



Akui Harga Singkong Masih di Bawah Rp 1.000, Begini Penjelasan Wamentan
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengakui harga jual singkong saat ini masih di bawah Rp 1.000 per kilogram (kg).
Menurut Sudaryono, ada sejumlah faktor yang menyebabkan harga jual singkong dari petani itu masih rendah.
Salah satunya karena kualitas singkong yang dihasilkan petani dalam negeri belum memenuhi standar industri. Sehingga, pabrik-pabrik pengolahan singkong memilih untuk membeli impor.
"Ya makanya (masih di bawah Rp 1.000). Sebetulnya kan yang kita inginkan (singkong) dengan kandungan tapioka, dengan kandungan starch 24 persen harganya kita minta di Rp 1.350 per kg," ujar Sudaryono di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Jumat (13/6/2025).
"Singkong ini kan sebagian besar ngalir ke pabrik. Pabrik itu membeli kandungan starch-nya," lanjutnya.
Sementara itu, saat ini petani lokal masih banyak yang menanam jenis singkong ukuran besar.
Namun, meski berumbi besar, varietas singkong tersebut ternyata tidak mengandung starch 24 persen.
"Petani kita nanam yang gede-gede. Sementara kandungan dalam singkong yang besar tadi, kandungannya itu prosentasenya kecil. Jadi, ini juga menjadi pelajaran juga bagi petani kita, dan juga dari penyuluh kita di lapangan," tutur Sudaryono.
"Termasuk juga Kementan untuk mengedukasi petani kita, agar menanam singkong yang bukan gede-gedean atau berat-beratan jumlah, tapi menanam singkong yang beratnya besar, dan kandungan tapioka-nya itu tinggi," paparnya.
Lebih lanjut, Sudaryono menyampaikan bahwa persoalan harga singkong sudah menjadi perhatian utama pemerintah.
Ilustrasi singkong. Presiden Prabowo Subianto pun meminta agar pemerintah terus memperhatikan kesejahteraan petani, salah satunya dengan menetapkan harga pokok penjualan (HPP).
Jika beras dan jagung sudah memiliki ketetapan HPP masing-masing, menurut Sudaryono, singkong pun demikian.
Sebelumnya, harga jual singkong menjadi perhatian publik karena berada di bawah Rp 1.000 per kg.
Dilansir dari pemberitaan Kontan.id, saat biaya tanam dan pupuk semakin tinggi, harga singkong di tingkat petani berkisar Rp 900-Rp 1.100 dengan rafaksi 30-40 persen.
Padahal, pada akhir Januari 2025, Kementan telah menetapkan harga singkong menjadi Rp 1.350 per kilogram setelah sebelumnya harga singkong tersebut turun ke angka Rp 1.000 per kilogram.
Pengamat Pertanian dari Center of Reform on Economic (Core) Indonesia, Eliza Mardian, mengatakan bahwa anjloknya harga singkong ini disebabkan oleh oversupply yang terjadi setelah panen raya.
Oleh sebab itu, untuk memastikan pasokan singkong terserap dengan baik, maka singkong hasil panen perlu diolah untuk menghasilkan nilai tambah.
"Sebetulnya harga singkong ataupun harga komoditas pertanian anjlok ketika panen raya karena oversupply. Semestinya agar harga stabil, ini diolah sehingga menghasilkan nilai tambah. Misalnya dibuat jadi tepung singkong untuk menjadi bahan baku penolong industri mamin," beber Eliza, dilansir dari Kontan.id.
Indonesia sendiri merupakan importir ketiga tepung tapioka di dunia.
Tahun 2024, Indonesia mengimpor 300 ribu ton tepung tapioka yang setara dengan 162 juta dollar AS dari Thailand dan Vietnam.
Padahal, tambah Eliza, seharusnya Indonesia bisa memproduksi tepung tapioka sendiri sebab Indonesia adalah salah satu produsen singkong terbesar di dunia.
Tag: #akui #harga #singkong #masih #bawah #1000 #begini #penjelasan #wamentan