



WNA Coba Masuk RI Pakai Paspor Palsu, Ternyata Bukan Kasus Pertama
Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan mengamankan tiga warga negara asing (WNA) yang diduga sebagai sindikat penyelundupan manusia, Rabu (12/2/2025).
Tiga WNA asal Pakistan berinisial SZR, TS, dan MZ mencoba masuk ke Indonesia menggunakan paspor palsu Perancis.
Sebelumnya, mereka terbang dari Lahore, Pakistan, menuju Bangkok, Thailand, dan melanjutkan perjalanan ke Jakarta.
Saat mencoba melewati Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, paspor palsu yang digunakan oleh mereka tidak terdeteksi mesin autogate.
Kini, ketiganya masih diperiksa oleh petugas Imigrasi atas dugaan tindak pidana keimigrasian terkait penggunaan dokumen perjalanan palsu.
Dugaan motif
Tiga warga WN Pakistan yang mencoba masuk lewat Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta menggunakan paspor Perancis dan kartu identitas palsu pada Rabu (12/02/2025) sekitar pukul 16.30 WIB.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Imigrasi, kasus paspor palsu tersebut terkait dengan upaya penyelundupan manusia.
Indonesia dijadikan negara transit sebelum menuju negara ketiga yang menjadi tujuan utamanya.
"Kami sedang melakukan pendalaman apakah ada pihak-pihak lain yang terlibat baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri. Para WNA ini menjadikan Indonesia sebagai negara transit sebelum melanjutkan perjalanan ke negara tujuan mereka di Eropa," ujar Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian, Yuldi Yusman.
Adapun Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Soekarno-Hatta, Johanes Fanny Satria, menyebut motif sindikat tersebut yaitu tindak pidana penyelundupan manusia.
"Jadi, memang motifnya untuk tindak pidana penyelundupan manusia, untuk transit di Indonesia, untuk selanjutnya menuju ke negara ketiga, yaitu tujuannya ke Eropa, makanya menggunakan paspor Perancis palsu," kata Fanny, dikutip dari Antara, Rabu (19/2/2025).
Asal paspor palsu
Ilustrasi paspor.
Lebih lanjut, tiga paspor palsu yang dimiliki WN Pakistan berasal dari dari WN Sri Lanka berinisial WJ.
WJ memasok paspor palsu melalui platform Facebook seharga 1.000 dolar AS atau sekitar Rp 16,3 juta.
Menurut pemeriksaan Imigrasi, ketiga WN Pakistan tersebut ternyata berniat transit di Indonesia sebelum berangkat ke Eropa. WJ disebut menyarankan mereka menggunakan paspor Pakistan saat tiba di Thailand dan menggantinya dengan paspor palsu Perancis saat tiba di Indonesia.
Kasus serupa
Kasus penggunaan paspor palsu WNA dan sindikat penyelundupan manusia ini bukan peristiwa pertama kali terjadi.
Sebelumnya, Imigrasi Soekarno-Hatta juga pernah mengamankan empat WNA asal Irak, Suriah, dan Sudan, atas motif penggunaan paspor palsu pada Februari 2024.
Keempat WNA Timur Tengah tersebut diduga kuat memalsukan dokumen perjalanan, di antaranya paspor dan visa, seperti dilaporkan situs resmi Imigrasi Soekarno-Hatta.
Mereka diamankan saat operasi pengawasan orang asing di Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Soekarno-Hatta selama musim puncak (peak season) pada Desember 2023-Februari 2024.
Selanjutnya, Kantor Imigrasi Kelas I TPI Surabaya pernah melaporkan kasus serupa, yakni WNA asal Bangladesh yang berinisial HR yang diduga kuat terlibat dalam penyelundupan manusia ke Australia.
Mulanya, HR dilaporkan oleh sang istri, S, yang merupakan WNI karena suaminya meninggalkan rumah tidak diketahui keberadaannya.
Atas laporan tersebut, S dan petugas imigrasi bekerja sama memancing HR agar keluar dari persembunyiannya, namun tidak berhasil.
Selang sebulan kemudian, Kedutaan Besar Bangladesh mengonfirmasi bahwa HR memiliki rekam jejak kasus penyelundupan manusia.
WNA pelaku penggunaan dokumen palsu dan sindikat penyelundupan manusia dikenakan sanksi sesuai Pasal 119 Ayat (2) UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dengan ancaman pidana lima tahun penjara dan denda Rp 500 juta atas penggunaan dokumen perjalanan palsu.
Tag: #coba #masuk #pakai #paspor #palsu #ternyata #bukan #kasus #pertama