FILONOMICS: Benarkah Redenominasi Rupiah Hanya ''Memangkas'' Angka Uang?

 Pemerintah kembali mengangkat wacana redenominasi rupiah, kebijakan penyederhanaan angka mata uang yang akan memangkas tiga digit nol. Bila rencana ini berjalan, Rp 1.000 akan menjadi Rp 1 tanpa mengubah nilai uangnya sama sekali.

Di tengah belum adanya keputusan resmi, masyarakat sudah ramai memperbincangkan efeknya. Ada yang antusias melihat desain rupiah baru, namun tidak sedikit pula yang khawatir: apakah gaji dan harga barang akan ikut “mengecil”?

Secara konsep, redenominasi hanya mengubah nominal, bukan nilai. Uang Rp 100.000 akan menjadi Rp 100, dan harga roti Rp 10.000 akan menjadi Rp 10. 

Alasan pemerintah mendorong redenominasi antara lain untuk meningkatkan efisiensi sistem keuangan, menyederhanakan transaksi, mengurangi beban psikologis “angka besar”, hingga meningkatkan kredibilitas rupiah di mata investor internasional. 

Namun di balik rencana penyederhanaan nominal, proses implementasinya tidak sederhana. Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, redenominasi butuh waktu minimal enam tahun karena menyangkut perubahan sistem akuntansi, desain uang baru, hingga edukasi publik yang harus dilakukan besar-besaran.

Bila nanti redenominasi diterapkan, dampak psikologisnya besar. Harga akan terlihat lebih murah, meski faktanya sama saja.

Masyarakat dan pelaku usaha juga butuh waktu adaptasi, terutama terkait pembulatan harga yang berpotensi memicu inflasi jika tidak diatur ketat.

Dengan segala dinamika tersebut, pertanyaannya kini: Apakah Indonesia sudah siap memulai redenominasi rupiah? Bagaimana efek jika redenominasi rupiah diterapkan?

Simak pembahasan lengkapnya di YouTube Kompas.com dalam program Filonomics: Benarkah Redenominasi Rupiah Hanya "Memangkas" Angka Uang?

Tag:  #filonomics #benarkah #redenominasi #rupiah #hanya #memangkas #angka #uang