



Daftar 2.000 Perusahaan Terbesar Dunia 2025 Versi Forbes
– Forbes merilis daftar tahunan Global 2000 edisi ke-23 yang menampilkan perusahaan publik terbesar dunia berdasarkan gabungan empat indikator utama: pendapatan, laba bersih, aset, dan kapitalisasi pasar.
Tahun ini, total pendapatan dari 2.000 perusahaan dalam daftar mencapai 52,9 triliun dollar AS, dengan laba 4,9 triliun dollar AS, aset 242,2 triliun dollar AS, dan kapitalisasi pasar 91,3 triliun dollar AS. Seluruh angka tersebut merupakan rekor tertinggi sejak daftar ini pertama kali diterbitkan.
Kinerja tersebut terjadi di tengah ketegangan geopolitik dan meningkatnya kebijakan proteksionis di sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Meski demikian, data Forbes menunjukkan bahwa globalisasi masih menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dunia.
JPMorgan Masih Teratas, AS dan China Kuasai Daftar
JPMorgan Chase kembali menempati posisi teratas untuk tahun ketiga berturut-turut. Bank terbesar di AS ini mencatat aset lebih dari 4.300 miliar dollar AS, pendapatan 285 miliar dollar AS, dan laba 59 miliar dollar AS.
JPMorgan menjadi satu-satunya perusahaan yang masuk dalam 20 besar di keempat kategori penilaian Forbes.
Posisi kedua ditempati oleh Berkshire Hathaway, diikuti oleh Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) di posisi ketiga. ICBC merupakan perusahaan dengan aset terbesar dalam daftar, yakni 6.688 miliar dollar AS.
Saudi Aramco berada di peringkat keempat dengan laba hampir 105 miliar dollar AS, tertinggi di dunia. Sementara itu, Amazon di posisi kelima memimpin dari sisi pendapatan tertinggi, yaitu 637,9 miliar dollar AS.
Alphabet dan Microsoft berbagi peringkat kesembilan, sementara Apple menempati urutan ke-11. Meski bukan yang tertinggi dalam skor gabungan, Apple tetap menjadi perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia, yakni lebih dari 3.100 miliar dollar AS.
Dari delapan perusahaan teratas, lima di antaranya berasal dari sektor perbankan.
Teknologi Kuat di Pasar, Lemah di Aset
Perusahaan teknologi seperti Apple, Microsoft, Alphabet, dan Amazon mencatat kapitalisasi pasar tertinggi. Namun, secara umum, sektor ini memiliki aset yang relatif kecil dibandingkan sektor keuangan.
Hal ini membuat dominasi sektor teknologi tidak terlalu mencolok dalam peringkat keseluruhan Forbes, yang menimbang keempat indikator secara seimbang.
Sebaliknya, sektor perbankan mendominasi daftar. Dari 100 perusahaan dengan aset terbesar, 88 di antaranya berasal dari sektor keuangan, baik perbankan, asuransi, maupun lembaga keuangan lainnya.
Secara total, terdapat 328 bank yang masuk daftar, mulai dari JPMorgan hingga bank regional seperti Keiyo Bank asal Jepang.
Selain itu, 134 perusahaan keuangan diversifikasi juga masuk dalam daftar, termasuk Goldman Sachs (peringkat 20), Charles Schwab (124), dan Blackstone (418).
Kebijakan Tarif Trump dan Kekhawatiran Pasar
Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih membawa pendekatan yang lebih agresif dalam perdagangan global.
Dalam lima bulan masa jabatannya, Trump telah mengkritik negara mitra dagang seperti Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa, serta mengancam pemberlakuan tarif besar-besaran guna mengurangi defisit perdagangan.
CEO Walmart, Doug McMillon, mengingatkan bahwa kebijakan tarif dapat memicu kenaikan harga barang.
Sementara CEO JPMorgan, Jamie Dimon, dalam surat tahunannya menyebut bahwa pendekatan isolasionis dapat melemahkan kekuatan ekonomi AS dalam jangka panjang.
“Amerika akan menjadi yang pertama—tetapi tidak jika berdiri sendirian,” tulisnya.
Investor Ken Griffin juga menyampaikan kritik senada. Ia menilai tarif berdampak langsung pada konsumen dan menurunkan daya saing perusahaan AS.
Sejak Trump menjabat kembali, kinerja indeks S&P 500 relatif stagnan, hanya tumbuh 0,59 persen, jauh di bawah pertumbuhan indeks saham di Eropa dan China yang masing-masing mencapai hampir 20 persen.
Perubahan Signifikan: Nvidia Melonjak, Intel Terpuruk
Salah satu pergerakan paling mencolok dalam daftar tahun ini adalah lonjakan Nvidia, yang naik 63 peringkat ke posisi 47. Kenaikan ini didorong meningkatnya permintaan chip untuk kecerdasan buatan (AI).
Sebaliknya, Intel mengalami penurunan tajam dari posisi 107 ke 488 setelah mencatat kerugian 19 miliar dollar AS akibat restrukturisasi, pemutusan hubungan kerja, dan depresiasi aset produksi.
Beberapa perusahaan lain seperti Disney (peringkat 71) dan Pfizer (73) kembali masuk ke 100 besar setelah sempat turun akibat penurunan laba.
Sementara itu, perusahaan energi BP terjun 374 peringkat ke posisi 421 karena laba anjlok menjadi hanya 399 juta dollar AS, dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak dan gangguan operasional kilang.
AS dan China Masih Mendominasi
Amerika Serikat masih menjadi negara dengan jumlah perusahaan terbanyak dalam daftar, yakni 612 perusahaan, meskipun jumlah ini menurun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 621 perusahaan.
China menempati posisi kedua dengan 317 perusahaan, termasuk yang berbasis di Hong Kong. Jepang menyusul dengan 180 perusahaan, diikuti India sebanyak 70 perusahaan dan Inggris sebanyak 68 perusahaan.
Beberapa nama baru juga masuk daftar tahun ini, di antaranya Smithfield Foods (peringkat 1.383), CoreWeave (1.799), dan SiriusXM (1.822).
Pendatang baru dengan peringkat tertinggi adalah Smurfit Westrock (855), perusahaan hasil merger antara Smurfit Kappa dan Westrock pada 2024.
Tag: #daftar #2000 #perusahaan #terbesar #dunia #2025 #versi #forbes