



Dampak Kebijakan Tarif Trump yang Bikin Takut Warga AS Traveling
Selama masa kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump sejak awal 2025, angka permintaan wisatawan asing ke AS disebut menurun.
Dilansir dari CNN, Kamis (10/4/2025), menurut data firma riset Tourism Economics, kunjungan wisatawan asing ke AS diperkirakan turun sebesar 5,1 persen dengan prediksi kerugian sebesar 18 miliar dollar AS (sekitar Rp 300 triliun).
Perusahaan tur Kanada mengalami pembatalan perjalanan sebesar 30 persen, diikuti beberapa negara Eropa menyarankan warganya untuk menghindari bepergian ke AS.
Tak hanya itu, sebagian warga AS yang sudah merencanakan perjalanan ke luar negeri, juga mengungkapkan ketakutan atau keraguan mereka untuk bepergian ke luar negeri.
Hal tersebut menyusul reaksi keras atas respons terhadap kebijakan dan tindakan pemerintah mereka saat ini, termasuk tarif impor yang melonjak, perlakuan terhadap negara sekutu, serta ancaman untuk mencaplok Kanada dan Greenland.
Patung Liberty di New York, Amerika Serikat (AS).
“Saya belum pernah keluar negeri sejak Januari, tetapi mengetahui bahwa lingkungan akan berbeda, dan mengantisipasinya, dan bertanya-tanya bagaimana dunia memandang orang Amerika, ya, pasti ada ketakutan di sana," kata salah seorang warga AS yang berencana wisata ke luar negeri, Sierra Malone, dikutip dari CNN.
Para wisatawan asal AS khawatir soal reputasi negaranya di mata global saat ini, terutama di Eropa.
Bahkan, menurut data terbaru dari YouGov , daya tarik AS di Eropa telah menurun drastis di tujuh negara Eropa utama sejak Trump menjabat untuk kedua kalinya.
Pandangan positif warga Eropa ke AS turun sekitar 28 poin persentase dalam laporan tersebut.
Disebutkan bahwa opini terhadap AS paling rendah di Denmark, mengingat Greenland, yang Trump janjikan untuk dianeksasi, merupakan wilayah otonom negara tersebut.
Hanya 20 persen warga Denmark yang menyatakan pandangan positif terhadap AS, anjlok dari 48 persen pada Agustus 2024.
View this post on Instagram
Mengapa warga AS takut traveling ke luar negeri?
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat menandatangani perintah eksekutif untuk meningkatkan penambangan dan produksi batubara AS, di East Room, Gedung Putih, Washington DC, 8 April 2025.
Malone menuturkan, ia merasa khawatir disalahkan atas apa yang sedang terjadi oleh negara-negara yang terdampak kebijakan Trump.
"Saya ingin, misalnya, menulis di dahi saya, 'Saya orang Amerika, tetapi saya bukan orang Amerika itu, atau tipe orang Amerika itu,'" kata dia.
Adapun rasa khawatir juga dirasakan Lisa VanderVeen, pelancong yang menghabiskan waktu lima hingga tujuh minggu di luar negeri setiap tahun. Perasaan tersebut muncul semenjak adanya kebijakan global pemerintahan saat ini.
"Saya bimbang antara tidak ingin menjadi sasaran, terutama sebagai pelancong solo, tetapi juga merasa berkewajiban atau bertanggung jawab untuk menjadi duta besar (bagi) negara kita,” ujar VanderVeen.
Apa yang dilakukan warga AS?
Ilustrasi Amerika Serikat, negara terpadat ketiga.
Demi mengurangi kekhawatiran selama melancong di negara lain, sejumlah warga AS mengungkapkan strategi tersendiri.
Mulai dari menghindari pakaian dengan bendera AS maupun aksesori yang berpotensi menyinggung negara tujuan.
Saat ini, beberapa pakar pariwisata sedang bersiap menghadapi perubahan pandangan warga negara seluruh dunia terhadap AS.
Gyawali, pendiri operator berbasis di Kathmandu bernama Socialtours, menyebut industri pariwisata mesti mengambil sikap proaktif untuk beradaptasi dengan tantangan saat ini.
Sementara itu, Ethical Travel Portal Norway, sebuah perusahaan tur yang bermitra dengan Gyawali, juga bersiap menghadapi pembatalan dari klien asal AS, yang termasuk bagian besar dari bisnis wisata tersebut.
Adapun CEO Komisi Perjalanan Eropa, Eduardo Santander menuturkan, data kedatangan terbaru menunjukkan, peristiwa politik terkini telah memengaruhi perjalanan AS ke Eropa dan pasar AS tetap menjadi landasan pariwisata Eropa.
Apa strategi Indonesia?
Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana.
Menurut Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana, pariwisata termasuk bentuk ekspor jasa yang tidak terganggu terkait kebijakan tarif timbal balik Trump.
Sebaliknya, Widiyanti menuturkan, sektor pariwisata justru bisa dijadikan alat pertahanan ekonomi nasional dalam menghadapi tekanan eksternal akibat kebijakan tersebut.
"Ketika ekspor barang terkena tarif tinggi, kita harus melihat sektor lain yang bisa menjadi penyeimbang. Pariwisata adalah bentuk ekspor jasa yang tidak terganggu oleh kebijakan tarif dagang," kata Widiyanti lewat keterangan resmi, dikutip Sabtu (5/4/2025).
"Dengan menarik lebih banyak wisatawan mancanegara, kita dapat menjaga stabilitas Rupiah dan cadangan devisa," tambahnya.
Adapun tiga strategi utama Kementerian Pariwisata dalam menghadapi dinamika perdagangan global adalah menyiapkan destinasi wisata, optimalisasi UMKM dan ekonomi lokal, serta fokus mengembangkan high-quality tourism.
View this post on Instagram
Tag: #dampak #kebijakan #tarif #trump #yang #bikin #takut #warga #traveling