Jebakan Asmara dan AI, Modus Baru Penipuan Kripto
Ilustrasi penipuan. Waspada penipuan! OJK menegaskan tidak pernah bekerja sama dengan influencer atau pihak mana pun untuk pemberian hadiah. (DOK. Shutterstock/panuwat phimpha.)
13:28
15 Februari 2025

Jebakan Asmara dan AI, Modus Baru Penipuan Kripto

-Penipuan kripto mencetak rekor baru pada 2024 dengan total dana yang disedot mencapai 9,9 miliar dolar AS (sekitar Rp 153 triliun).

Firma riset blockchain Chainalysis memperkirakan angka ini masih bisa bertambah hingga 12,4 miliar dolar AS (sekitar Rp 192 triliun), seiring dengan teridentifikasinya lebih banyak dompet yang terlibat dalam kejahatan ini.

Laporan tahunan Chainalysis yang dilansir CNBC mengungkap tren penipuan kripto meningkat rata-rata 24 persen sejak 2020.

Salah satu penyebab utama adalah maraknya modus penipuan asmara atau yang dikenal sebagai "pig butchering".

Modus ini melibatkan penipu yang menjalin hubungan dengan korban melalui media sosial atau aplikasi kencan, lalu membujuk mereka untuk berinvestasi dalam skema palsu sebelum akhirnya membawa kabur uang korban.

Sepanjang 2024, pendapatan dari modus ini naik hampir 40 persen dibanding tahun sebelumnya.

Jumlah transaksi terkait penipuan ini juga melonjak hingga 210 persen, menunjukkan semakin banyak korban yang terjerat, meski dengan nominal kerugian yang lebih kecil per individu.

Sebagian besar penipuan ini berasal dari sindikat kejahatan siber di Asia Tenggara, tetapi kini mulai menyebar ke wilayah lain.

Pada Desember lalu, otoritas Nigeria menangkap 792 orang dalam penggerebekan sebuah kompleks yang diduga menjadi pusat penipuan asmara yang menyasar korban di Eropa dan Amerika.

Selain itu, investigasi oleh ProPublica pada 2022 mengungkap sindikat kriminal di China memperdagangkan korban ke Kamboja, Laos, dan Myanmar untuk dipekerjakan sebagai pelaku penipuan di bawah ancaman kekerasan.

Tidak hanya penipuan asmara, berbagai modus kejahatan lain juga beroperasi dalam jaringan yang sama.

Salah satu faktor yang mempercepat pertumbuhan ekosistem kejahatan ini adalah munculnya platform ilegal seperti Huione Guarantee.

Platform berbahasa Mandarin ini berfungsi sebagai pusat jual beli layanan yang digunakan untuk menjalankan berbagai jenis penipuan, mulai dari pencucian uang hingga penyediaan data korban dan perangkat lunak kecerdasan buatan (AI) untuk membuat penipuan lebih meyakinkan.

Sejak 2021, transaksi melalui Huione Guarantee dan afiliasinya telah mencapai 70 miliar dolar AS (sekitar Rp1.085 triliun).

 

Pada 2024, vendor teknologi penipuan di platform ini meraup 375,9 juta dolar AS (sekitar Rp5,8 triliun).

Beberapa produk yang dijual di antaranya layanan pencucian uang, akun media sosial palsu, serta perangkat lunak AI yang mampu meniru identitas orang lain untuk menipu korban.

Kecerdasan buatan semakin mempermudah pelaku dalam menjalankan aksinya.

Pada 2024, pendapatan penyedia layanan AI di platform Huione meningkat 1.900 persen dibanding tahun sebelumnya.

Teknologi ini memungkinkan penipu menciptakan situs web palsu, deepfake wajah dan suara, serta konten lain yang dapat meyakinkan korban agar percaya pada skema investasi palsu.

Kasus penipuan deepfake yang menyasar perusahaan besar juga semakin marak sejak kemunculan ChatGPT pada 2022.

Beberapa perusahaan dilaporkan kehilangan jutaan dolar akibat penjahat yang menggunakan AI untuk meniru suara eksekutif dan mengelabui karyawan agar mentransfer dana ke rekening palsu.

Chainalysis menegaskan lonjakan kejahatan ini menjadi tantangan serius bagi regulator dan penegak hukum di seluruh dunia.

Untuk menekan angka penipuan kripto, diperlukan kerja sama global yang melibatkan pemerintah, lembaga pengawas keuangan, serta perusahaan teknologi untuk membangun sistem deteksi yang lebih canggih dan menutup celah bagi para pelaku kejahatan digital.

Tag:  #jebakan #asmara #modus #baru #penipuan #kripto

KOMENTAR