



Emas Antam Stagnan di Harga Rp 1.942.000 per Gram
Harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada hari Senin, 23 Juni 2025 untuk ukuran satu dibanderol di harga Rp 1.942.000 per gram.
Harga emas Antam itu tak bergerak atau stagnan dibandingkan hari Minggu, 22 Juni 2025 sebelumnya.
Sementara itu, harga Buyback (beli kembali) emas Antam dibanderol di harga Rp 1.786.000 per gram.
Harga buyback itu juga masih sama dibandingkan dengan harga buyback hari Minggu kemarin.
![Pramuniaga menunjukan emas batangan Aneka Tambang (Antam) di sebuah gerai emas di Malang, Jawa Timur, Jumat (22/11/2024). [ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/YU/pri]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/10/91437-harga-emas-antam.jpg)
Seperti dilansir dari laman resmi Logam Mulia Antam, berikut adalah harga emas antam pada hari ini:
- Emas 0,5 gram Rp 1.021.000
- Emas 1 Gram Rp 1.942.000
- Emas 2 gram Rp 3.824.000
- Emas 3 gram Rp 5.711.000
- Emas 5 gram Rp 9.485.000
- Emas 10 gram Rp 18.915.000
- Emas 25 gram Rp 47.162.000
- Emas 50 gram Rp 94.245.000
- Emas 100 gram Rp 188.412.000
- Emas 250 gram Rp 470.765.000
- Emas 500 gram Rp 941.320.000
- Emas 1.000 gram Rp 1.882.600.000
Harga emas dunia melonjak
Harga emas dunia melonjak mendekati level USD 3.375 per troy ons pada awal sesi perdagangan Asia, Senin (23/6/2025), di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik menyusul keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk secara resmi bergabung dalam konflik militer antara Israel dan Iran.
Serangan udara yang dilakukan AS terhadap tiga lokasi nuklir Iran pada Minggu dini hari telah mendorong lonjakan permintaan terhadap aset safe haven, termasuk logam mulia.
Seperti dilansir Fxstreet, kenaikan harga emas ini menjadi refleksi nyata dari kekhawatiran global atas meluasnya konflik Timur Tengah dan prospek memburuknya stabilitas geopolitik dunia.
Ketidakpastian ini memicu arus dana global menuju instrumen yang lebih aman seperti emas, yang secara historis dianggap sebagai pelindung nilai (hedging) terhadap risiko geopolitik dan tekanan ekonomi.
"Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk bergabung dalam perang Israel melawan Iran secara tajam meningkatkan konflik, yang mengangkat logam mulia tersebut," demikian disebutkan dalam laporan pasar.
Trump diketahui selama ini berjanji untuk menghindari keterlibatan dalam konflik asing baru, namun langkah AS yang menyerang langsung fasilitas nuklir Iran menjadi sinyal kuat bahwa ketegangan kini memasuki babak eskalasi yang lebih tinggi.
Hal ini mendorong kekhawatiran pelaku pasar terhadap kemungkinan dampak jangka panjang pada rantai pasok energi global, nilai tukar, hingga inflasi.
![Petugas menata emas batangan di Butik Emas Logam Mulia (BELM) Antam Setiabudi, Jakarta, Jumat (12/7/2024) [Suara.com/ANTARA]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/21/91526-harga-emas.jpg)
Selain faktor geopolitik, pergerakan harga emas juga dipengaruhi oleh komentar dari pejabat Federal Reserve. Gubernur The Fed Christopher Waller pada Jumat lalu menyatakan bahwa bank sentral berada dalam posisi untuk memangkas suku bunga kebijakan paling cepat pada bulan Juli mendatang.
"Pernyataan dovish dari pejabat Fed dapat membebani Greenback dan memberikan sedikit dukungan terhadap harga komoditas berdenominasi USD, karena USD yang lebih lemah membuat Emas lebih murah bagi pembeli asing," ujar laporan tersebut.
Dolar AS yang cenderung melemah akibat spekulasi pemangkasan suku bunga memberikan ruang bagi kenaikan harga emas. Kondisi ini menciptakan daya tarik tambahan bagi investor internasional, terutama di tengah risiko makro yang terus meningkat.
Investor juga tengah menanti data awal Indeks Manajer Pembelian (PMI) Global S&P AS untuk bulan Juni yang akan dirilis pada Senin waktu setempat. Data ini dinilai sebagai salah satu indikator utama kekuatan ekonomi AS.
Jika hasil PMI menunjukkan lonjakan tak terduga, maka bisa memperkuat nilai tukar dolar dan berpotensi menahan laju kenaikan harga emas.
"Investor bersiap untuk pembacaan awal PMI Global S&P AS untuk bulan Juni. Setiap kenaikan mengejutkan dalam data ekonomi AS dapat mengangkat USD dan membatasi kenaikan logam kuning".