Rupiah Melemah, Ini Biang Keroknya Kata Ahli!
-
Rupiah ditutup melemah 0,27 persen ke level Rp16.676 per dolar AS pada 3 Desember 2025.
-
Pelemahan dipicu faktor global, terutama sikap hati-hati The Fed setelah pemangkasan suku bunga.
-
Dari dalam negeri, sektor manufaktur tetap ekspansif, dengan PMI Oktober 2025 naik ke level 51,2
Nilai tukar Rupiah ditutup melemah pada sore hari ini.
Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah di pasar spot sore Senin (3/12/2025) ditutup di level Rp 16.676 per Dolar Amerika Serikat (AS).
Hal ini membuat Rupiah terkoreksi 0,27 persen dibanding pembukaan pada Senin pagi yang berada di level Rp 16.648 per Dolar AS.
Hal itu juga terjadi pada mata uang asia bergerak bervariasi terhadap Dolar.
Yen Jepang misalnya melemah 0,11 persen, Dolar Hong Kong melemah 0,02 persen.
Lalu, Dolar Singapura melemah 0,10 persen dan Dolar Taiwan melemah 0,28 persen.
PerbesarIlustrasi pecahan 50 dolar Singapura (Shutterstock).Ada Peso Filipina melemah 0,08 persen, disusul Rupee India melemah 0,01 persen.
Diikuti juga Ringgit Malaysia terkoreksi 0,21 persen, serta Baht Thailand melemah 0,24 persen.
Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan, pelemahan Rupiah disebabkan dua faktor dari global dan domestik.
Salah satunya, The Fed telah memutuskan untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pekan lalu, namun komentar Ketua Fed Jerome Powell telah meredam optimisme investor.
Nada kehati-hatiannya, yang juga disuarakan oleh pejabat The Fed lainnya, telah mendorong pasar untuk mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga lagi pada Desember 2025.
Dengan kondisi tersebut, indeks Dolar AS bertahan di dekat level tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
Dari dalam negeri, ekspansi manufaktur Indonesia berlanjut dalam tiga bulan terakhir.
Pada Oktober 2025, Purchasing Managers Index atau PMI manufaktur Indonesia mencapai level 51,2 atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya 50,4.
Laporan terbaru S&P Global melaporkan angka PMI menunjukkan kondisi manufaktur yang stabilnya dari segi produksi, peningkatan aktivitas pembelian, serta penyerapan tenaga kerja.