Puput Novel Meninggal Dunia Akibat Kanker Payudara, Dokter Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini HER2
Dokter Penyakit Dalam Konsultan Hematologi-Onkologi Medik, DR. dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM 
00:30
11 September 2024

Puput Novel Meninggal Dunia Akibat Kanker Payudara, Dokter Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini HER2

Penyanyi Puput Novel meninggal dunia karena mengidap kanker payudara.

Kejadian terhadap Puput Novel tersebut menjadi momentum untuk pentingnya melakukan deteksi dini HER2.

Puput diketahui telah berjuang melawan penyakit tersebut selama 3 tahun dengan kondisi komplikasi pada jantung dan paru-paru.

Penelitian terbaru menunjukkan, sekitar 55 persen kasus kanker payudara termasuk dalam kategori HER2-Low.

Sebagai informasi, HER2-Positif merupakan protein yang terlibat dalam pertumbuhan sel yang ada pada permukaan jenis sel kanker, termasuk kanker payudara. Jika terdapat kelebihan ekspresi HER2, maka sel kanker akan menjadi lebih agresif.

Dokter Penyakit Dalam Konsultan Hematologi-Onkologi Medik, DR. dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM menegaskan pentingnya pemeriksaan lebih rinci sebagai diagnosa kanker payudara untuk mendapatkan pengobatan dan terapi sesuai target.

Jika sebelumnya diagnosis HER2 hanya dibagi dalam dua kategori, yakni HER2 positif dan HER2 negatif, namun dalam beberapa tahun terakhir pemeriksaannya dapat menjadi lebih rinci dengan ada kategori HER2-high dan HER2-low.

“Sekarang ada kategori HER2-low, di mana pasien dengan ekspresi HER2 rendah (IHC 1+ atau 2+, FISH negatif) juga dapat mendapat manfaat dari terapi HER2-targeted, yang merupakan langkah maju dalam perawatan kanker,” jelas dr Andhika di Jakarta, Selasa (10/9/2024).

Adapun kategori HER2 dalam kanker payudara terbagi dalam tiga, yakni HER2 Positif, HER2 Negatif dan HER2 Low.

Pada HER2 Positif, sel kanker menunjukkan ekspresi tinggi dari reseptor HER2.

"Pasien ini umumnya mendapatkan terapi target dengan obat-obatan, seperti trastuzumab," ungkap dr Andhika.

Kedua adalah HER2 Negatif dimana tidak ada ekspresi HER2 yang signifikan.

Serta HER2-low, kategori baru di mana sel kanker menunjukkan ekspresi HER2 rendah, yang sebelumnya dianggap sebagai HER2 negatif.

"Penelitian terbaru menunjukkan bahwa meskipun ekspresi HER2 rendah, pasien ini mungkin tetap mendapat manfaat dari terapi target. Pasien dengan HER2-low, yang sebelumnya dianggap tidak memenuhi syarat untuk terapi HER2-targeted, sekarang dapat menerima pengobatan seperti trastuzumab deruxtecan," jelas dr Andhika.

Dengan adanya obat seperti trastuzumab deruxtecan, pasien dengan HER2-low sekarang memiliki harapan baru, di mana terapi memberikan hasil yang lebih baik bagi pasien yang sebelumnya tidak dapat menerima pengobatan ini.

Dalam memastikan seorang pasien kanker payudara terdiagnosa kategori yang mana, maka perlu dilakukan pemeriksaan Histopatologi dan Imunohistokimia (IHK) yang sangat penting untuk menentukan status HER2 seseorang.

Dalam beberapa kasus, pasien tidak menerima pemeriksaan hormonal atau HER2 secara lengkap.

Kondisi ini bisa menghambat pemberian terapi yang tepat.

Karena itu ujar dr Andhika, pentingnya peran pemerintah dan institusi kesehatan dalam mendukung akses yang lebih luas terhadap tes diagnostik dan pengobatan yang tepat.

"Pada pasien dengan HER2-low atau HER2-negatif (IHC 0) sebelumnya tidak dianggap untuk terapi HER2, tetapi dengan perkembangan terapi baru seperti trastuzumab deruxtecan, mereka yang HER2-low, sekarang berpeluang menerima pengobatan ini," jelas dr Andhika.

Trastuzumab deruxtecan akan bekerja dengan cara menempel pada reseptor HER2, bahkan jika ekspresi HER2 hanya rendah (seperti IHC 1+ atau 2+).

"Setelah menempel, obat ini melepaskan senyawa sitotoksik yang bekerja seperti "rudal" untuk menghancurkan sel kanker," ungkapnya lagi.

Dr Andhika melanjutkan, pendekatan pengobatan kanker payudara menjadi lebih spesifik dan terarah.

Pada pengobatan menggunakan trastuzumab, pasien menerima pengobatan selama setahun, yang biasanya dibagi menjadi beberapa kali pemberian, sekitar 17 kali selama periode tersebut.

“Namun tetap setiap respons terhadap pengobatan harus dipantau, termasuk dengan tes seperti IHK," jelas dr Andhika.

Setelah pengobatan awal, kanker payudara bisa kambuh dan bermetastasis ke organ lain, seperti hati atau tulang. Dalam kasus ini, biopsi ulang seringkali diperlukan untuk memastikan apakah kanker yang muncul memiliki sifat yang sama dengan kanker awal.

"Biasanya banyak pasien enggan menjalani biopsi lagi karena sudah lelah secara fisik dan mental akibat perawatan sebelumnya seperti kemoterapi atau radiasi," jelas dia.

Terutama saat pengobatan kanker, terutama dengan terapi hormonal, dr Andhika menyebut bisa memiliki efek samping psikologis yang signifikan. Pasien sering kali mengalami kelelahan mental, dan beberapa mengalami perubahan suasana hati yang ekstrim, seperti depresi atau keinginan bunuh diri.

"Ini terutama terjadi pada pasien yang menjalani terapi hormonal, dimana terapi tersebut dapat mempengaruhi keseimbangan hormon tubuh, menyebabkan perasaan seperti yang dialami orang hamil atau menopause," jelas dr Andhika.

Editor: Seno Tri Sulistiyono

Tag:  #puput #novel #meninggal #dunia #akibat #kanker #payudara #dokter #ingatkan #pentingnya #deteksi #dini #her2

KOMENTAR