar bantuan tersebut disalurkan melalui USAID, lembaga pemerintah independen yang didirikan oleh Kongres pada tahun 1961.
Apa Itu USAID?
Bendera USAID dan Amerika Serikat berkibar sebelum Kongres Demokrat digelar di luar markas besar Unites States Agency for International Development (USAID) di Washington DC, Senin (3/2/2025).USAID adalah lembaga kemanusiaan dan pembangunan terbesar yang dimiliki oleh Pemerintah AS, dengan tenaga kerja sekitar 10.000 orang di seluruh dunia dan anggaran tahunan yang mencapai puluhan miliar dollar AS.
Setiap tahun, Kongres menyetujui pendanaan untuk USAID, yang kemudian bekerja sama dengan Kongres dan Gedung Putih untuk menetapkan prioritas investasi.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri memberikan arahan terkait kebijakan luar negeri.
Dana bantuan ini disalurkan melalui hibah, kontrak, dan perjanjian kerja sama, menurut informasi dari USAID.
Pada tahun fiskal 2023, USAID mengelola lebih dari 40 miliar dollar AS (setara dengan Rp 653 triliun) dari total anggaran yang disetujui untuk Departemen Luar Negeri, termasuk operasi luar negeri dan program terkait.
Meskipun angka ini terdengar besar, jumlah tersebut hanya sekitar 0,7 persen dari total pengeluaran pemerintah AS yang mencapai 6,1 triliun dollar AS (Rp 99,59 kuadriliun) selama periode tersebut.
Negara mana saja yang dibantu USAID?
Pada 2023, USAID memiliki proyek di sekitar 130 negara, dengan Ukraina, Ethiopia, dan Yordania sebagai penerima bantuan terbesar.
Dari 77 negara yang ditentukan oleh Bank Dunia sebagai negara berpendapatan rendah dan menengah-bawah, 70 di antaranya menerima bantuan dari USAID pada 2023.
Penerima bantuan utama lainnya termasuk Republik Demokratik Kongo, Afghanistan, Sudan Selatan, dan Suriah.
Apa yang didanai oleh USAID?
Sebagian besar dana yang dialokasikan oleh USAID pada 2023 difokuskan pada berbagai masalah penting.
Hampir 17 miliar dollar AS (Rp 277,5 triliun) dari pendanaan USAID dialokasikan untuk mengatasi masalah "tata kelola", dengan fokus yang besar pada Ukraina.
Selain itu, sekitar 10,5 miliar dollar AS (Rp 171,4 triliun) digunakan untuk isu-isu kemanusiaan, 7 miliar dollar AS (Rp 114,4 triliun) untuk sektor kesehatan, dan sekitar 1,3 miliar dollar AS (Rp 21,24 triliun) untuk pertanian.
USAID juga memberikan bantuan anggaran langsung ke beberapa negara di seluruh dunia.
Misalnya, lebih dari 770 juta dollar AS (Rp 12,57 triliun) telah ditransfer ke Pemerintah Yordania, yang merupakan sekutu utama AS di Timur Tengah.
Program besar lainnya yang didanani oleh USAID pada 2023 meliputi 811 juta dollar AS (Rp 13,24 triliun) untuk Global Fund guna memerangi AIDS, tuberkulosis, dan malaria, serta lebih dari 330 juta dollar AS (Rp 5,38 triliun) untuk bantuan pangan dan gizi darurat bagi Afghanistan.
Pada Senin (3/2/2025), Gedung Putih merilis pernyataan yang menyoroti adanya pemborosan dan penyalahgunaan di USAID.
Salah satu contoh yang disoroti adalah pengeluaran sebesar 1,5 juta dollar AS (Rp 24,4 miliar) yang dialokasikan untuk memajukan kesetaraan keberagaman dan inklusi di tempat kerja dan komunitas bisnis di Serbia.
Laman informasi tentang program tersebut di USAID.gov telah dihapus pada malam yang sama.