Menyaksikan Pengadilan Kuno di Huta Siallagan
PENUH MAKNA: Huta Siallagan, salah satu perkampungan kuno yang menjadi jujukan wisatawan. (FERLYNDA PUTRI/JAWA POS)
09:35
12 Mei 2024

Menyaksikan Pengadilan Kuno di Huta Siallagan

MEMASUKI gapura bertuliskan Huta Siallagan seolah ditarik ke masa silam. Rumah-rumah bolon berjajar dan masih ditinggali. Di tengah kampung, ada tempat duduk yang disusun melingkar. Itu adalah kursi untuk persidangan di Huta Siallagan yang dipimpin raja.

Batak adalah salah satu suku di Indonesia yang menggunakan marga sebagai petunjuk kekerabatan. Huta atau kampung biasanya juga dinamai dengan marga untuk menandakan kampung itu milik siapa. Sudah bisa ditebak, Huta Siallagan berarti kampung bagi keluarga Siallagan.

Ketika Jawa Pos berkunjung, Raja Siallagan Ke-17 Gading Jansen Siallagan yang menyambut sekaligus jadi pemandu. Dia membawa rombongan ke tanah lapang. Sebagai sambutan, pengunjung diajak manortor, tarian khas Batak. ”Kita akan menari dengan anak raja yang bernama Manggale,” tuturnya. Yang disambut bukan sosok putra mahkota, tetapi patung kayu berbentuk laki-laki yang berbaju ulos.

PENUH MAKNA: Huta Siallagan, salah satu perkampungan kuno yang menjadi jujukan wisatawan. (FERLYNDA PUTRI/JAWA POS)

Sebelum mulai menari, Jansen menceritakan bahwa dulu Raja Rahat kehilangan putranya saat terjadi perang. Manggale diutus untuk menjadi panglima perang, tapi dia tak pulang. Raja pun resah hingga jatuh sakit. Akhirnya, rakyatnya membuat patung atas saran seorang tabib. Patung itu dibuat semirip mungkin dengan Manggale.

Patung tersebut lantas dijadikan sarana untuk memanggil arwah Manggale dan akan bergerak sendiri ketika ada alunan musik. Seolah menari. Patung itulah yang dinamai Sigale-gale. ”Kalau yang ini tidak bergerak sendiri, tapi di belakang situ ada yang tarik pakai kayu,” kelar Jansen.

Perjalanan dilanjutkan dengan melihat rumah bolon. Yakni, sejenis rumah panggung yang berdinding kayu dan beratap jerami dulunya. Kini, atap diganti dengan bahan yang tidak mudah terbakar. Pintu rumah itu kecil dengan maksud agar tamu menghormati si pemilik rumah karena masuk dengan merunduk.

Simbol cicak melambangkan kemampuan berhatan hidup dalam seagala kondisi dan empat payudara melambangkan kemakmuran. (FERLYNDA PUTRI/JAWA POS)

Lalu, di bagian depan pasti ada hiasan cicak yang menghadap ke empat payudara. Menurut Jansen, cicak melambangkan orang Batak yang bisa hidup di mana saja, seperti halnya cicak. Sedangkan payudara adalah lambang kemakmuran.

Yang berbeda adalah rumah raja. Kolong rumah raja digunakan juga sebagai penjara. Selanjutnya, tangga masuk terbuat dari batu utuh yang diukir menyerupai tangga. Di halaman rumah raja terdapat tempat persidangan. ”Yang ikut sidang ini ada raja, permaisuri, penasihat raja, semacam pengacara terdakwa, dukun, dan algojo,” ungkap Jansen. Bagi pengkhianat atau musuh raja, siap-siap saja mendapat hukuman yang pedih. (lyn/c18/eko)

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #menyaksikan #pengadilan #kuno #huta #siallagan

KOMENTAR