Perkuat Ketahanan Gizi Masyarakat, KFI dan TechnoServe Resmikan Millers for Nutrition di Indonesia
Millers for Nutrition, koalisi global pemangku kepentingan fortifikasi pangan, secara resmi telah diluncurkan di Indonesia. (Istimewa)
16:36
12 Juni 2025

Perkuat Ketahanan Gizi Masyarakat, KFI dan TechnoServe Resmikan Millers for Nutrition di Indonesia

Prevalensi defisiensi mikronutrien, termasuk anemia defisiensi besi, defisiensi iodium, dan defisiensi vitamin A masih menjadi tantangan ke depan di Indonesia. Kondisi kekurangan gizi ini berpotensi meningkatkan angka kematian ibu dan anak, menghambat tumbuh kembang serta kecerdasan anak, memperburuk penyakit infeksi, serta mengurangi produktivitas dan potensi hidup sehat.

Pengalaman menunjukkan bahwa fortifikasi pangan wajib adalah cara paling efektif dan efisien untuk mengatasi defisiensi mikronutrien, dengan imbal hasil investasi yang relatif tinggi. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 telah menetapkan fortifikasi pangan skala besar (LSFF) sebagai salah satu program untuk meningkatkan status kesehatan dan gizi penduduk.

Fortifikasi adalah proses penambahan vitamin dan mineral esensial ke dalam makanan pokok untuk mengatasi defisiensi mikronutrien, sebuah tantangan yang memengaruhi lebih dari 3 miliar orang di seluruh dunia.
Kekurangan gizi ini mengikis produktivitas, membebani sistem layanan kesehatan, dan memperlambat pembangunan ekonomi. Fortifikasi pangan adalah solusi yang terbukti efektif dan hemat biaya untuk membantu penduduk suatu negara mengakses gizi yang lebih baik tanpa mengubah pola konsumsi mereka.

Millers for Nutrition, koalisi global pemangku kepentingan fortifikasi pangan, secara resmi telah diluncurkan di Indonesia. Koalisi ini berdedikasi untuk mendukung para penggilingan pangan dalam memfortifikasi makanan pokok, seperti tepung terigu, minyak goreng, dan beras dengan mikronutrien esensial demi meningkatkan luaran gizi nasional.

Saat ini, Millers for Nutrition beroperasi di delapan negara di seluruh Afrika dan Asia: Bangladesh, Ethiopia, India, Indonesia, Kenya, Nigeria, Pakistan, dan Tanzania.

Peluncuran ini berlangsung dalam acara "Fortifikasi Pangan Skala Besar (LSFF) untuk Kesehatan, Status Gizi, dan Produktivitas," yang diselenggarakan bersama oleh Yayasan Kegizian untuk Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia (KFI) dan TechnoServe.

"Kami sangat gembira memperkenalkan Millers for Nutrition di Indonesia," ujar Monojit Indra, Senior Practice Leader TechnoServe dan Program Leader, Millers for Nutrition Asia.

Perwakilan dari Pemerintah Indonesia dan para pelaku industri terkemuka turut hadir dalam acara tersebut, termasuk Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (BAPPENAS), Badan Pangan Nasional, PERUM BULOG, APTINDO, GIMNI, AIMMI, PERPADI, dan sejumlah produsen pangan terfortifikasi.

Pendekatan inovatif koalisi ini menghubungkan Mitra Fortifikasi Strategis, pakar teknis, dan mitra ekosistem lainnya untuk memberikan bantuan teknis terbaik di kelasnya serta layanan konsultasi bisnis. Melalui model ini, para penggilingan pangan dapat memperkuat kualitas pangan, meningkatkan daya saing operasional, dan membuka peluang pasar baru. Produsen penggilingan percontohan juga akan mendapatkan pengakuan melalui visibilitas media dan acara-acara penting.

Sementara itu, Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (BAPPENAS), Amich Alhumami, MA, M.Ed, PhD, menyampaikan pidato utama yang menyoroti lanskap gizi Indonesia dan peran krusial pangan terfortifikasi dalam meningkatkan status kesehatan dan gizi negara.

“Program fortifikasi wajib telah menjadi komitmen bersama, tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional,” ujar Amich dalam pidato yang disampaikan oleh Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas Diah Lenggogeni.

Lebih lanjut, ia mengakui bahwa salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan SDM adalah kekurangan zat gizi mikro yang prevalensinya masih cukup tinggi. Hal ini merupakan tantangan dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, swasta, Lembaga swadaya masyarakat, dan akademisi.

"Maka itu, program Fortifikasi Pangan Skala Besar memerlukan kemitraan yang sinergis antara pemerintah, industri pangan, dan organisasi pendukung seperti organisasi profesi/akademisi, mitra pembangunan, LSM bidang kesehatan, gizi dan fortifikasi," ujarnya.

Sesi panel utama menampilkan perwakilan dari asosiasi industri minyak goreng, tepung terigu, dan beras, yang membahas tantangan dan peluang terkait implementasi standar fortifikasi pangan di Indonesia.

Editor: Mohamad Nur Asikin

Tag:  #perkuat #ketahanan #gizi #masyarakat #technoserve #resmikan #millers #nutrition #indonesia

KOMENTAR