Ekonomi China Melambat, Imbas Perang Dagang dengan AS
Ilustrasi bendera China, China, ekonomi China. (FREEPIK/WWW.SLON.PICS)
12:20
21 Oktober 2025

Ekonomi China Melambat, Imbas Perang Dagang dengan AS

Pertumbuhan ekonomi China melambat pada kuartal III 2025, karena masalah di pasar properti yang terus berlanjut dan ketegangan perdagangan dengan AS yang meningkat.

Dikutip dari BBC, Selasa (21/10/2025), ekonomi China tumbuh 4,8 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024.

Ini merupakan laju terlemah dalam setahun, menurut data resmi yang dirilis pemerintah China pada Senin (20/10/2025).

Ilustrasi bendera China.SHUTTERSTOCK/CRYSTAL51 Ilustrasi bendera China.

Data tersebut muncul setelah China memberlakukan kontrol ketat terhadap ekspor tanah jarang, mineral penting untuk produksi elektronik global.

Langkah tersebut mengguncang gencatan senjata perdagangannya dengan AS.

Angka pertumbuhan ekonomi China kuartal III 2025 akan menjadi acuan bagi pertemuan para pemimpin tertinggi China pada minggu ini untuk membahas cetak biru ekonomi negara tersebut selama lima tahun ke depan.

Angka pertumbuhan ekonomi China ini menandai perlambatan dari 5,2 persen secara tahunan atau year on year (yoy) pada kuartal II 2025.

Biro Statistik Nasional China menyatakan, perekonomian menunjukkan "ketahanan dan vitalitas yang kuat" terhadap tekanan.

Lembaga tersebut menganggap momentum di sektor teknologi dan layanan bisnis sebagai pendorong utama pertumbuhan.

Beijing telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen tahun ini dan sejauh ini berhasil menghindari penurunan tajam, dibantu oleh langkah-langkah dukungan pemerintah dan apa yang merupakan gencatan senjata perdagangan dengan Washington.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat memberikan pidato pada Sidang Tahunan ke-80 Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York, AS pada Selasa (23/9/2025).Dok. YouTube Sekretariat Presiden RI Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat memberikan pidato pada Sidang Tahunan ke-80 Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York, AS pada Selasa (23/9/2025).

Ketika China mengumumkan pengendalian ekspor logam tanah jarang awal bulan ini, Presiden AS Donald Trump merespons dengan cepat dengan mengancam tarif tambahan 100 persen untuk impor dari China.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan ia berharap dapat bertemu dengan para pejabat China pada pelan ini di Malaysia dalam upaya meredakan ketegangan dan menjadwalkan pertemuan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping.

Sebelum gejolak baru-baru ini, bisnis-bisnis China telah memanfaatkan gencatan senjata perdagangan dengan Washington untuk mengirimkan barang ke AS.

Ini mengakibatkan ekspor China meningkat sebesar 8,4 persen pada September 2025. Total nilai impor China juga meningkat.

Produksi industri China tumbuh 6,5 persen bulan lalu dibandingkan tahun sebelumnya. Produsen pencetakan 3D, robotika, dan kendaraan listrik menjadi beberapa industri yang berkinerja terbaik.

Sektor jasa, yang mencakup dukungan TI, konsultan, serta perusahaan transportasi dan logistik, juga mengalami pertumbuhan.

"Data terbaru menunjukkan bahwa ekspor China telah membantu mengimbangi pengeluaran domestiknya yang lesu," kata Sheana Yue, ekonom senior di Oxford Economics.

Beijing telah menghabiskan miliaran dollar AS untuk insentif seperti subsidi, upah yang lebih tinggi, dan diskon guna mendorong warga untuk berbelanja lebih banyak dan meningkatkan perekonomian

Namun, Yue mengatakan, pertumbuhan ekonomi China tahun ini tidak mungkin melebihi 4,8 persen tanpa dukungan pemerintah lebih lanjut.

Ini dapat terwujud seiring dengan Rencana Lima Tahun baru yang menjabarkan tujuan ekonomi China.

Sektor properti China juga terus mengalami kesulitan karena investasi real estat turun 13,9 persen dalam setahun hingga September 2025.

Pasar perumahan sedang mengalami penurunan tajam, ditandai penurunan harga rumah, penjualan menyusut, dan banyaknya pengembang yang meninggalkan proyek mereka.

Sektor real estat menyumbang sekitar sepertiga dari perekonomian China dan telah menjadi sumber pendapatan utama bagi pemerintah daerah.

"Harga rumah turun di hampir setiap kota besar meskipun ada langkah-langkah dukungan pemerintah," ujar dosen ekonomi Laura Wu dari Nanyang Technological University (NTU), Singapura.

Wu mengungkapkan, dalam jangka panjang, perumahan masih menjadi penghambat utama pertumbuhan ekonomi China meskipun menghadapi ketidakpastian akibat tarif AS dan hambatan perdagangan lainnya.

Tag:  #ekonomi #china #melambat #imbas #perang #dagang #dengan

KOMENTAR