



Second Puberty: Kenali Gejala, Penyebab, dan Cara Hadapi Perubahan Hormon di Usia Dewasa
- Sebagian besar orang mengenal masa pubertas sebagai periode perubahan besar yang terjadi pada remaja, yang diwarnai lonjakan hormon, pertumbuhan fisik pesat, dan gejolak emosi.
Namun, tahukah kamu bahwa perubahan serupa bisa kembali terjadi di usia dewasa? Fenomena ini dikenal dengan istilah ‘second puberty’.
Melansir laman Healthline, Second puberty bukan istilah medis, melainkan istilah populer yang digunakan untuk menggambarkan fase perubahan hormonal dan fisik yang dialami oleh orang dewasa, biasanya dimulai dari usia pertengahan 20-an hingga menjelang usia 40-an.
Meskipun tidak seintens pubertas pertama, banyak orang melaporkan perubahan pada tubuh, kulit, berat badan, bahkan suasana hati yang terasa mirip seperti masa remaja dulu.
Mengutip laman Teen Vogue, menurut pakar dermatologi dan endokrinologi, second puberty merupakan respons alami tubuh terhadap perubahan hormon yang berlangsung perlahan tapi berdampak nyata.
Istilah ini diadopsi karena kemiripan gejala dengan pubertas remaja, seperti jerawat, kenaikan berat badan, hingga perubahan mood dan fisik.
Meski berubah secara bertahap dan tidak dramatis seperti pubertas remaja, efeknya cukup signifikan dan memerlukan pemahaman serta adaptasi medis dan psikologis.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi selama fase ini, apa penyebabnya, serta bagaimana cara menghadapinya dengan tepat.
Selama fase ini, tubuh mengalami pergeseran hormonal, seperti penurunan estrogen dan peningkatan fluktuasi androgen. Perubahan ini dapat memengaruhi bentuk tubuh, kulit, dan organ reproduksi.
Pada wanita, setelah pubertas pertama, fase ini dapat terjadi di usia 20-an hingga menjelang menopause, salah satu fase perimenopause, atau dikenal sebagai versi ‘second puberty’, dengan gejala hot flashes dan perubahan siklus menstruasi.
Sedangkan pada pria, pergeseran dimulai di usia 20-an saat puncak hormon, berlanjut ke penurunan testosteron di usia 30-an, atau dikenal sebagai andropause atau menopause pria.
Fluktuasi hormon hormon dan estrogen menurunkan neurotransmitter, yang memicu perubahan suasana hati, kecemasan, serta depresi, mirip roller coaster emosi saat remaja.
Fenomena ini juga menyebabkan brain fog, yakni gangguan ingatan dan konsentrasi, yang umum terjadi saat memasuki fase perimenopause.
Strategi Menghadapi ‘Second Puberty’
Dalam menghadapi second puberty terdapat beberapa cara atau strategi yang bisa dilakukan, seperti:
Fisik
- Melansir laman Clearblue, dengan melakukan banyak latihan beban dan olahraga dapat menjaga massa otot dan kesehatan tulang.
- Perhatikan juga asupan kalsium, vitamin D, dan nutrisi penting lainnya untuk menjaga kekuatan tulang dan elastisitas kulit.
Kulit dan Berat Badan
- Melansir laman Teen Vogue, untuk mengatasi jerawat pada kulit dapat menggunakan skincare berbahan aktif seperti salicylic acid atau retinoid untuk jerawat dewasa, hindari memencet jerawat yang dapat menyebabkan bekas pada kulit.
- Pantau kalori, istirahat cukup, dan atasi stres karena faktor gaya hidup sering jadi pemicu kenaikan berat badan.
Emosional dan Mental
- Melansir laman Healthynewage, untuk wanita yang memasuki fase perimenopause, dukungan medis dan emosional sangat penting, terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat membantu mengelola stres, mood swing, dan mental load.
***
Tag: #second #puberty #kenali #gejala #penyebab #cara #hadapi #perubahan #hormon #usia #dewasa