Industri Tekstil Saling Sikut agar Tak Mati, Ekonom Ungkap Penyebabnya
Ilustrasi tekstil, produk tekstil.(PIXABAY/ENI ALVES SANTANA ENIA)
14:56
22 Februari 2025

Industri Tekstil Saling Sikut agar Tak Mati, Ekonom Ungkap Penyebabnya

 

– Industri tekstil nasional, terutama di sektor hulu, menghadapi tantangan besar akibat perbedaan kepentingan dalam kebijakan impor bahan baku chip untuk produksi benang poliester dan serat sintetis.

Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Andry Satrio mengatakan, industri tidak hanya sulit untuk menjual produknya di pasar domestik, tetapi juga memicu perpecahan di antara pelaku domestik seperti yang terjadi pada Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI).

Satu pihak mendukung kebijakan anti-dumping untuk membatasi impor dan mendorong perkembangan industri lokal, sementara pihak lainnya khawatir proteksi berlebihan justru akan menyebabkan kelangkaan bahan baku yang memengaruhi sektor hilir.

Bahkan beberapa produsen besar menghentikan produksi poliester dan beralih ke impor bahan baku. Beberapa perusahaan besar yang sebelumnya beroperasi penuh dalam rantai produksi dari bahan mentah hingga produk jadi, kini memilih menghentikan lini produksi mereka dan membeli chip impor.

“Ini terjadi karena kebijakan importasi kita, kebijakan importasi yang dibiarkan begitu saja,” ujarnya dalam keterangannya, Sabtu (22/2/2025).

Fenomena ini menimbulkan dilema bagi industri karena jika impor dibiarkan tanpa proteksi, maka produsen lokal akan semakin terpinggirkan.

Namun di sisi lain, jika impor dibatasi akan terjadi kekurangan bahan baku di dalam negeri akibat banyaknya pabrik yang berhenti produksi.

Andry menilai bahwa kebijakan impor yang tidak berpihak pada industri tekstil domestik adalah akibat dari regulasi yang stagnan dalam beberapa tahun terakhir.

Ilustrasi tekstil, produk tekstil.PIXABAY/ENGIN AKYURT Ilustrasi tekstil, produk tekstil.

Pemerintah dinilai perlu mengubah pola pikir yang hanya mendukung sektor tertentu dalam industri, baik itu sektor hulu maupun hilir.

"Untuk mencapai hilirisasi diperlukan sektor hulu yang kuat. Kalau misalnya sektor hulunya tidak kuat, hilirisasinya malah ditopang oleh produk-produk impor. Dan itu menurut saya bukan mencerminkan ketahanan industri yang diharapkan oleh Presiden," ucapnya.

Lebih lanjut, Andry menyoroti ketidaksepahaman antara Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan dalam merumuskan kebijakan yang mendukung industri tekstil nasional.

Perbedaan fokus di antara kedua kementerian tersebut justru menciptakan persaingan internal yang menghambat pertumbuhan industri.

Hal ini tercermin dari ketidakjelasan Revisi Permendag Nomor 8 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor.

Padahal regulasi terkait larangan terbatas ini dinantikan oleh pelaku industri agar mendapatkan perlindungan dan kepastian keberlangsungan usaha.

“Berkali-kali rapat dilakukan antara Kemendag dan Kemenperin, tapi sampai sekarang belum ada aturan baru yang jelas. Padahal para pelaku industri sudah lama menunggu kepastian,” kata dia.

Ke depan, diharapkan kebijakan yang diambil dapat lebih berpihak pada industri domestik secara menyeluruh. Pemerintah diharapkan tidak hanya memberikan wacana terkait hilirisasi, tetapi juga memastikan bahwa kebijakan yang dibuat benar-benar mendukung ketahanan industri nasional.

"Tentu harapannya adalah industri ini tetap solid. Perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya, para pelaku usaha di dalamnya harus tetap solid," tuturnya.

Editor: Isna Rifka Sri Rahayu

Tag:  #industri #tekstil #saling #sikut #agar #mati #ekonom #ungkap #penyebabnya

KOMENTAR