51
Merek mobil Tiongkok, Neta, akan meramaikan pasar otomotif dalam negeri. (CarNewsChina)
12:40
26 Januari 2025
Sekarang Mulai Diterima, Berikut Alasan Kenapa Dulu Mobil Bikinan Tiongkok Nggak Laku di Indonesia
- Dalam kurun waktu setidaknya lima tahun terakhir, banyak berdatangan merek-merek mobil asal Tiongkok. Dari yang sebelumnya sempat hadir, pergi hingga balik lagi sampai merek yang benar-benar baru, produsen Tiongkok ini coba peruntungan melawan raksasa Jepang yang sudah puluhan tahun hadir dan terkenal di Indonesia. Kehadiran merek mobil Tiongkok di Indonesia sekarang memang bisa dikatakan mulai diterima dengan baik oleh masyarakat. Apalagi untuk mobil-mobil listrik yang menawarkan teknologi baru dan segudang fitur namun harganya bisa sangat murah jika kebanyakan mobil listrik dari merek Jepang, Korea, Eropa atau Amerika. Kehadiran mobil Tiongkok yang mulai diterima masyarakat sekarang beda dengan dulu. Saat itu, ada beberapa merek Tiongkok yang coba hadir namun nggak laku. Sampai akhirnya mereka pergi dan balik lagi beberapa tahun ini. Merek mobil Tiongkok yang nggak laku meninggalkan keraguan sampai hari ini. Meski diserbu merek baru, tawaran harga murah dan fitur canggih, masih banyak yang masih enggan beralih ke merek mobil Tiongkok. Apa sebabnya? Dilansir dari DFSK, salah satu merek mobil Tiongkok yang juga hadir di Indonesia, ada beberapa alasan kenapa merek mobil Tiongkok nggak laku saat itu. Alasan pertama adalah karena citra negatifnya. Tidak sedikit memang konsumen di negara kita yang meragukan mobil-mobil yang berasal dari Tiongkok yang dijual di Indonesia. Juga bukan tanpa alasan jika mobil dari Tiongkok belum mendapatkan kepercayaan dari konsumen otomotif Indonesia. Dari temuan DFSK, disimpulkan beberapa sebab dan alasan mengapa mobil produksi Tiongkok hancur di pasar otomotif dalam negeri. Berikutnya adalah karena banyak yang meragukan kualitasnya. Tidak ubahnya kebanyakan barang-barang produksi Tiongkok yang dianggap tidak berkualitas, demikian pula dengan mobil Tiongkok. Sejak awal mobil dari Tiongkok masuk ke Indonesia, bukan kualitas baik yang ditunjukkan, tapi justru masalah demi masalah yang merugikan konsumen. Harga murah yang disematkan layaknya sebuah penanda bahwa mobil yang berasal Tiongkok menggunakan bahan tak berkualitas saat itu. Anda bisa melihat sejarah mobil Tiongkok pertama yang masuk ke Indonesia di awal tahun 90-an. Saat itu, Beijing Jeep masuk ke Indonesia sebagai mobil jeep militer hibah dari pemerintah Tiongkok. Tapi saking buruknya kualitas mobil ini, banyak mobil yang rusak tidak dapat diperbaiki dan terbengkalai. Meski bukan diperuntukkan untuk masyarakat luas, catatan ini tetap diperhatikan masyarakat. Mobil yang diproduksi Tiongkok ini untuk pasar umum terdeteksi pada 2000-an. Merek Changan hadir dengan mobil pikap untuk menyaingi Carry. Merek ini pun hanya bertahan hingga tahun 2005 saja, setelah itu menghilang. Selanjutnya ada pula ZNA yang membawa mobil sekelas Nissan Serena. Sayangnya, masyarakat yang masih asing dengan merek Tiongkok plus lini marketing yang asal-asalan menjual membuat merek ini tidak terdeteksi radar konsumen otomotif. Hingga kini, sisa stok unik ZNA yang tidak terjual teronggok begitu saja di Jakarta. Alasan kedua adalah fitur. Kualitas mobil dan bahan yang kurang berkualitas bukan satu-satunya, fitur seadanya juga membuat mobil dari Tiongkok kala itu kurang disukai. Jarang ada mobil Tiongkok yang punya fitur hiburan, kenyamanan, dan keamanan yang memadai. Dengan harga yang terlampau murah, kadang memang sulit untuk memenuhi standar fitur kenyamanan dan keamanan, yang beredar saat itu mengingat semua komponen dibawa dari Tiongkok dan baru dirakit di Indonesia. Menambah komponen atau fitur keamanan sama saja dengan menambah biaya produksi, apalagi komponen-komponen tersebut harus dikenai pajak. Tentu sulit untuk mempertahankan biaya murah kalau sudah demikian. Misalnya, pada 2006, Chery membawa 2 jenis mobil populer mereka yaitu Chery QQ dan Chery Tiggo. Sempat cukup laris di awal-awal penjualan, tahun 2009 Chery mulai meredup dan tidak jelas masa depannya. Alasannya, fitur terbilang biasa-biasa saja. Penjualan mobil terus menurun karena kualitas dan lainnya tidak sesuai harapan. Terakhir dan paling berpengaruh adalah aftersales atau purna jual. Layanan purna jual yang buruk juga ikut andil dalam membuat mobil yang berasal dari Tiongkok ini dijauhi konsumen. Bagaimana tidak, kebanyakan importir saat itu hanya fokus untuk menghadirkan mobil yang murah, namun tidak punya layanan purna jual. Bayangkan saja jika Anda punya mobil, lalu rusak. Garansi dan tempat service tidak ada, lantas harus bagaimana? Mobil asal Tiongkok lain yang melebihi popularitas Chery kemudian muncul di tahun 2010. Geely Mobil Indonesia hadir dengan beberapa model mulai dari city car hingga MPV. Bahkan, publik sempat terpesona akan kehadiran Geely Panda yang imut dan menjanjikan. Namun lagi-lagi akhirnya karena kurangnya kualitas dan layanan purna jual, Geely juga hilang dari peredaran. Aftersales penting mengingat keberlanjutan kendaraan itu sendiri. Kalau rusak harus service di mana? Ketersediaan spare part atau suku cadangnya bagaimana, tidak jelas, sehingga saat itu, layanan purna jual ini jadi yang paling jadi pertimbangan masyarakat dalam menentukan apakah mobil Tiongkok layak dibeli atau tidak.
Editor: Nurul Adriyana Salbiah
Tag: #sekarang #mulai #diterima #berikut #alasan #kenapa #dulu #mobil #bikinan #tiongkok #nggak #laku #indonesia