Data Beras di Cipinang Dimanipulasi, Mentan: Negara Tidak Boleh Kalah dari Mafia Pangan
Mentan Andi Amran Sulaiman di rumah pribadi di kawasan Jaksel. KOMPAS.com-Suparjo Ramalan(KOMPAS.com/Suparjo Ramalan )
11:16
5 Juni 2025

Data Beras di Cipinang Dimanipulasi, Mentan: Negara Tidak Boleh Kalah dari Mafia Pangan

- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memastikan pemerintah menindak tegas mafia pangan yang memanipulasi data beras di Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC), Jakarta. Rekayasa data beras berdasarkan temuan Satgas Pangan Mabes Polri.

Praktek itu merugikan petani dan konsumen. Amran menyatakan Kementerian Pertanian (Kementan) dan Satgas Pangan Polri terus mendalami indikasi permainan besar di balik fluktuasi harga dan distribusi pangan di Pasar Induk Beras Cipinang.

“Jangan biarkan konsumen dan produsen itu menjerit. Kita harus dampingi. Jangan ada segelintir orang ingin merusak negara kita, harus kolaborasi, negara harus kuat, negara tidak boleh kalah dari mafia,” ujar Amran dalam pernyataannya di Jakarta Selatan, Kamis (5/6/2025).

Berdasarkan data PT Food Station Tjipinang dan penelusuran di lapangan ditemukan manipulasi data stok di PIBC.

“Harga beras di tingkat petani penggilingan turun. Itu sesuai BPS, bukan data saya. Tapi harga di konsumen itu naik. Artinya apa? Ada yang tidak benar,” paparnya.

Adapun, Satgas Pangan Polri mencatat ada permainan data beras, terutama soal data pengeluaran beras pada 28 Mei 2025 sebesar 11.410 ton yang ternyata tidak valid.

Angka tersebut bukan hasil penghitungan riil, tetapi berasal dari selisih stok akhir di 27 Mei 55.853 ton, ditambah pemasukan 2.108 ton, lalu dikurangi hasil stock opname pada 28 Mei 46.551 ton.

Satgas menyebut, data pengeluaran beras yang riil dan terverifikasi hanya sebesar 2.368 ton, bukan 11.401 ton yang ditayangkan pada panel informasi stok beras PIBC.

“Data dimainkan, ini bukan kelalaian teknis, ini bisa dikategorikan sebagai sabotase terhadap distribusi dan pencapaian ketahanan pangan negara,” ucap Satgas Pangan.

Satgas juga mencatat bahwa stok 46.551 ton yang dilaporkan tidak dihasilkan dari pengamatan aktual di lapangan, melainkan berdasarkan laporan pengelola toko atau data kiriman, bahkan dalam beberapa kasus, Satgas tidak bertemu langsung dengan pihak gudang.

“Pengeluaran beras yang menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil, motor, dan bajaj tidak tercatat karena volumenya kecil (di bawah 500 kg),” lanjut Satgas.

Temuan lain adalah tidak ada standar operasional prosedur (SOP) resmi stock opname di lingkungan PIBC. Stock opname terakhir dilakukan pada Oktober-November 2023, dan baru dilakukan kembali pada Mei 2025 atas perintah pimpinan akibat dinamika harga di pasaran dan keluhan dari pedagang.

Selain itu, Satgas Pangan melakukan pengecekan langsung ke tiga toko besar di PIBC, yakni Idolaku, Sumber Raya, dan Sinar Jaya. Fakta lapangan menemukan bahwa pasokan beras pada dasarnya stabil dan kenaikan harga masih wajar.

Hasilnya menunjukkan, Idolaku memiliki stok sekitar 500 ton, Sumber Raya menyimpan 300 -400 ton, dan Sinar Jaya memiliki stok hingga 200 ton.

Ketiganya mengonfirmasi bahwa tidak terjadi lonjakan pengeluaran pada 28 Mei. Rata-rata distribusi harian mereka berjalan normal (30-400 ton tergantung skala toko), dan kenaikan harga beras medium berkisar hanya Rp100-400 per kilogram, masih dalam batas kewajaran.

Selain manipulasi data, Satgas juga mengendus adanya praktik percaloan dan monopoli yang berpotensi menekan pasar dan mempengaruhi psikologis masyarakat. Investigasi terhadap struktur data dan alur distribusi di bawah pengelolaan Food Station Tjipinang Jaya masih terus berlangsung.

Satgas Pangan menegaskan terus mendalami dan mengawasi pergerakan harga dan pasokan beras, serta siap mengambil langkah hukum tegas apabila ditemukan bukti manipulasi yang merugikan negara dan rakyat.

Tag:  #data #beras #cipinang #dimanipulasi #mentan #negara #tidak #boleh #kalah #dari #mafia #pangan

KOMENTAR