Sineas Anak Bangsa Melesat ke Industri Film Inggris, Bawa Tema Drama Politik Indonesia
SINEAS INDONESIA - Marco Jonathan Suthya (kedua dari kiri) bersama tim saat memproduksi film ''Peace Process belum lama ini. Film itu masuk dalam seleksi Ealing Film Festival (EEF), ajang bergengsi di industri film Inggris dan juga nominasi Royal Television Society West of England Student Awards 2025 
09:21
3 Februari 2025

Sineas Anak Bangsa Melesat ke Industri Film Inggris, Bawa Tema Drama Politik Indonesia

Marco Jonathan Suthya, seorang sineas muda berbakat, membawa semangat Indonesia ke kancah perfilman internasional.

Terinspirasi oleh budaya dan cerita-cerita dari Tanah Airnya, ia bertekad untuk menciptakan karya-karya yang dapat mewakili identitas bangsa.

Film karya terbarunya Peace Process, masuk dalam seleksi Ealing Film Festival (EEF), ajang bergengsi di industri film Inggris dan juga nominasi Royal Television Society West of England Student Awards 2025, salah satu ajang penghargaan tertinggi bagi para sineas muda di perfilman.

“Peace Process” adalah film drama politik yang terinspirasi dari kisah konflik di Aceh tahun 1991 hingga 2004.

Kisah perjalanan wartawan perang dari negara Barat yang bersaksi di pengadilan internasional dalam proses negosiasi perdamaian untuk konflik Aceh.

Saat menjalani tugasnya sebagai wartawan untuk konflik Aceh, ia melihat banyak hal.

Berusaha menceritakan kebenaran tentang konflik ini, sang wartawan malah terancam bahaya dan menjadi tawanan tentara.

Namun, sang wartawan tidak menyerah. Ia bertekad mengubah apa yang ia alami menjadi kekuatan untuk membantu orang-orang Aceh untuk hidup lebih baik.

Ealing Film Festival berkelas internasional

Di tahun 2024, EEF memecahkan rekor 458 film yang terdaftar, dengan total durasi mencapai tujuh puluh delapan jam.

Sebagian besar berasal dari pembuat film Inggris, terbanyak dari London, termasuk Ealing sendiri.

Secara total, EEF berhasil mengumpulkan karya-karya lebih dari empat puluh negara di seluruh dunia, mulai dari Australia hingga Argentina, Meksiko hingga Makedonia, Peru hingga Pakistan, dan Uganda hingga Ukraina.

EEF menjadi ajang yang bergengsi karena memiliki seleksi ketat dalam standar pembuatan film yang sangat tinggi.

Banyak karya berasal dari mahasiswa film, beberapa di antaranya belajar di University of The West of England (UWE) dan MetFilm School di Ealing. 

EEF sendiri sangat terbuka menerima karya generasi muda yang dinilai mewakili masa depan industri film.

EEF bertujuan untuk menayangkan sebanyak mungkin film di bioskop lokal, memberikan kesempatan bagi para sineas untuk merasakan sensasi menyaksikan karya mereka di layar lebar.

Beberapa karya paling artistik, termasuk animasi dan film eksperimental, akan ditampilkan dalam suasana megah di Pitzhanger Manor & Gallery.

Perjalanan Marco dalam industri film

Marco Jonathan Suthya yang akrab dipanggil Marco adalah sutradara film lulusan Sarjana Perfilman dari University of The West of England, yang saat ini bergabung dalam Just Just Productions.

Just Just Productions merupakanperusahaan hiburan berbasis komunitas di Inggris yang memproduksi film dan animasi. 

Di perusahaan ini Marco menjabat sebagai Company Director, Creative Director, Creative Director & Chief of Visual Development and Post Animation.

Minatnya dalam dunia film telah terlihat sejak ia masih di Indonesia, sebelum akhirnya melanjutkan pendidikan ke Inggris. 

Saat menempuh pendidikan di Inggris itulah, Marco akhirnya menemukan gaya khasnya dalam seni perfilman.

Debut Marco sebagai sutradara di Inggris diawali dari film "Inception of Silence" dan film berikutnya "Response," yang kemudian melahirkan gaya khasnya yakni seni bercerita. 

Film “Inception of Silence” masuk dalam nominasi di ajang Royal Television Society West of England Student Awards di tahun sebelumnya, menyusul “Peace Process” di tahun 2025.

Proyek film tersebut membuatnya bereksperimen dan mengeksplorasi gaya film naratif, yang pada akhirnya mengantarkannya pada pemahaman yang lebih mendalam tentang visi kreatifnya.

Marco percaya melalui karyanya di industri perfilman, ia dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan berharga yang akan menginspirasi orang-orang di sekitarnya.

“Melalui film saya ingin berbagi cerita-cerita yang menginspirasi dan menghibur. Saya percaya bahwa film memiliki kekuatan untuk menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang dan budaya. Dengan terus berkarya, saya berharap dapat mencapai impian saya, membawa nama Indonesia semakin dikenal di dunia perfilman,” katanya. (Tribunnews.com/Anita K Wardhani)

Editor: Eko Sutriyanto

Tag:  #sineas #anak #bangsa #melesat #industri #film #inggris #bawa #tema #drama #politik #indonesia

KOMENTAR