Modal Asing Cabut Rp 50,72 Triliun dari Pasar Saham RI
Pengunjung melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
17:19
9 Mei 2025

Modal Asing Cabut Rp 50,72 Triliun dari Pasar Saham RI

Kabar kurang menggembirakan datang dari pasar modal Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat arus modal asing keluar bersih (net sell) dari pasar saham Tanah Air hingga akhir April 2025 mencapai jumlah yang fantastis, yakni Rp 50,72 triliun secara year-to-date (ytd).

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengungkapkan data tersebut dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RKDB) April 2025 di Jakarta, Jumat (9/5/2025).

Lebih lanjut, Inarno merinci bahwa pada bulan April saja, investor non-residen mencatatkan net sell sebesar Rp 20,79 triliun month-to-date (mtd).

"Non-residen mencatatkan net sell sebesar Rp20,79 triliun month-to-date, di mana secara year-to-date masih terdapat net sell sebesar Rp50,72 triliun," jelas Inarno, memberikan gambaran jelas tekanan jual dari investor asing di pasar saham domestik.

Meskipun demikian, ada sedikit angin segar dari sisi kapitalisasi pasar. Tercatat nilai kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar Rp 11.705 triliun, mengalami kenaikan sebesar 5,20 persen month-to-date.

Sayangnya, kinerja positif bulanan ini belum mampu menutupi koreksi yang terjadi sejak awal tahun. Secara year-to-date, kapitalisasi pasar masih terkontraksi sebesar 5,11 persen.

Di tengah turbulensi pasar keuangan global yang sempat tertekan pasca pengumuman tarif dagang Amerika Serikat (AS), pasar saham domestik menunjukkan resiliensi dengan mencatatkan penguatan sebesar 3,93 persen month-to-date, ditutup pada level 6.766,8 pada 30 April 2025.

Namun, senada dengan kapitalisasi pasar, kinerja bulanan yang positif ini belum cukup untuk mengembalikan performa year-to-date yang masih melemah sebesar 4,42 persen.

Menyadari adanya volatilitas di pasar saham, Inarno menegaskan bahwa koordinasi antar seluruh pemangku kepentingan terus dilakukan untuk meredam gejolak yang mungkin terjadi.

Koordinasi ini melibatkan OJK, pemerintah, serta lembaga dan instansi terkait lainnya seperti forum Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Self-Regulatory Organization (SRO), dan para pelaku pasar.

Kondisi berbeda terjadi di pasar obligasi. Indeks pasar obligasi ICBI tercatat melemah sebesar 1,61 persen month-to-date.

Meskipun demikian, secara year-to-date, indeks obligasi masih menunjukkan kenaikan sebesar 3,39 persen ke level 405,99.

Investor non-residen juga tercatat melakukan net sell tipis di pasar obligasi, sebesar Rp 0,01 triliun month-to-date. Secara year-to-date, angka net sell investor asing di pasar obligasi mencapai Rp 1,42 triliun.

Di industri pengelolaan investasi, nilai asset under management (AUM) per 30 April 2025 tercatat sebesar Rp 821 triliun, mengalami kenaikan sebesar 1,01 persen month-to-date.

Namun, serupa dengan pasar saham, secara year-to-date, AUM industri pengelolaan investasi masih mengalami penurunan sebesar 1,96 persen.

Kabar baik datang dari reksa dana yang mencatatkan net subscription sebesar Rp 6,24 triliun month-to-date.

Tapi, kinerja positif bulanan ini belum mampu membalikkan tren year-to-date yang masih mencatatkan net redemption sebesar Rp 4,88 triliun.

Di tengah tekanan jual asing di pasar saham dan obligasi, kabar menggembirakan datang dari sisi penghimpunan dana di pasar modal.

Tercatat nilai penawaran umum mencapai Rp 56,06 triliun, dengan Rp 3,31 triliun di antaranya merupakan fundraising dari 6 emiten baru.

Hal ini menunjukkan bahwa minat perusahaan untuk mencari pendanaan melalui pasar modal masih cukup tinggi.

Segmen securities crowdfunding (SCF) juga menunjukkan perkembangan positif.

Sejak pemberlakuan ketentuan SCF hingga 30 April 2025, terdapat 18 penyelenggara berizin OJK dengan 805 penerbit efek dan 179.363 pemodal. Total dana SCF yang dihimpun dan teradministrasi di KSEI mencapai Rp 1,53 triliun.

Sementara itu, pasar derivatif keuangan juga menunjukkan geliat. Sejak 10 Januari hingga 30 April 2025, tercatat 56 pelaku dan 6 penyelenggara yang telah mendapatkan izin prinsip OJK.

Total volume transaksi derivatif keuangan dengan aset underlying berupa efek mencapai 1,13 juta lot dengan akumulasi nilai sebesar Rp 1.050,58 triliun sejak awal tahun.

Terakhir, mengenai perkembangan bursa karbon, sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 30 April 2025, tercatat 112 pengguna jasa yang mendapatkan izin dengan total volume sebesar 1.598.750 ton CO2 ekuivalen dan akumulasi nilai sebesar Rp 77,92 miliar.

Secara keseluruhan, data dari OJK menunjukkan dinamika yang beragam di pasar keuangan Indonesia. Meskipun tekanan jual dari investor asing di pasar saham menjadi perhatian utama, sektor lain seperti penghimpunan dana di pasar modal, SCF, dan derivatif keuangan menunjukkan tren yang positif.

Koordinasi antar pemangku kepentingan diharapkan dapat meredam volatilitas dan menjaga stabilitas pasar keuangan di tengah ketidakpastian global.

Editor: Mohammad Fadil Djailani

Tag:  #modal #asing #cabut #5072 #triliun #dari #pasar #saham

KOMENTAR