Masih Ada 10 Provinsi yang Harga Gabahnya di Bawah HPP
- Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat, harga gabah kering panen (GKP) di sepuluh provinsi masih di bawah harga pembelian pemerintah (HPP).
Pemerintah menetapkan HPP gabah kering panen sebesar Rp 6.500 per kilogram.
Keputusan ini diambil dalam rapat terbatas terkait pangan yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, pada 30 Desember 2024.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengungkapkan, berdasarkan data terbaru Bapanas per 3 Februari 2025, rata-rata harga gabah kering panen di tingkat petani mencapai Rp 6.498 per kilogram.
“Beberapa provinsi seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera Barat, Sulawesi Barat, Aceh, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, dan Jawa Barat sudah di atas Rp 6.500,” ujar Arief dalam rapat dengan Komisi IV DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (4/2/2025).
Di sisi lain, sepuluh provinsi masih mencatat harga gabah kering panen di bawah HPP.
Provinsi tersebut antara lain Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Tengah, Jambi, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera Utara, Banten, Bali, Sulawesi Tenggara, dan Sumatera Selatan.
Berikut daftar harga GKP di bawah HPP:
1. Jawa Tengah: Rp 6.412/kg
2. Nusa Tenggara Barat: Rp 6.400/kg
3. Kalimantan Tengah: Rp 6.400/kg
4. Jambi: Rp 6.336/kg
5. Yogyakarta: Rp 6.320/kg
6. Sumatera Utara: Rp 6.252/kg
7. Banten: Rp 6.243/kg
8. Bali: Rp 6.100/kg
9. Sulawesi Tenggara: Rp 6.000/kg
10. Sumatera Selatan: Rp 5.558/kg
Sebelumnya, Kementerian Pertanian melaporkan, sekitar 70 persen gabah di lapangan masih diserap dengan harga di bawah HPP.
Data ini disampaikan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, dalam rapat koordinasi terbatas bidang pangan di Jakarta, Rabu (22/1/2025).
“Ini sangat tidak baik bagi petani kita. Kami sudah memberikan subsidi Rp 144 triliun, kami sudah ‘paksa’ petani menanam. Tapi setelah mereka produksi dan surplus, kami malah ‘abaikan’ mereka,” kata Amran dalam keterangan pers, Kamis (23/1/2025).
Amran memperingatkan dampak serius jika gabah petani terus dibeli di bawah HPP.
Selain merugikan petani, kondisi ini dapat mengancam swasembada pangan dan menurunkan luas tanam padi.
“Terjadi penurunan luas tanam dalam dua minggu terakhir. Kenapa? Karena harga. Petani beralih menanam sayuran yang lebih menguntungkan, khususnya di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat,” jelas Amran.