Boeing Rugi Rp 192,4 Triliun pada 2024, Ini Sebabnya
Raksasa pabrikan pesawat Boeing melaporkan kerugian sebesar 11,8 miliar dollar AS atau setara sekitar Rp 192,4 triliun (kurs Rp 16.308 per dollar AS) sepanjang tahun 2024.
Kerugian Boeing disebabkan karena perusahaan itu bergulat dengan krisis keselamatan, masalah kontrol kualitas, dan pemogokan pekerja yang merugikan.
Dikutip dari BBC, Jumat (31/1/2025), kerugian Boeing tersebut merupakan yang terburuk sejak 2020, ketika industri penerbangan terhenti akibat pandemi Covid-19.
Seorang pekerja melewati pesawat Boeing 737-8 MAX yang diparkir di area produksi di Renton Municipal Airport, dekat pabrik Boeing di Renton, Washington, Amerika Serikat, 25 Januari 2024.
Dalam tiga bulan hingga akhir Desember 2024, ketika pemogokan pekerja memengaruhi bisnis, Boeing merugi 3,8 miliar dollar AS.
Selain menderita masalah di unit bisnis pesawat komersial, Boeing juga berjuang dengan masalah yang memengaruhi sejumlah program pertahanan.
CEO Boeing Kelly Ortberg mengatakan, pihaknya fokus pada apa yang disebutnya sebagai perubahan mendasar yang diperlukan untuk memulihkan kinerja keuangan dan kepercayaan.
Boeing mengalami tahun yang mengerikan tahun lalu. Pada Januari 2024, panel pintu jatuh dari pesawat 737 Max tak lama setelah lepas landas, meninggalkan lubang menganga di sisi pesawat.
Penyelidikan menemukan bahwa panel pintu itu tidak dibaut dengan benar. Insiden tersebut menyoroti kegagalan kontrol kualitas yang serius di Boeing dan di pemasok utamanya, Spirit Aerosystems.
Insiden tersebut juga memicu kembali kekhawatiran tentang sikap Boeing terhadap keselamatan.
Boeing telah berusaha bangkit dari bayang-bayang dua kecelakaan besar yang melibatkan pesawat Boeing 737, yakni pesawat Boeing 737 Max 8, pada tahun 2018 dan 2019, yang menewaskan 346 orang.
Insiden panel pintu lepas memaksa Boeing untuk mengekang produksi, karena regulator menyerukan perubahan di lantai pabrik, dan menuntut penerapan rencana keselamatan dan kontrol kualitas yang komprehensif.
Pada Agustus 2024, Boeing menunjuk Ortberg sebagai CEO, seorang insinyur veteran yang didatangkan untuk menstabilkan perusahaan. Namun, ia langsung menghadapi tantangan serius.
Mogok kerja oleh 33.000 pekerja, sebagian besar dari mereka berada di fasilitas produksi Boeing di Seattle, AS, menghentikan dua pabrik terpentingnya, dan menghentikan produksi 737 Max, 777, dan pesawat kargo 767.
Penghentian kerja selama tujuh minggu, yang dimulai pada September 2024, mencerminkan kebencian yang mendalam di antara para karyawan atas ketentuan gaji dan pensiun mereka. Perselisihan tersebut diselesaikan pada awal November 2024, tetapi merugikan perusahaan hingga miliaran dollar AS.
Boeing memang mengambil tindakan, yakni mengumumkan rencana untuk PHK 10 persen dari tenaga kerjanya dan mulai mengumpulkan lebih dari 20 miliar dollar AS melalui kombinasi penjualan saham dan pinjaman untuk melindungi peringkat kreditnya.
Boeing juga menunda masuknya layanan pesawat Boeing 777X. Versi baru dari pesawat pekerja jarak jauh ini sudah terlambat bertahun-tahun tetapi diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2025.
Sekarang, pesawat ini tidak akan mengangkut penumpang hingga tahun 2026.
Secara total, Boeing mengirimkan 348 pesawat komersial tahun lalu. Pesaing terberatnya, Airbus, mengirimkan 766.
Masalah pada lini bisnis pertahanan Boeing tidak terlalu terlihat, tetapi cukup signifikan. Unit tersebut rugi lebih dari 5 miliar dollar AS, sebagian besar berkat meningkatnya biaya pada kontrak militer dengan harga tetap.
"Kami membuat kemajuan di area-area utama untuk menstabilkan operasi kami selama kuartal tersebut dan terus memperkuat aspek-aspek penting dari rencana keselamatan dan kualitas kami," tutur Ortberg.
"Tim saya dan saya berfokus untuk membuat perubahan mendasar yang diperlukan guna memulihkan sepenuhnya kinerja perusahaan kami dan memulihkan kepercayaan dengan pelanggan, karyawan, pemasok, investor, regulator, dan semua pihak yang mengandalkan kami," imbuhnya.